Empat Fakta tentang Ilmuwan Palestina Ditembak Mati di Malaysia
A
A
A
KUALA LUMPUR - Dr Fadi Al-Batsh, 35, ilmuwan muda asal Palestina ditembak mati di Malaysia oleh dua penyerang yang menaiki sepeda motor. Dia dibunuh saat hendak pergi ke masjid di Setapak, Kuala Lumpur, untuk salat Subuh pada Sabtu pagi.
Sosok ilmuwan ini tiba-tiba jadi sorotan media internasional karena keluarganya menuduh badan intelijen Israel, Mossad, sebagai dalang pembunuhan. Jika tuduhan ini benar, maka agen Mossad telah berkeliaran di Malaysia.
Al-Batsh juga diakui organisasi Hamas sebagai anggotanya yang loyal. Media-media Israel mengidentifikasi dirinya sebagai ilmuwan yang mengembangkan drone untuk Hamas.
Menurut rekaman CCTV di dekat lokasi kejadian, dua penyerang telah menunggu korban selama hampir 20 menit. Al-Batsh, selain menjadi dosen di sebuah universitas swasta di Malaysia, juga menjadi imam masjid di wilayah tersebut.
Dia ditembak dengan sekitar delapan peluru. Para penyerang mengenakan helm full-face.
Ilmuwan muda itu telah tinggal di Malaysia selama 10 tahun terakhir, meninggalkan istri dan tiga anaknya, yang masing-masing berusia satu tahun, lima tahun dan enam tahun.
Kepala kepolisian Kuala Lumpur, Mazlan Lazim, yakin dosen itu adalah target pembunuhan karena karena dua orang lainnya berjalan di tempat yang sebelumnya tidak terluka.
"Kami akan melihat rekaman semua CCTV di daerah itu untuk mengidentifikasi para tersangka dan mendapatkan nomor registrasi sepeda motor," katanya, seraya menambahkan bahwa para penyerang telah tiba dengan sepeda motor BMW GS.
Terkait pembunuhan ilmuwan muda Palestina ini, ada setidaknya empat fakta yang perlu diketahui.
1. Ahli Roket
Wakil Perdana Menteri Malaysia Ahmad Zahid Hamidi mengatakan, Al-Batsh adalah dosen yang juga insinyur listrik yang ahli membuat roket.
Korban seharusnya berangkat ke Turki Sabtu sore untuk menghadiri konferensi internasional. Menurut Ahmad Zahid, Al-Batsh memiliki hubungan dengan organisasi intelijen suatu negara dan telah aktif di LSM Islam yang memperjuangkan Palestina. Fakta itu dia kutip dari investigasi awal pihak berwenang Malaysia.
2. Anggota Hamas
Faksi Palestina yang berkuasa di Gaza, Hamas, secara resmi mengakui bahwa Dr Fadi Al-Batsh adalah anggotanya yang loyal. Hamas tidak secara langsung menuduh Mossad, sebagai dalang pembunuhan ilmuwan muda tersebut.
Faksi Palestina ini menggambarkan Al-Batsh sebagai martir. Sebutan ini biasa digunakan bagi orang-orang Palestina yang dibunuh pasukan Israel.
"Gerakan Perlawanan Islam Palestina Hamas berduka atas kematian ilmuwan Palestina, Fadi Al-Batsh, yang dibunuh dalam perjalanannya untuk melakukan salat Subuh di sebuah masjid di Kuala Lumpur," bunyi pernyataan Hamas.
"Dia dikenal karena inovasi ilmiahnya karena dia telah menghadiri banyak konferensi internasional tentang energi di Jepang, Inggris dan Finlandia. Dia berencana untuk mengetuai konferensi lain tentang energi di Turki," lanjut pernyataan tersebut.
Mengutip laporan The Star, Hamas menyatakan bahwa Al-Batsh telah berkontribusi pada pengembangan sektor energi Malaysia. Dia menemukan dan mengembangkan beberapa perangkat teknis dan mineral yang digunakan untuk menghasilkan listrik.
Baca Juga: Ilmuwan Palestina Ditembak Mati di Malaysia, Mossad Dicurigai
3. Keluarga Tuduh Mossad Terlibat
Meski Hamas tidak secara langsung menuduh Mossad sebagai dalang pembunuhan Al-Batsh, keluarganya di Jabaliya, Palestina, meyakini badan intelijen Israel tersebut sebagai dalang pembunuhan.
"Kami menuduh Mossad berada di balik pembunuhan itu. Kami menuduh Mossad Israel atas pembunuhan putra kami, peneliti energi," kata keluarga Al-Batsh dalam sebuah pernyataan. "Fadi ditakdirkan untuk terbang hari Minggu ke Turki, untuk memimpin konferensi internasional tentang energi."
Keluarga korban bersama dengan pemimpin senior Jihad Islam, Khaled al-Batsh, telah mendesak pihak berwenang Malaysia untuk melakukan penyelidikan yang komprehensif dan cepat atas pembunuhan ini."Tangkap mereka yang bertanggung jawab sebelum para pembunuh bisa melarikan diri," lanjut pernyataan keluarga.
Baca Juga: Ilmuwan Palestina Ditembak Mati di Malaysia Adalah Anggota Hamas
4. Ditargetkan karena Keahliannya
Kelompok Humanitarian Care Malaysia (MyCARE) mengatakan, keahlian teknis ilmuwan muda Palestina itulah yang menjadikannya sebagai target pembunuhan.
CEO MyCARE, Kamarul Zaman Shaharul Anwar, mengatakan kepada MalayMail bahwa Al-Batsh mahir dalam ilmu rekayasa elektro. "Jadi, satu-satunya hal yang saya yakini yang membuat pembunuhan ini terjadi, adalah keahliannya. Keahlian teknisnya. Dia memiliki gelar PhD dalam bidang teknik elektro. Penting juga bagi mereka (orang Palestina) untuk membangun kembali Gaza," katanya.
Sentimen yang sama juga digemakan oleh temannya, Ahmad Shehaz, yang mengklaim bahwa dosen itu ditargetkan sebagai upaya untuk menghentikannya mentransfer keahliannya saat pulang ke negaranya.
Laporan media Malaysia menyatakan bahwa Al-Batsh memenangkan sejumlah penghargaan ilmiah bergengsi, termasuk salah satu dari pemerintah Malaysia pada tahun 2016.
Hingga kini, pemerintah Israel maupun badan intelijennya belum berkomentar atas pembunuhan Al-Batsh.
Sosok ilmuwan ini tiba-tiba jadi sorotan media internasional karena keluarganya menuduh badan intelijen Israel, Mossad, sebagai dalang pembunuhan. Jika tuduhan ini benar, maka agen Mossad telah berkeliaran di Malaysia.
Al-Batsh juga diakui organisasi Hamas sebagai anggotanya yang loyal. Media-media Israel mengidentifikasi dirinya sebagai ilmuwan yang mengembangkan drone untuk Hamas.
Menurut rekaman CCTV di dekat lokasi kejadian, dua penyerang telah menunggu korban selama hampir 20 menit. Al-Batsh, selain menjadi dosen di sebuah universitas swasta di Malaysia, juga menjadi imam masjid di wilayah tersebut.
Dia ditembak dengan sekitar delapan peluru. Para penyerang mengenakan helm full-face.
Ilmuwan muda itu telah tinggal di Malaysia selama 10 tahun terakhir, meninggalkan istri dan tiga anaknya, yang masing-masing berusia satu tahun, lima tahun dan enam tahun.
Kepala kepolisian Kuala Lumpur, Mazlan Lazim, yakin dosen itu adalah target pembunuhan karena karena dua orang lainnya berjalan di tempat yang sebelumnya tidak terluka.
"Kami akan melihat rekaman semua CCTV di daerah itu untuk mengidentifikasi para tersangka dan mendapatkan nomor registrasi sepeda motor," katanya, seraya menambahkan bahwa para penyerang telah tiba dengan sepeda motor BMW GS.
Terkait pembunuhan ilmuwan muda Palestina ini, ada setidaknya empat fakta yang perlu diketahui.
1. Ahli Roket
Wakil Perdana Menteri Malaysia Ahmad Zahid Hamidi mengatakan, Al-Batsh adalah dosen yang juga insinyur listrik yang ahli membuat roket.
Korban seharusnya berangkat ke Turki Sabtu sore untuk menghadiri konferensi internasional. Menurut Ahmad Zahid, Al-Batsh memiliki hubungan dengan organisasi intelijen suatu negara dan telah aktif di LSM Islam yang memperjuangkan Palestina. Fakta itu dia kutip dari investigasi awal pihak berwenang Malaysia.
2. Anggota Hamas
Faksi Palestina yang berkuasa di Gaza, Hamas, secara resmi mengakui bahwa Dr Fadi Al-Batsh adalah anggotanya yang loyal. Hamas tidak secara langsung menuduh Mossad, sebagai dalang pembunuhan ilmuwan muda tersebut.
Faksi Palestina ini menggambarkan Al-Batsh sebagai martir. Sebutan ini biasa digunakan bagi orang-orang Palestina yang dibunuh pasukan Israel.
"Gerakan Perlawanan Islam Palestina Hamas berduka atas kematian ilmuwan Palestina, Fadi Al-Batsh, yang dibunuh dalam perjalanannya untuk melakukan salat Subuh di sebuah masjid di Kuala Lumpur," bunyi pernyataan Hamas.
"Dia dikenal karena inovasi ilmiahnya karena dia telah menghadiri banyak konferensi internasional tentang energi di Jepang, Inggris dan Finlandia. Dia berencana untuk mengetuai konferensi lain tentang energi di Turki," lanjut pernyataan tersebut.
Mengutip laporan The Star, Hamas menyatakan bahwa Al-Batsh telah berkontribusi pada pengembangan sektor energi Malaysia. Dia menemukan dan mengembangkan beberapa perangkat teknis dan mineral yang digunakan untuk menghasilkan listrik.
Baca Juga: Ilmuwan Palestina Ditembak Mati di Malaysia, Mossad Dicurigai
3. Keluarga Tuduh Mossad Terlibat
Meski Hamas tidak secara langsung menuduh Mossad sebagai dalang pembunuhan Al-Batsh, keluarganya di Jabaliya, Palestina, meyakini badan intelijen Israel tersebut sebagai dalang pembunuhan.
"Kami menuduh Mossad berada di balik pembunuhan itu. Kami menuduh Mossad Israel atas pembunuhan putra kami, peneliti energi," kata keluarga Al-Batsh dalam sebuah pernyataan. "Fadi ditakdirkan untuk terbang hari Minggu ke Turki, untuk memimpin konferensi internasional tentang energi."
Keluarga korban bersama dengan pemimpin senior Jihad Islam, Khaled al-Batsh, telah mendesak pihak berwenang Malaysia untuk melakukan penyelidikan yang komprehensif dan cepat atas pembunuhan ini."Tangkap mereka yang bertanggung jawab sebelum para pembunuh bisa melarikan diri," lanjut pernyataan keluarga.
Baca Juga: Ilmuwan Palestina Ditembak Mati di Malaysia Adalah Anggota Hamas
4. Ditargetkan karena Keahliannya
Kelompok Humanitarian Care Malaysia (MyCARE) mengatakan, keahlian teknis ilmuwan muda Palestina itulah yang menjadikannya sebagai target pembunuhan.
CEO MyCARE, Kamarul Zaman Shaharul Anwar, mengatakan kepada MalayMail bahwa Al-Batsh mahir dalam ilmu rekayasa elektro. "Jadi, satu-satunya hal yang saya yakini yang membuat pembunuhan ini terjadi, adalah keahliannya. Keahlian teknisnya. Dia memiliki gelar PhD dalam bidang teknik elektro. Penting juga bagi mereka (orang Palestina) untuk membangun kembali Gaza," katanya.
Sentimen yang sama juga digemakan oleh temannya, Ahmad Shehaz, yang mengklaim bahwa dosen itu ditargetkan sebagai upaya untuk menghentikannya mentransfer keahliannya saat pulang ke negaranya.
Laporan media Malaysia menyatakan bahwa Al-Batsh memenangkan sejumlah penghargaan ilmiah bergengsi, termasuk salah satu dari pemerintah Malaysia pada tahun 2016.
Hingga kini, pemerintah Israel maupun badan intelijennya belum berkomentar atas pembunuhan Al-Batsh.
(mas)