AS Kerahkan 3 Kapal Induk ke Asia, Hadapi China dan Korut
loading...
A
A
A
MANILA - Militer Amerika Serikat (AS) telah menggandakan upayanya untuk menghadapi ancaman China dan Korea Utara (Korut) dengan mengerahkan tiga kapal induk ke Asia, lebih tepatnya ke Pasifik Barat.
Wilayah itu menjadi fokus kerja militer Washington meskipun ada kekhawatiran yang meningkat mengenai potensi konflik yang lebih luas di Timur Tengah.
Kapal unduk USS Abraham Lincoln (CVN-72) berada di Laut China Timur. Kapal induk ini memimpin Carrier Strike Group 7, yang terdiri dari kapal perusak rudal USS Fitzgerald (DDG-62), USS Spruance (DDG-111), dan USS Dewey (DDG-105).
Selanjutnya, kapal induk USS Ronald Reagan (CVN-76) berada di Laut China Selatan. Kapal induk ini memimpin Carrier Strike Group 5, yang terdiri dari kapal perusak rudal USS Chafee (DDG-90), USS Howard (DDG-83), dan USS Milius (DDG-69).
Kemudian kapal induk USS Carl Vinson (CVN-70) berada di Laut Filipina. Kapal induk ini memimpin Carrier Strike Group 1, yang terdiri dari kapal perusak rudal USS Sampson (DDG-102), USS Stockdale (DDG-106), dan USS Higgins (DDG-76).
Angkatan Laut AS mengizinkan wartawan dari beberapa media untuk menaiki USS Carl Vinson yang sedang latihan gabungan dengan Jepang di Laut Filipina pada hari Rabu.
USS Carl Vinson berlayar akan berada dalam formasi dengan kapal induk AS lainnya; USS Theodore Roosevelt, dan kapal perang pengangkut helikopter Jepang; JS Ise.
Sembilan kapal lainnya juga berpartisipasi dalam latihan tersebut, menurut pernyataan dari Pasukan Bela Diri Maritim Jepang, yang dilansir Nikkei Asia, Kamis (1/2/2024).
Menurut US Naval Institute, peristiwa ini tampaknya merupakan pertama kalinya dalam dua tahun terakhir tiga kapal induk AS ditempatkan di dekat rangkaian pulau pertama, yang menghubungkan Okinawa dan Taiwan dengan Filipina.
“Apa yang bisa saya katakan adalah bahwa kelompok tempur kapal induk siap untuk melaksanakan seluruh operasi,” kata Laksamana Muda Carlos Sardiello, komandan kelompok tempur USS Carl Vinson.
“Peluang pelatihan di mana kita dapat dengan cepat mengumpulkan platform yang besar, mumpuni, dan gesit di Laut Filipina ini merupakan kesempatan latihan yang besar bagi kami,” ujarnya.
Menurut seorang pejabat Angkatan Laut AS, sebuah kapal mata-mata Angkatan Laut China terlihat 5 hingga 10 mil jauhnya dari USS Carl Vinson. Kapal pengintai tersebut diyakini mengumpulkan informasi intelijen tentang kemampuan dan operasi AS dan Jepang selama latihan gabungan.
“Saya pikir jalur air sangat padat meskipun lalu lintas normal. Namun kehadiran kapal-kapal [Angkatan Laut China] di sini bersama kami tidak menjadi masalah bagi kami,” kata Laksamana Muda Christopher Alexander, yang memimpin kelompok tempur USS Theodore Roosevelt.
“Kami di sini, saat ini, untuk memperkuat hubungan kami dengan sekutu dan mitra kami, dan untuk menyatakan bahwa kami dapat merespons setiap krisis atau kemungkinan yang terjadi di Pasifik barat,” kata Alexander.
Pada bulan November, Angkatan Laut AS juga menyampaikan undangan ke beberapa media untuk mengamati latihan kapal induk di Laut Filipina, yang menunjukkan bahwa mereka mencari lebih banyak perhatian publik mengenai operasinya di Indo-Pasifik.
Meskipun rencana untuk mengerahkan kapal induk diyakini telah diselesaikan beberapa bulan yang lalu, serangkaian demonstrasi telah menjadi pengingat bahwa perhatian militer tidak akan teralihkan dari Indo-Pasifik, pada saat perang regional dapat pecah di Timur Tengah.
“Ini adalah pesan pencegahan,” kata Jeffrey Hornung, ilmuwan politik senior di Rand Cooperation.
“Pesan ini akan terus berlanjut terlepas dari kondisi di belahan dunia lain karena China adalah ancaman yang terus meningkat,” katanya.
“Mengingat perang di Eropa dan prospek konflik yang lebih luas di Timur Tengah, Angkatan Laut tahu ini adalah saat yang kritis untuk meningkatkan pencegahan dan meyakinkan sekutu bahwa Amerika Serikat siap bertindak jika kepentingannya terancam,” kata Patrick Cronin, ketua keamanan Asia-Pasifik di Hudson Institute.
Di Timur Tengah, USS Dwight Eisenhower adalah satu-satunya kapal induk AS yang menangani meningkatnya ketegangan regional.
USS Gerald Ford, yang dikirim ke Mediterania timur agar berada dalam jarak serangan dari Israel, meninggalkan wilayah tersebut pada bulan Januari dan digantikan oleh kapal serbu USS Bataan.
Meskipun kapal induk hanyalah sebagian dari keseluruhan kemampuan militer AS, pengaturan saat ini berbeda dengan pengaturan pada tahun 2021 ketika AS menarik diri dari Afghanistan.
Kapal induk USS Ronald Reagan membantu operasi melalui Laut Arab, dalam relokasi yang jarang terjadi dari Indo-Pasifik ke Timur Tengah.
Meskipun pemerintahan Presiden AS Joe Biden menjadikan China sebagai prioritas utama dalam strategi keamanan nasionalnya, langkah ini menciptakan kekosongan kapal induk di Indo-Pasifik selama berbulan-bulan.
Rob Wittman, politisi Partai Republik dari Virginia dan wakil ketua Komite Angkatan Bersenjata Parlemen, mengatakan kepada Nikkei Asia bahwa “China sangat oportunistik dan mereka sedang mempertimbangkan upaya apa yang kami lakukan di Indo-Pasifik.”
“Kami tahu bahwa kehadiran di sana adalah sebuah pencegahan, dan kemampuan adalah sebuah pencegahan, dan kami tidak ingin kehilangan fokus pada hal tersebut, karena menghalangi godaan China untuk mengambil alih Taiwan dengan kekerasan adalah sesuatu yang perlu kita ingat setiap hari," kata Wittman,
Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan mengatakan pada Jumat pekan lalu bahwa pihaknya telah mendeteksi 33 pesawat militer China di sekitar Taiwan selama 24 jam terakhir, sebagai tanda meningkatnya tekanan menyusul kunjungan delegasi kongres bipartisan AS ke pulau tersebut.
China telah berjanji untuk reunifikasi dengan pulau yang mempunyai pemerintahan sendiri itu dan tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk mencapai tujuanntya. Beijing menyebut sikap skeptis China terhadap presiden baru Taian Lai Ching-te dan Partai Demokrat Progresif yang berkuasa, merupakan ancaman terhadap perdamaian.
Korea Utara juga menjadi perhatian AS karena Pyongyang terus menguji tembak rudal dan memperdalam hubungan pertahanan dengan Rusia.
“Kami tahu bahwa Korea Utara terus mengejar kemampuan-kemampuan canggih, termasuk kemampuan rudal balistik, yang mereka ingin dapat mencapai hasil jangka panjang,” kata John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS.
“Jelas, kami akan melakukan apa yang harus kami lakukan untuk memastikan kami dapat melindungi Amerika Serikat, melindungi sekutu dan mitra kami,” lanjut Kirby, seraya menambahkan bahwa Washington akan mengupayakan lebih banyak kerja sama trilateral dengan Jepang dan Korea Selatan.
Wilayah itu menjadi fokus kerja militer Washington meskipun ada kekhawatiran yang meningkat mengenai potensi konflik yang lebih luas di Timur Tengah.
Kapal unduk USS Abraham Lincoln (CVN-72) berada di Laut China Timur. Kapal induk ini memimpin Carrier Strike Group 7, yang terdiri dari kapal perusak rudal USS Fitzgerald (DDG-62), USS Spruance (DDG-111), dan USS Dewey (DDG-105).
Selanjutnya, kapal induk USS Ronald Reagan (CVN-76) berada di Laut China Selatan. Kapal induk ini memimpin Carrier Strike Group 5, yang terdiri dari kapal perusak rudal USS Chafee (DDG-90), USS Howard (DDG-83), dan USS Milius (DDG-69).
Kemudian kapal induk USS Carl Vinson (CVN-70) berada di Laut Filipina. Kapal induk ini memimpin Carrier Strike Group 1, yang terdiri dari kapal perusak rudal USS Sampson (DDG-102), USS Stockdale (DDG-106), dan USS Higgins (DDG-76).
Angkatan Laut AS mengizinkan wartawan dari beberapa media untuk menaiki USS Carl Vinson yang sedang latihan gabungan dengan Jepang di Laut Filipina pada hari Rabu.
USS Carl Vinson berlayar akan berada dalam formasi dengan kapal induk AS lainnya; USS Theodore Roosevelt, dan kapal perang pengangkut helikopter Jepang; JS Ise.
Sembilan kapal lainnya juga berpartisipasi dalam latihan tersebut, menurut pernyataan dari Pasukan Bela Diri Maritim Jepang, yang dilansir Nikkei Asia, Kamis (1/2/2024).
Menurut US Naval Institute, peristiwa ini tampaknya merupakan pertama kalinya dalam dua tahun terakhir tiga kapal induk AS ditempatkan di dekat rangkaian pulau pertama, yang menghubungkan Okinawa dan Taiwan dengan Filipina.
“Apa yang bisa saya katakan adalah bahwa kelompok tempur kapal induk siap untuk melaksanakan seluruh operasi,” kata Laksamana Muda Carlos Sardiello, komandan kelompok tempur USS Carl Vinson.
“Peluang pelatihan di mana kita dapat dengan cepat mengumpulkan platform yang besar, mumpuni, dan gesit di Laut Filipina ini merupakan kesempatan latihan yang besar bagi kami,” ujarnya.
Menurut seorang pejabat Angkatan Laut AS, sebuah kapal mata-mata Angkatan Laut China terlihat 5 hingga 10 mil jauhnya dari USS Carl Vinson. Kapal pengintai tersebut diyakini mengumpulkan informasi intelijen tentang kemampuan dan operasi AS dan Jepang selama latihan gabungan.
“Saya pikir jalur air sangat padat meskipun lalu lintas normal. Namun kehadiran kapal-kapal [Angkatan Laut China] di sini bersama kami tidak menjadi masalah bagi kami,” kata Laksamana Muda Christopher Alexander, yang memimpin kelompok tempur USS Theodore Roosevelt.
“Kami di sini, saat ini, untuk memperkuat hubungan kami dengan sekutu dan mitra kami, dan untuk menyatakan bahwa kami dapat merespons setiap krisis atau kemungkinan yang terjadi di Pasifik barat,” kata Alexander.
Pada bulan November, Angkatan Laut AS juga menyampaikan undangan ke beberapa media untuk mengamati latihan kapal induk di Laut Filipina, yang menunjukkan bahwa mereka mencari lebih banyak perhatian publik mengenai operasinya di Indo-Pasifik.
Meskipun rencana untuk mengerahkan kapal induk diyakini telah diselesaikan beberapa bulan yang lalu, serangkaian demonstrasi telah menjadi pengingat bahwa perhatian militer tidak akan teralihkan dari Indo-Pasifik, pada saat perang regional dapat pecah di Timur Tengah.
“Ini adalah pesan pencegahan,” kata Jeffrey Hornung, ilmuwan politik senior di Rand Cooperation.
“Pesan ini akan terus berlanjut terlepas dari kondisi di belahan dunia lain karena China adalah ancaman yang terus meningkat,” katanya.
“Mengingat perang di Eropa dan prospek konflik yang lebih luas di Timur Tengah, Angkatan Laut tahu ini adalah saat yang kritis untuk meningkatkan pencegahan dan meyakinkan sekutu bahwa Amerika Serikat siap bertindak jika kepentingannya terancam,” kata Patrick Cronin, ketua keamanan Asia-Pasifik di Hudson Institute.
Di Timur Tengah, USS Dwight Eisenhower adalah satu-satunya kapal induk AS yang menangani meningkatnya ketegangan regional.
USS Gerald Ford, yang dikirim ke Mediterania timur agar berada dalam jarak serangan dari Israel, meninggalkan wilayah tersebut pada bulan Januari dan digantikan oleh kapal serbu USS Bataan.
Meskipun kapal induk hanyalah sebagian dari keseluruhan kemampuan militer AS, pengaturan saat ini berbeda dengan pengaturan pada tahun 2021 ketika AS menarik diri dari Afghanistan.
Kapal induk USS Ronald Reagan membantu operasi melalui Laut Arab, dalam relokasi yang jarang terjadi dari Indo-Pasifik ke Timur Tengah.
Meskipun pemerintahan Presiden AS Joe Biden menjadikan China sebagai prioritas utama dalam strategi keamanan nasionalnya, langkah ini menciptakan kekosongan kapal induk di Indo-Pasifik selama berbulan-bulan.
Rob Wittman, politisi Partai Republik dari Virginia dan wakil ketua Komite Angkatan Bersenjata Parlemen, mengatakan kepada Nikkei Asia bahwa “China sangat oportunistik dan mereka sedang mempertimbangkan upaya apa yang kami lakukan di Indo-Pasifik.”
“Kami tahu bahwa kehadiran di sana adalah sebuah pencegahan, dan kemampuan adalah sebuah pencegahan, dan kami tidak ingin kehilangan fokus pada hal tersebut, karena menghalangi godaan China untuk mengambil alih Taiwan dengan kekerasan adalah sesuatu yang perlu kita ingat setiap hari," kata Wittman,
Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan mengatakan pada Jumat pekan lalu bahwa pihaknya telah mendeteksi 33 pesawat militer China di sekitar Taiwan selama 24 jam terakhir, sebagai tanda meningkatnya tekanan menyusul kunjungan delegasi kongres bipartisan AS ke pulau tersebut.
China telah berjanji untuk reunifikasi dengan pulau yang mempunyai pemerintahan sendiri itu dan tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk mencapai tujuanntya. Beijing menyebut sikap skeptis China terhadap presiden baru Taian Lai Ching-te dan Partai Demokrat Progresif yang berkuasa, merupakan ancaman terhadap perdamaian.
Korea Utara juga menjadi perhatian AS karena Pyongyang terus menguji tembak rudal dan memperdalam hubungan pertahanan dengan Rusia.
“Kami tahu bahwa Korea Utara terus mengejar kemampuan-kemampuan canggih, termasuk kemampuan rudal balistik, yang mereka ingin dapat mencapai hasil jangka panjang,” kata John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS.
“Jelas, kami akan melakukan apa yang harus kami lakukan untuk memastikan kami dapat melindungi Amerika Serikat, melindungi sekutu dan mitra kami,” lanjut Kirby, seraya menambahkan bahwa Washington akan mengupayakan lebih banyak kerja sama trilateral dengan Jepang dan Korea Selatan.
(mas)