Suriah Peroleh Rudal Tomahawk saat Serangan, Bisa Permalukan AS
A
A
A
MOSKOW - Rusia memamerkan beberapa foto peluru kendali (peluru) termasuk Tomahawk nyaris utuh yang diklaim diperoleh pasukan Suriah saat serangan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya pada 14 April lalu.
Analis keamanan berpendapat, Rusia dan Suriah bisa untung besar untuk mempermalukan AS karena bisa mempelajari rudal Tomahawak yang diperoleh.
Beberapa foto peluru kendali canggih yang nyaris utuh itu dipamerkan Kementerian Pertahanan Rusia pada hari Rabu. Selain foto Tomahawk, ada satu lagi rudal jelajah canggih yang tidak disebutkan namanya.
Kementerian tersebut mengatakan, pihaknya berencana untuk mempelajari kedua rudal jelajah tersebut untuk lebih meningkatkan kemampuan sistem pertahanan udara Rusia. Tak dijelaskan bagaimana rudal-rudal canggih Barat itu bisa diperoleh pasukan Suriah saat serangan beberapa waktu lalu.
Tindakan kementerian itu mamamerkan foto-foto rudal jelajah AS dan sekutunya yang "ditangkap" pasukan Suriah juga untuk menepis klaim Presiden AS Donald Trump dan berbagai pejabat militer AS yang menyombongkan bahwa total 105 rudal yang ditembakkan ke Suriah mencapai target.
Moskow menegaskan, hanya ada 25 serangan rudal yang berhasil selama agresi singkat beberapa pekan lalu. Sedangkan sebagian besar ditumbangkan oleh sistem pertahanan udara Suriah atau memang tidak berfungsi.
Charles Shoebridge, analis keamanan dan mantan perwira militer Inggris, mengtakan agresi AS, Inggris dan Prancis sebenarnya berisiko mengobarkan senjata canggih Barat kepada Rusia. Sebab, kata dia, serangan itu tidak memberikan manfaat nyata di lapangan.
"Akan menjadi sumber keprihatinan besar bagi pihak Amerika, Inggris dan Prancis," kata Shoebridge kepada Russia Today, yang dilansir Kamis (26/4/2018).
"Tidak banyak manfaat nyata di lapangan, mengingat bahwa ini adalah sasaran sipil atau sebagian besar area kosong yang terkena, sementara Rusia telah memperoleh pengetahuan teknis tentang sistem senjata yang sebenarnya dikorbankan oleh tiga kekuatan ini," ujarnya.
Shoebridge menunjukkan bahwa klaim Amerika tentang akurasi pemboman 100 persen kemungkinan besar tidak realistis. "Dengan sejumlah besar senjata yang ditembakkan dan tembakan anti-pesawat diarahkan pada mereka, Anda akan mengharapkan, setidaknya, sebagian kecil dari mereka (rudal-rudal AS dan sekutu) tidak lolos," katanya.
Analis ini memilih berhenti mendukung klaim Rusia maupun AS soal efeketvitas agresi singkat di Suriah."Beberapa tokoh di antara...mungkin kebenaran, mungkin bohong," ujarnya.
"Bahkan dari serangan yang sukses, Anda akan menemukan beberapa fragmen dari senjata yang digunakan, tetapi biasanya tidak dalam ukuran yang kami bicarakan di sini," ujar Shoebridge. "Tapi yang pasti keberadaan fragmen seperti ini bisa menunjukkan fakta bahwa beberapa rudal tidak berfungsi, ditembak jatuh atau hanya mendarat di tempat yang salah."
Ketika ditanya tentang kemungkinan reaksi AS terhadap diperolehnya rudal jelajah Tomhawak oleh pasukan Suriah, dia mengatakan bahwa itu akan ditangani secara publik. "Cara itu biasanya ditangani, yang entah akan diabaikan atau think tank dan yang disebut para ahli akan diberi tugas untuk mengejek laporan Rusia ini," paparnya.
Juru bicara Pentagon Eric Pahon mengatakan, pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia "tidak masuk akal"."(Itu) contoh lain dari kampanye disinformasi Rusia," katanya.
Justin Bronk, ahli tempur udara di Royal United Services Institute mengatakan kepada Business Insider bahwa Rusia dan Suriah kemungkinan hanya memiliki potongan Tomahawk yang diledakkan. Menurutnya, potongan senjata itu tidak akan berguna banyak.
"Saya tidak tahu apakah Rusia atau Suriah telah 'menangkap' Tomahawk, meskipun saya yakin mereka memiliki banyak potongan untuk dipelajari dari senjata yang mencapai targetnya," kata Bronk.
Menurutnya, tak seperti bidang teknologi lainnya di mana Rusia tertinggal jauh di belakang AS, rudal jelajah Rusia sebenarnya cukup mumpuni. Moskow telah menggunakan rudal jelajah yang ditembakkan dari kapal angkatan laut dan kapal selam untuk menyerang sasaran di Suriah sebelumnya, dan mereka menunjukkan kisaran dan kemampuan yang sama dalam melakukannya.
"Rudal-rudal jelajah itu tidak persis daerah di mana Moskow sangat membutuhkan akses ke teknologi Barat," kata Bronk. "Meskipun Rusia akan akan senang untuk memeriksa Block 4 Tomahawk utuh untuk memiliki sensor dan paket panduan yang tetap," ujarnya.
"Klaim Rusia adalah mungkin hanya berpura-pura dalam kasus ini untuk mencoba dan mempermalukan AS," imbuh dia.
Analis keamanan berpendapat, Rusia dan Suriah bisa untung besar untuk mempermalukan AS karena bisa mempelajari rudal Tomahawak yang diperoleh.
Beberapa foto peluru kendali canggih yang nyaris utuh itu dipamerkan Kementerian Pertahanan Rusia pada hari Rabu. Selain foto Tomahawk, ada satu lagi rudal jelajah canggih yang tidak disebutkan namanya.
Kementerian tersebut mengatakan, pihaknya berencana untuk mempelajari kedua rudal jelajah tersebut untuk lebih meningkatkan kemampuan sistem pertahanan udara Rusia. Tak dijelaskan bagaimana rudal-rudal canggih Barat itu bisa diperoleh pasukan Suriah saat serangan beberapa waktu lalu.
Tindakan kementerian itu mamamerkan foto-foto rudal jelajah AS dan sekutunya yang "ditangkap" pasukan Suriah juga untuk menepis klaim Presiden AS Donald Trump dan berbagai pejabat militer AS yang menyombongkan bahwa total 105 rudal yang ditembakkan ke Suriah mencapai target.
Moskow menegaskan, hanya ada 25 serangan rudal yang berhasil selama agresi singkat beberapa pekan lalu. Sedangkan sebagian besar ditumbangkan oleh sistem pertahanan udara Suriah atau memang tidak berfungsi.
Charles Shoebridge, analis keamanan dan mantan perwira militer Inggris, mengtakan agresi AS, Inggris dan Prancis sebenarnya berisiko mengobarkan senjata canggih Barat kepada Rusia. Sebab, kata dia, serangan itu tidak memberikan manfaat nyata di lapangan.
"Akan menjadi sumber keprihatinan besar bagi pihak Amerika, Inggris dan Prancis," kata Shoebridge kepada Russia Today, yang dilansir Kamis (26/4/2018).
"Tidak banyak manfaat nyata di lapangan, mengingat bahwa ini adalah sasaran sipil atau sebagian besar area kosong yang terkena, sementara Rusia telah memperoleh pengetahuan teknis tentang sistem senjata yang sebenarnya dikorbankan oleh tiga kekuatan ini," ujarnya.
Shoebridge menunjukkan bahwa klaim Amerika tentang akurasi pemboman 100 persen kemungkinan besar tidak realistis. "Dengan sejumlah besar senjata yang ditembakkan dan tembakan anti-pesawat diarahkan pada mereka, Anda akan mengharapkan, setidaknya, sebagian kecil dari mereka (rudal-rudal AS dan sekutu) tidak lolos," katanya.
Analis ini memilih berhenti mendukung klaim Rusia maupun AS soal efeketvitas agresi singkat di Suriah."Beberapa tokoh di antara...mungkin kebenaran, mungkin bohong," ujarnya.
"Bahkan dari serangan yang sukses, Anda akan menemukan beberapa fragmen dari senjata yang digunakan, tetapi biasanya tidak dalam ukuran yang kami bicarakan di sini," ujar Shoebridge. "Tapi yang pasti keberadaan fragmen seperti ini bisa menunjukkan fakta bahwa beberapa rudal tidak berfungsi, ditembak jatuh atau hanya mendarat di tempat yang salah."
Ketika ditanya tentang kemungkinan reaksi AS terhadap diperolehnya rudal jelajah Tomhawak oleh pasukan Suriah, dia mengatakan bahwa itu akan ditangani secara publik. "Cara itu biasanya ditangani, yang entah akan diabaikan atau think tank dan yang disebut para ahli akan diberi tugas untuk mengejek laporan Rusia ini," paparnya.
Juru bicara Pentagon Eric Pahon mengatakan, pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia "tidak masuk akal"."(Itu) contoh lain dari kampanye disinformasi Rusia," katanya.
Justin Bronk, ahli tempur udara di Royal United Services Institute mengatakan kepada Business Insider bahwa Rusia dan Suriah kemungkinan hanya memiliki potongan Tomahawk yang diledakkan. Menurutnya, potongan senjata itu tidak akan berguna banyak.
"Saya tidak tahu apakah Rusia atau Suriah telah 'menangkap' Tomahawk, meskipun saya yakin mereka memiliki banyak potongan untuk dipelajari dari senjata yang mencapai targetnya," kata Bronk.
Menurutnya, tak seperti bidang teknologi lainnya di mana Rusia tertinggal jauh di belakang AS, rudal jelajah Rusia sebenarnya cukup mumpuni. Moskow telah menggunakan rudal jelajah yang ditembakkan dari kapal angkatan laut dan kapal selam untuk menyerang sasaran di Suriah sebelumnya, dan mereka menunjukkan kisaran dan kemampuan yang sama dalam melakukannya.
"Rudal-rudal jelajah itu tidak persis daerah di mana Moskow sangat membutuhkan akses ke teknologi Barat," kata Bronk. "Meskipun Rusia akan akan senang untuk memeriksa Block 4 Tomahawk utuh untuk memiliki sensor dan paket panduan yang tetap," ujarnya.
"Klaim Rusia adalah mungkin hanya berpura-pura dalam kasus ini untuk mencoba dan mempermalukan AS," imbuh dia.
(mas)