Joe Biden Sebut Kamala Harris Sebagai Pejuang Tanpa Rasa Takut
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Kandidat calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat, Joe Biden , akhirnya memilih Kamala Harris sebagai calon wakil presiden (cawapres). Pilihan ini menjadi perhatian karena bukan sekadar sebagai simbol perangkulan kelompok kulit hitam, tapi sebagai langkah menyiapkan kandidat pemimpin AS ke depan.
Harris (55) merupakan keturunan Asia-Afrika-Amerika. Senator asal California yang pernah mengikuti pemilu pendahuluan Partai Demokrat bersama Biden itu memiliki pengalaman politik yang kuat. Biden memuji Harris sebagai. “Seorang pejuang tanpa takut dan salah satu pelayan publik terbaik di negara ini.”
Senator kulit hitam kedua dalam sejarah terpilih pada 2016 tersebut diarahkan membantu memobilisasi warga kulit hitam yang menjadi loyalis Partai Demokrat. Biden juga mengandalkan suara warga kulit hitam untuk mampu mengalahkan Trump. Pertarungan paling krusial terjadi di Michigan, Pennsylvania, dan Wisconsin. Selain itu, negara bagian yang menjadi basis pertahanan Partai Republik seperti di Georgia dan Florida. (Baca: Trump Mengaku Sedikit Terkejut Biden Memilih Kamala Haris Jadi Cawapres)
Biden memberi "kehormatan tertinggi" kepada Harris sebagai pendamping karena sudah mengetahui perjuangan Harris , termasuk saat bekerja dengan almarhum putranya, Beau, ketika Harris menjabat sebagai jaksa agung California. "Saya menyaksikan mereka menghadapi bank-bank besar, mengangkat kaum buruh, serta melindungi perempuan dan anak-anak dari kekerasan," Biden melanjutkan, "saya sangat bangga ketika itu dan sekarang saya sangat bangga menjadikannya mitra dalam kampanye ini.”
Sebaliknya, Harris memuji Biden sebagai orang yang “mempersatukan rakyat AS ” karena dia menghabiskan hidupnya memperjuangkan kepentingan tersebut. "Saya merasa terhormat bergabung dengannya sebagai nomine partai untuk wakil presiden dan akan melakukan yang diperlukan untuk menjadikannya presiden kita,” ujarnya.
Harris yang pernah menjadi jaksa agung negara bagian di California dikenal memiliki gaya pertanyaan yang agresif saat menjadi anggota Senat. Saat debat pada pemilu pendahuluan dengan Biden, Harris pernah mengkritik kebijakan bus yang memisahkan antara anak kulit putih dan kulit hitam.
Dia juga merupakan sosok yang gencar menyerukan reformasi kepolisian di tengah protes antirasisme. Harris dijadwalkan melakukan debat terbuka dengan pasangan Trump, yaitu Mike Pence, yang saat ini masih menjabat sebagai wakil presiden pada 7 Oktober mendatang di Salt Lake City, Utah. Beberapa penasihat politik Biden mengungkapkan kepada Reuters juga mempertanyakan apakah Harris bisa menjadi mitra kerja yang bisa dipercaya karena dia memiliki ambisi politik?
Pilihan cawapres sebenarnya bertujuan untuk menambah kekuatan bagi Biden, 77, yang bisa jadi menjadi orang paling tua yang menjadi presiden jika terpilih. Usianya menimbulkan spekulasi bahwa dia hanya akan menjabat satu periode saja sehingga Harris menjadi calon presiden pada 2024.
Hanya ada dua perempuan lain yang pernah dinominasikan sebagai calon wakil presiden, yaitu Sarah Palin oleh Partai Republik pada 2008 dan Geraldine Ferraro oleh Partai Demokrat pada 1984. Namun, keduanya tidak ada yang lolos ke Gedung Putih. Perempuan kulit berwarna tak pernah ditunjuk untuk bersaing menuju Gedung Putih, baik oleh Partai Demokrat maupun Partai Republik. (Baca juga: Kemendikbud Luncurkan gerakan 1 Juta Masker)
Harris (55) merupakan keturunan Asia-Afrika-Amerika. Senator asal California yang pernah mengikuti pemilu pendahuluan Partai Demokrat bersama Biden itu memiliki pengalaman politik yang kuat. Biden memuji Harris sebagai. “Seorang pejuang tanpa takut dan salah satu pelayan publik terbaik di negara ini.”
Senator kulit hitam kedua dalam sejarah terpilih pada 2016 tersebut diarahkan membantu memobilisasi warga kulit hitam yang menjadi loyalis Partai Demokrat. Biden juga mengandalkan suara warga kulit hitam untuk mampu mengalahkan Trump. Pertarungan paling krusial terjadi di Michigan, Pennsylvania, dan Wisconsin. Selain itu, negara bagian yang menjadi basis pertahanan Partai Republik seperti di Georgia dan Florida. (Baca: Trump Mengaku Sedikit Terkejut Biden Memilih Kamala Haris Jadi Cawapres)
Biden memberi "kehormatan tertinggi" kepada Harris sebagai pendamping karena sudah mengetahui perjuangan Harris , termasuk saat bekerja dengan almarhum putranya, Beau, ketika Harris menjabat sebagai jaksa agung California. "Saya menyaksikan mereka menghadapi bank-bank besar, mengangkat kaum buruh, serta melindungi perempuan dan anak-anak dari kekerasan," Biden melanjutkan, "saya sangat bangga ketika itu dan sekarang saya sangat bangga menjadikannya mitra dalam kampanye ini.”
Sebaliknya, Harris memuji Biden sebagai orang yang “mempersatukan rakyat AS ” karena dia menghabiskan hidupnya memperjuangkan kepentingan tersebut. "Saya merasa terhormat bergabung dengannya sebagai nomine partai untuk wakil presiden dan akan melakukan yang diperlukan untuk menjadikannya presiden kita,” ujarnya.
Harris yang pernah menjadi jaksa agung negara bagian di California dikenal memiliki gaya pertanyaan yang agresif saat menjadi anggota Senat. Saat debat pada pemilu pendahuluan dengan Biden, Harris pernah mengkritik kebijakan bus yang memisahkan antara anak kulit putih dan kulit hitam.
Dia juga merupakan sosok yang gencar menyerukan reformasi kepolisian di tengah protes antirasisme. Harris dijadwalkan melakukan debat terbuka dengan pasangan Trump, yaitu Mike Pence, yang saat ini masih menjabat sebagai wakil presiden pada 7 Oktober mendatang di Salt Lake City, Utah. Beberapa penasihat politik Biden mengungkapkan kepada Reuters juga mempertanyakan apakah Harris bisa menjadi mitra kerja yang bisa dipercaya karena dia memiliki ambisi politik?
Pilihan cawapres sebenarnya bertujuan untuk menambah kekuatan bagi Biden, 77, yang bisa jadi menjadi orang paling tua yang menjadi presiden jika terpilih. Usianya menimbulkan spekulasi bahwa dia hanya akan menjabat satu periode saja sehingga Harris menjadi calon presiden pada 2024.
Hanya ada dua perempuan lain yang pernah dinominasikan sebagai calon wakil presiden, yaitu Sarah Palin oleh Partai Republik pada 2008 dan Geraldine Ferraro oleh Partai Demokrat pada 1984. Namun, keduanya tidak ada yang lolos ke Gedung Putih. Perempuan kulit berwarna tak pernah ditunjuk untuk bersaing menuju Gedung Putih, baik oleh Partai Demokrat maupun Partai Republik. (Baca juga: Kemendikbud Luncurkan gerakan 1 Juta Masker)