AS Kerahkan 3 Kapal Induk ke Asia, Hadapi China dan Korut
loading...
A
A
A
“Apa yang bisa saya katakan adalah bahwa kelompok tempur kapal induk siap untuk melaksanakan seluruh operasi,” kata Laksamana Muda Carlos Sardiello, komandan kelompok tempur USS Carl Vinson.
“Peluang pelatihan di mana kita dapat dengan cepat mengumpulkan platform yang besar, mumpuni, dan gesit di Laut Filipina ini merupakan kesempatan latihan yang besar bagi kami,” ujarnya.
Menurut seorang pejabat Angkatan Laut AS, sebuah kapal mata-mata Angkatan Laut China terlihat 5 hingga 10 mil jauhnya dari USS Carl Vinson. Kapal pengintai tersebut diyakini mengumpulkan informasi intelijen tentang kemampuan dan operasi AS dan Jepang selama latihan gabungan.
“Saya pikir jalur air sangat padat meskipun lalu lintas normal. Namun kehadiran kapal-kapal [Angkatan Laut China] di sini bersama kami tidak menjadi masalah bagi kami,” kata Laksamana Muda Christopher Alexander, yang memimpin kelompok tempur USS Theodore Roosevelt.
“Kami di sini, saat ini, untuk memperkuat hubungan kami dengan sekutu dan mitra kami, dan untuk menyatakan bahwa kami dapat merespons setiap krisis atau kemungkinan yang terjadi di Pasifik barat,” kata Alexander.
Pada bulan November, Angkatan Laut AS juga menyampaikan undangan ke beberapa media untuk mengamati latihan kapal induk di Laut Filipina, yang menunjukkan bahwa mereka mencari lebih banyak perhatian publik mengenai operasinya di Indo-Pasifik.
Meskipun rencana untuk mengerahkan kapal induk diyakini telah diselesaikan beberapa bulan yang lalu, serangkaian demonstrasi telah menjadi pengingat bahwa perhatian militer tidak akan teralihkan dari Indo-Pasifik, pada saat perang regional dapat pecah di Timur Tengah.
“Ini adalah pesan pencegahan,” kata Jeffrey Hornung, ilmuwan politik senior di Rand Cooperation.
“Pesan ini akan terus berlanjut terlepas dari kondisi di belahan dunia lain karena China adalah ancaman yang terus meningkat,” katanya.
“Mengingat perang di Eropa dan prospek konflik yang lebih luas di Timur Tengah, Angkatan Laut tahu ini adalah saat yang kritis untuk meningkatkan pencegahan dan meyakinkan sekutu bahwa Amerika Serikat siap bertindak jika kepentingannya terancam,” kata Patrick Cronin, ketua keamanan Asia-Pasifik di Hudson Institute.
“Peluang pelatihan di mana kita dapat dengan cepat mengumpulkan platform yang besar, mumpuni, dan gesit di Laut Filipina ini merupakan kesempatan latihan yang besar bagi kami,” ujarnya.
Menurut seorang pejabat Angkatan Laut AS, sebuah kapal mata-mata Angkatan Laut China terlihat 5 hingga 10 mil jauhnya dari USS Carl Vinson. Kapal pengintai tersebut diyakini mengumpulkan informasi intelijen tentang kemampuan dan operasi AS dan Jepang selama latihan gabungan.
“Saya pikir jalur air sangat padat meskipun lalu lintas normal. Namun kehadiran kapal-kapal [Angkatan Laut China] di sini bersama kami tidak menjadi masalah bagi kami,” kata Laksamana Muda Christopher Alexander, yang memimpin kelompok tempur USS Theodore Roosevelt.
“Kami di sini, saat ini, untuk memperkuat hubungan kami dengan sekutu dan mitra kami, dan untuk menyatakan bahwa kami dapat merespons setiap krisis atau kemungkinan yang terjadi di Pasifik barat,” kata Alexander.
Pada bulan November, Angkatan Laut AS juga menyampaikan undangan ke beberapa media untuk mengamati latihan kapal induk di Laut Filipina, yang menunjukkan bahwa mereka mencari lebih banyak perhatian publik mengenai operasinya di Indo-Pasifik.
Meskipun rencana untuk mengerahkan kapal induk diyakini telah diselesaikan beberapa bulan yang lalu, serangkaian demonstrasi telah menjadi pengingat bahwa perhatian militer tidak akan teralihkan dari Indo-Pasifik, pada saat perang regional dapat pecah di Timur Tengah.
“Ini adalah pesan pencegahan,” kata Jeffrey Hornung, ilmuwan politik senior di Rand Cooperation.
“Pesan ini akan terus berlanjut terlepas dari kondisi di belahan dunia lain karena China adalah ancaman yang terus meningkat,” katanya.
“Mengingat perang di Eropa dan prospek konflik yang lebih luas di Timur Tengah, Angkatan Laut tahu ini adalah saat yang kritis untuk meningkatkan pencegahan dan meyakinkan sekutu bahwa Amerika Serikat siap bertindak jika kepentingannya terancam,” kata Patrick Cronin, ketua keamanan Asia-Pasifik di Hudson Institute.