Ringankan Derita Rakyat Suriah, Arab Saudi Sumbang Rp1,3 Triliun

Kamis, 26 April 2018 - 13:48 WIB
Ringankan Derita Rakyat Suriah, Arab Saudi Sumbang Rp1,3 Triliun
Ringankan Derita Rakyat Suriah, Arab Saudi Sumbang Rp1,3 Triliun
A A A
BRUSSELS - Pemerintah Kerajaan Arab Saudi memutuskan untuk menyumbang dana tambahan USD100 juta (Rp1,3 triliun) ke Suriah untuk meringankan penderitaan rakyat di negara tersebut. Bantuan kemanusiaan ini disalurkan melalui King Salman Humanitarian Aid and Relief Center.

Pengumuman paket bantuan terbaru diumumkan oleh Menteri Luar Negeri Adel bin Ahmed al-Jubeir pada 25 April 2018 dalam senuah sebuah konferensi internasional tentang masa depan Suriah, yang diselenggarakan di ibu kota Belgia, Brussels.

Pengumuman pemberian bantuan ini disampaikan setelah Suriah kembali jadi sorotan dunia terkait dugaan serangan senjata kimia di kota Douma, di Ghouta timur. Dugaan serangan yang dituduhkan dilakukan pasukan rezim Suriah itu dilaporkan menewaskan puluhan orang.

"Dunia sedang menghadapi rezim yang bersekutu dengan milisi teroris yang percaya bahwa menyebarkan kekejaman dan melakukan kejahatan akan membawa kemenangan untuk itu, dan bahwa kejahatan perang membuahkan hasil," kata al-Jubeir, menyindir rezim Suriah yang dipimpin Presiden Bashar al-Assad.

"Selain membom warga sipil dengan tong-tong eksplosif, kebijakan kelaparan dan pengepungan, pembersihan etnis dan sektarian, dan perubahan demografi kota-kota dan kota-kota Suriah, penggunaan senjata kimia telah mengejutkan seluruh dunia," lanjut diplomat top Saudi ini seperti dikutip Arab News, Kamis (26/4/2018).

Dia mengatakan bahwa satu-satunya solusi yang dapat diterima untuk krisis Suriah adalah resolusi politik yang damai. Arab Saudi, kata al-Jubeir, telah bekerja untuk mencapai hal itu sejak krisis dimulai.

Menurutnya, Kerajaan Saudi telah memainkan peran dalam menyatukan barisan oposisi Suriah dan mendorong mereka untuk berbicara dengan satu suara. Setelah Konferensi Riyadh 1 pada tahun 2015, Arab Saudi menjadi tuan rumah Konferensi Riyadh 2 yang digelar untuk oposisi Suriah pada bulan November 2017. Konferensi ini berhasil mempersatukan faksi-faksi dan membentuk badan negosiasi untuk mengambil bagian dalam putaran pembicaraan yang diadakan sejak saat itu.

Menteri Luar Negeri Saudi ini menegaskan kembali dukungan negaranya atas upaya utusan Sekretaris Jenderal PBB, Stephan de Mistura, untuk melanjutkan negosiasi antara semua pihak yang bertikai di Suriah.

"Kerajaan berharap bahwa perjanjian yang didukung oleh resolusi internasional mengenai gencatan senjata dan pengiriman bantuan kemanusiaan kepada para penerima manfaat akan dilaksanakan di seluruh Suriah, terlepas dari afiliasi etnis, agama, sektarian atau politik mereka, dan menyerukan pembebasan cepat tahanan dan korban penculikan dan mengklarifikasi situasi mereka yang tidak ada," ujar al-Jubeir.

Dia menambahkan bahwa krisis kemanusiaan yang memburuk, yang telah memengaruhi pengungsi di dalam dan di luar Suriah, harus menambah urgensi untuk menemukan solusi politik dan melanjutkan proses negosiasi sesegera mungkin.

Al-Jubeir mengatakan, sejak perang sipil Suriah dimulai, Kerajaan Saudi telah menerima sekitar 2,5 juta warga Suriah dan memperlakukan mereka seperti warganya sendiri. Jutaan warga Suriah itu diberi perawatan kesehatan gratis, pekerjaan dan pendidikan.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5099 seconds (0.1#10.140)