Amerika Serikat Tuduh Rusia Mengacau Kawasan Mediterania
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) menuduh Rusia bekerja untuk mengacau kawasan Mediterania, terkait berbagai aksi mulai dari Libya hingga Suriah .
Menurut AS, tindakan Rusia itu bertujuan merusak tatanan internasional. Tuduhan itu dilontarkan Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Mike Pompeo.
“Moskow terus mengancam stabilitas Mediterania menggunakan berbagai teknik untuk menyebarkan disinformasi, merusak kedaulatan nasional, menabur kekacauan, konflik, dan perpecahan di dalam negara-negara di penjuru kawasan," ungkap Pompeo.
Dia secara khusus menyebutkan dukungan kuat Rusia untuk rezim Presiden Suriah Bashar Al-Assad, dan pengusiran diplomat Rusia dari Yunani pada 2018 atas tuduhan bahwa Moskow memicu penentangan pada perjanjian bilateral antara Athena dan Makedonia Utara yang menyelesaikan perselisihan panjang, dan perubahan nama Makedonia Utara. (Baca Juga: Menang Pilpres AS, Joe Biden: Demokrasi Menang!)
Perubahan nama negara menjadi Makedonia Utara itu penting untuk masuk ke NATO, yang terjadi awal tahun ini, karena Yunani telah lama menentang langkah tersebut tanpa perubahan nama negara. (Lihat Infografis: Media Israel: Indonesia Ingin Normalisasi Hubungan dengan Israel)
Utusan Rusia juga diusir karena tuduhan mereka mendukung kelompok sayap kanan dengan kedok mempromosikan warisan Ortodoks Yunani di negara itu. (Lihat Video: Kasus Rizieq Shihab, Bupati Bogor Dicecar 50 Pertanyaan)
Beralih ke Libya, Pompeo menuduh Moskow mendukung serangan jenderal Khalifa Haftar di ibu kota Tripoli. "Dan merusak upaya PBB untuk membawa perdamaian ke negara itu," papar Pompeo.
"Rusia juga terus melanggar embargo PBB; memblokir sanksi di Dewan Keamanan PBB untuk Mohamed al-Kani, bersama dengan milisi Kaniyat, yang pelanggaran berat hak asasi manusia (HAM)-nya didokumentasikan dengan baik; terlibat pencetakan uang dinar Libya palsu yang mengguncang ekonomi Libya; dan melalui wakilnya, Wagner, memicu konflik," ujar Pompeo.
Al-Kani adalah kepala milisi Kaniyat yang mendapat sanksi dari AS atas masalah pelanggaran hak asasi manusia.
Pompeo mengatakan semua itu hanyalah puncak gunung es dari berbagai tindakan Rusia.
“Semuanya dengan jelas menunjukkan bahwa jika ada yang memainkan permainan politik dan mencoba menghentikan kemajuan dalam konflik regional, itu adalah Rusia, yang hanya bertindak untuk memajukan kepentingannya sendiri untuk merugikan seluruh wilayah," ujar dia.
Menurut AS, tindakan Rusia itu bertujuan merusak tatanan internasional. Tuduhan itu dilontarkan Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Mike Pompeo.
“Moskow terus mengancam stabilitas Mediterania menggunakan berbagai teknik untuk menyebarkan disinformasi, merusak kedaulatan nasional, menabur kekacauan, konflik, dan perpecahan di dalam negara-negara di penjuru kawasan," ungkap Pompeo.
Dia secara khusus menyebutkan dukungan kuat Rusia untuk rezim Presiden Suriah Bashar Al-Assad, dan pengusiran diplomat Rusia dari Yunani pada 2018 atas tuduhan bahwa Moskow memicu penentangan pada perjanjian bilateral antara Athena dan Makedonia Utara yang menyelesaikan perselisihan panjang, dan perubahan nama Makedonia Utara. (Baca Juga: Menang Pilpres AS, Joe Biden: Demokrasi Menang!)
Perubahan nama negara menjadi Makedonia Utara itu penting untuk masuk ke NATO, yang terjadi awal tahun ini, karena Yunani telah lama menentang langkah tersebut tanpa perubahan nama negara. (Lihat Infografis: Media Israel: Indonesia Ingin Normalisasi Hubungan dengan Israel)
Utusan Rusia juga diusir karena tuduhan mereka mendukung kelompok sayap kanan dengan kedok mempromosikan warisan Ortodoks Yunani di negara itu. (Lihat Video: Kasus Rizieq Shihab, Bupati Bogor Dicecar 50 Pertanyaan)
Beralih ke Libya, Pompeo menuduh Moskow mendukung serangan jenderal Khalifa Haftar di ibu kota Tripoli. "Dan merusak upaya PBB untuk membawa perdamaian ke negara itu," papar Pompeo.
"Rusia juga terus melanggar embargo PBB; memblokir sanksi di Dewan Keamanan PBB untuk Mohamed al-Kani, bersama dengan milisi Kaniyat, yang pelanggaran berat hak asasi manusia (HAM)-nya didokumentasikan dengan baik; terlibat pencetakan uang dinar Libya palsu yang mengguncang ekonomi Libya; dan melalui wakilnya, Wagner, memicu konflik," ujar Pompeo.
Al-Kani adalah kepala milisi Kaniyat yang mendapat sanksi dari AS atas masalah pelanggaran hak asasi manusia.
Pompeo mengatakan semua itu hanyalah puncak gunung es dari berbagai tindakan Rusia.
“Semuanya dengan jelas menunjukkan bahwa jika ada yang memainkan permainan politik dan mencoba menghentikan kemajuan dalam konflik regional, itu adalah Rusia, yang hanya bertindak untuk memajukan kepentingannya sendiri untuk merugikan seluruh wilayah," ujar dia.
(sya)