China Terindikasi Dukung Aksi Protes Menentang Pakistan di Gilgit Baltistan

Rabu, 07 Februari 2024 - 11:48 WIB
loading...
China Terindikasi Dukung Aksi Protes Menentang Pakistan di Gilgit Baltistan
China diduga mendukung aksi protes menentang Pakistan di Gilgit Baltistan. Foto/Sputnik India
A A A
ISLAMABAD - Beberapa laporan dari Gilgit Baltistan mengungkapkan bahwa China mendukung aksi protes di wilayah tersebut yang ditujukan terhadap Pakistan.

Menurut analisis dari akademisi Dr Sakariya Kareem dan dikutip Asian Lite pada Rabu (7/2/2024), ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam unjuk rasa di wilayah tersebut.

Pertama, aksi protes yang terjadi saat ini bersifat anti-Pakistan, dan bukan pro-kemerdekaan. Kedua, protes-protes tersebut menghambat beragam pasokan barang penting ke Gilgit Baltistan.

Hingga saat ini, aksi protes besar-besaran terjadi di Gilgit, Yasin, Diamer, Baltistan, Nagar, dan Kharmang di mana pasokan beragam kebutuhan pokok terbatas. Pertanyaannya adalah, mengapa China harus mendukung aksi protes di Gilgit Baltistan?



Selama bertahun-tahun, beberapa laporan menyatakan bahwa Pakistan telah atau bersedia menyewakan Gilgit Baltistan kepada China, sehingga Islamabad dapat mengekstraksi sumber daya mineral dari area tersebut.

Melihat lebih dekat pada rangkaian pesan Nepal Correspondence—platform jurnalisme investigasi dananalisis—di media sosial X, terlihat ada lebih banyak hal mendalam seputar Gilgit Baltistan. Awalnya, aksi protes bermula dari tuntutan merger dengan India. Protes di bulan Januari tahun lalu menuntut pembukaan kembali jalan menuju Kargil dan merger dengan India.

Sakariya mengatakan bahwa pesan yang sama diulangi di bulan Agustus ketika ulama Syiah Agha Baquir Al-Hassani ditangkap. Protes besar-besaran pecah di wilayah Gilgit-Baltistan atas penangkapan Al-Hassani berdasarkan undang-undang penistaan agama di Pakistan.

Protes tersebut dikatakan sebagai yang terbesar di kawasan tersebut, dengan slogan "Chalo, chalo Kargil chalo" yang tersebar di udara. Para pemimpin lokal memperingatkan pemerintah Pakistan akan terjadinya perang saudara, dan beberapa bahkan menuntut merger dengan India.

Saat ini, masyarakat Gilgit Baltistan dilanda tagihan listrik yang tinggi dan kenaikan harga bahan bakar. Selain itu, harga komoditas penting seperti gandum juga melonjak tinggi.

Narasi protes kemudian beralih ke pengangguran dan inflasi. Pada September 2023, Gilgit Baltistan menyaksikan protes besar-besaran di Skardu, Rondu dan Chilas yang menuntut diakhirinya pendudukan ilegal Pakistan. Bendera India juga dikibarkan setelah Islamabad mengirimkan ulama Sunni Punjabi untuk mengancam penduduk setempat.

Koridor Ekonomi China-Pakistan


Nepal Correspondence, dalam ulasannya di X, mengeklaim bahwa rencana China untuk mendapatkan kendali proksi atas Gilgit Baltistan merupakan perlawanan terhadap ISI Pakistan, yang telah lama berencana mengambil keuntungan penuh dari Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC).

Sakariya menjelaskan bahwa peta yang disiapkan oleh Gateway House menunjukkan investasi besar-besaran China di Gilgit Baltistan dan Pakistan secara keseluruhan. CPEC senilai USD46 miliar dimaksudkan untuk membawa perubahan besar bagi Pakistan, namun Angkatan Darat Pakistan telah mengeksploitasi China untuk mencapai tujuan mereka. Pakistan secara diam-diam membiarkan kelompok teror dalam negeri untuk menargetkan proyek tersebut dengan klaim melindungi proyek.

Lebih lanjut, Nepal Correspondence melaporkan bahwa rencana ISI Pakistan lainnya adalah menggunakan agen pengantin yang menikah dengan warga negara China. Khususnya, dari tahun 2015 hingga 2019, lebih dari 600 gadis Pakistan dijual sebagai pengantin kepada orang China, yang merupakan proyek ISI untuk menempatkan aset mereka di kamar tidur orang-orang penting di China.

Setelah Kementerian Keamanan Negara (MSS) China mengetahuinya, mereka menyiapkan rencana balasan untuk mengamankan investasinya di Gilgit Baltistan dan Balochistan. Salah satu langkahnya adalah dengan menekan pemerintah Pakistan agar mengizinkan badan keamanan swasta China terlibat dalam menjaga aset mereka di sepanjang CPEC.

Di Gilgit Baltistan, tutur Sakariya, kelompok kiri mulai mendukung agenda China. Ada dua hal yang memperjelas hal ini. Pertama, Front Pekerja Merah (RWF) mengambil kendali atas protes jalanan dan menjadikannya lebih terorganisir dan fokus pada isu-isu pemerintahan, sehingga secara langsung menargetkan pemerintah di Islamabad.

Hal ini menciptakan semacam kekosongan kekuasaan dan menimbulkan diskusi, "Jika bukan Pakistan lalu siapa?" Salah satu keberhasilan terbesar RWF terjadi pada tanggal 4 Desember 2021 ketika mereka menyelenggarakan konvensi di Balai Buruh Bakhtiar, Lahore, di mana ratusan pekerja dari sektor publik dan swasta, serikat pekerja, pelajar dan petani berkumpul dari seluruh wilayah Pakistan.

Kemunculan tiba-tiba kelompok kiri berhubungan langsung dengan protes terorganisir dan perhatian media yang kuat. Setidaknya 17 orang dari “Front Pekerja Merah” diduga terlibat dalam klaim gaji di China. Pemimpin asli kelompok protes di Gilgit Baltistan dengan cepat digantikan pemimpin pro-Beijing.

Negara Bagian Proksi


Sebuah artikel online di Marxist.com menginformasikan bahwa gerakan massa yang menentang pembayaran tagihan listrik di Kashmir telah diberitakan oleh Wakil Presiden nasional RWF, Yasir Irshad. Tendensi Marxis Internasional (IMT) dan RWF berada di garis depan dan memprakarsai kampanye ini serta pembentukan Komite Aksi Awami di seluruh wilayah.

Gerakan ini menjadi begitu kuat sehingga lima juta orang kini menolak membayar tagihan listrik, dan pada bulan Oktober 2023, pemerintah provinsi terpaksa duduk dan bernegosiasi setelah ribuan perempuan turun ke jalan untuk melakukan protes. Hal ini sangat penting mengingat perempuan biasanya terpinggirkan dari ruang publik.

Baik Gilgit Baltistan maupun Balochistan saat ini merupakan wilayah yang paling tidak stabil karena pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang dilakukan oleh Pakistan dan menjadi saksi protes yang menjadikannya lokasi ideal bagi sayap kiri yang dimanfaatkan oleh China.

Pada tahun 2023, beberapa laporan mengeklaim bahwa Punjabi di Pakistan berencana memberikan Gilgit Baltistan ke China untuk melunasi utangnya. Tujuan China adalah menggunakan gerakan terorganisir kiri di Gilgit Baltistan untuk mempersiapkan lingkungan pro-Komunis agar mereka dapat mengendalikan wilayah tersebut sebagai negara bagian proksi (proxy state).

Inilah Gilgit Baltistan baru yang disaksikan dunia. Sakariya mengatakan bahwa China sekali lagi terlihat sedang melakukan Long March, dan kali ini dengan tujuan “mengambil alih” Pakistan.
(mas)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1301 seconds (0.1#10.140)