China Terindikasi Dukung Aksi Protes Menentang Pakistan di Gilgit Baltistan
loading...
A
A
A
ISLAMABAD - Beberapa laporan dari Gilgit Baltistan mengungkapkan bahwa China mendukung aksi protes di wilayah tersebut yang ditujukan terhadap Pakistan.
Menurut analisis dari akademisi Dr Sakariya Kareem dan dikutip Asian Lite pada Rabu (7/2/2024), ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam unjuk rasa di wilayah tersebut.
Pertama, aksi protes yang terjadi saat ini bersifat anti-Pakistan, dan bukan pro-kemerdekaan. Kedua, protes-protes tersebut menghambat beragam pasokan barang penting ke Gilgit Baltistan.
Hingga saat ini, aksi protes besar-besaran terjadi di Gilgit, Yasin, Diamer, Baltistan, Nagar, dan Kharmang di mana pasokan beragam kebutuhan pokok terbatas. Pertanyaannya adalah, mengapa China harus mendukung aksi protes di Gilgit Baltistan?
Selama bertahun-tahun, beberapa laporan menyatakan bahwa Pakistan telah atau bersedia menyewakan Gilgit Baltistan kepada China, sehingga Islamabad dapat mengekstraksi sumber daya mineral dari area tersebut.
Melihat lebih dekat pada rangkaian pesan Nepal Correspondence—platform jurnalisme investigasi dananalisis—di media sosial X, terlihat ada lebih banyak hal mendalam seputar Gilgit Baltistan. Awalnya, aksi protes bermula dari tuntutan merger dengan India. Protes di bulan Januari tahun lalu menuntut pembukaan kembali jalan menuju Kargil dan merger dengan India.
Sakariya mengatakan bahwa pesan yang sama diulangi di bulan Agustus ketika ulama Syiah Agha Baquir Al-Hassani ditangkap. Protes besar-besaran pecah di wilayah Gilgit-Baltistan atas penangkapan Al-Hassani berdasarkan undang-undang penistaan agama di Pakistan.
Protes tersebut dikatakan sebagai yang terbesar di kawasan tersebut, dengan slogan "Chalo, chalo Kargil chalo" yang tersebar di udara. Para pemimpin lokal memperingatkan pemerintah Pakistan akan terjadinya perang saudara, dan beberapa bahkan menuntut merger dengan India.
Saat ini, masyarakat Gilgit Baltistan dilanda tagihan listrik yang tinggi dan kenaikan harga bahan bakar. Selain itu, harga komoditas penting seperti gandum juga melonjak tinggi.
Menurut analisis dari akademisi Dr Sakariya Kareem dan dikutip Asian Lite pada Rabu (7/2/2024), ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam unjuk rasa di wilayah tersebut.
Pertama, aksi protes yang terjadi saat ini bersifat anti-Pakistan, dan bukan pro-kemerdekaan. Kedua, protes-protes tersebut menghambat beragam pasokan barang penting ke Gilgit Baltistan.
Hingga saat ini, aksi protes besar-besaran terjadi di Gilgit, Yasin, Diamer, Baltistan, Nagar, dan Kharmang di mana pasokan beragam kebutuhan pokok terbatas. Pertanyaannya adalah, mengapa China harus mendukung aksi protes di Gilgit Baltistan?
Selama bertahun-tahun, beberapa laporan menyatakan bahwa Pakistan telah atau bersedia menyewakan Gilgit Baltistan kepada China, sehingga Islamabad dapat mengekstraksi sumber daya mineral dari area tersebut.
Melihat lebih dekat pada rangkaian pesan Nepal Correspondence—platform jurnalisme investigasi dananalisis—di media sosial X, terlihat ada lebih banyak hal mendalam seputar Gilgit Baltistan. Awalnya, aksi protes bermula dari tuntutan merger dengan India. Protes di bulan Januari tahun lalu menuntut pembukaan kembali jalan menuju Kargil dan merger dengan India.
Sakariya mengatakan bahwa pesan yang sama diulangi di bulan Agustus ketika ulama Syiah Agha Baquir Al-Hassani ditangkap. Protes besar-besaran pecah di wilayah Gilgit-Baltistan atas penangkapan Al-Hassani berdasarkan undang-undang penistaan agama di Pakistan.
Protes tersebut dikatakan sebagai yang terbesar di kawasan tersebut, dengan slogan "Chalo, chalo Kargil chalo" yang tersebar di udara. Para pemimpin lokal memperingatkan pemerintah Pakistan akan terjadinya perang saudara, dan beberapa bahkan menuntut merger dengan India.
Saat ini, masyarakat Gilgit Baltistan dilanda tagihan listrik yang tinggi dan kenaikan harga bahan bakar. Selain itu, harga komoditas penting seperti gandum juga melonjak tinggi.