Bagaimana Memantau Peningkatan Korban Tewas Kekejaman Israel di Jalur Gaza? Ini Penjelasannya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pasukan Israel melancarkan serangan udara dan darat yang kejam di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas yang dilakukan kelompok Hamas pada 7 Oktober lalu.
Menurut angka yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan Gaza, sejak saat itu, setidaknya 16.015 warga Palestina di Jalur Gaza telah dibunuh oleh Israel.
Jumlah korban tewas diprediksi akan terus bertambah mengingat tidak ada tanda-tanda Israel akan menghentikan serangan.
Dengan hancurnya infrastruktur dasar, layanan telepon dan internet yang sering terganggu, dan sejumlah ahli statistik kesehatan terbunuh atau hilang, terdapat kekhawatiran yang semakin besar bahwa otoritas kesehatan Gaza tidak akan dapat terus menghitung jumlah korban secara akurat.
Lalu bagaimana para petugas penyelamat atau kesehatan menghitung jumlah para korban tewas di tengah serangan Israel? Berikut penjelasannya seperti dikutip dari Al Arabiya, Kamis (7/12/2023).
Foto: Ilustrasi
Dalam enam minggu pertama perang, kamar mayat rumah sakit di seluruh Jalur Gaza mengirimkan data tersebut ke pusat pengumpulan utama kementerian kesehatan di Rumah Sakit Al Shifa. Para pejabat menggunakan lembar Excel untuk mencatat nama, usia dan nomor kartu identitas orang yang meninggal dan mengirimkannya ke Kementerian Kesehatan Palestina di Ramallah, bagian dari Otoritas Palestina (PA) yang menjalankan pemerintahan mandiri terbatas di Tepi Barat yang diduduki Israel.
Namun Omar Hussein Ali, direktur pusat operasi darurat Kementerian Ramallah, mengatakan bahwa dari empat pejabat yang mengelola pusat data di RS Al Shifa, satu orang tewas dalam serangan udara yang menghantam rumah sakit sementara tiga lainnya hilang ketika pasukan Israel merebut tempat yang mereka klaim sebagai tempat persembunyian Hamas.
“Pencatatan korban yang diperlukan untuk memahami apa yang terjadi kini semakin sulit. Infrastruktur informasi, sistem kesehatan yang ada, dihancurkan secara sistematis,” kata Hamit Dardagan dari Iraq Body Count, yang dibentuk selama invasi dan pendudukan pimpinan AS di Irak.
Organisasi ini juga berusaha melacak korban di Gaza, menggunakan data Kementerian Kesehatan dan memantau media sosial serta laporan kematian di media lainnya.
Sejak gencatan senjata selama satu minggu gagal diperpanjang pada tanggal 1 Desember lalu, informasi mengenai jumlah korban yang biasanya diberikan setiap hari menjadi tidak teratur. Pembaruan terakhir dari Kementerian Kesehatan Gaza datang pada hari Senin dari juru bicara Ashraf Al-Qidra, sehingga jumlah korban tewas menjadi 15.899.
Menurut angka yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan Gaza, sejak saat itu, setidaknya 16.015 warga Palestina di Jalur Gaza telah dibunuh oleh Israel.
Jumlah korban tewas diprediksi akan terus bertambah mengingat tidak ada tanda-tanda Israel akan menghentikan serangan.
Dengan hancurnya infrastruktur dasar, layanan telepon dan internet yang sering terganggu, dan sejumlah ahli statistik kesehatan terbunuh atau hilang, terdapat kekhawatiran yang semakin besar bahwa otoritas kesehatan Gaza tidak akan dapat terus menghitung jumlah korban secara akurat.
Lalu bagaimana para petugas penyelamat atau kesehatan menghitung jumlah para korban tewas di tengah serangan Israel? Berikut penjelasannya seperti dikutip dari Al Arabiya, Kamis (7/12/2023).
Bagaimana Jumlah Korban Jiwa Dihimpun Sejauh Ini?
Foto: Ilustrasi
Dalam enam minggu pertama perang, kamar mayat rumah sakit di seluruh Jalur Gaza mengirimkan data tersebut ke pusat pengumpulan utama kementerian kesehatan di Rumah Sakit Al Shifa. Para pejabat menggunakan lembar Excel untuk mencatat nama, usia dan nomor kartu identitas orang yang meninggal dan mengirimkannya ke Kementerian Kesehatan Palestina di Ramallah, bagian dari Otoritas Palestina (PA) yang menjalankan pemerintahan mandiri terbatas di Tepi Barat yang diduduki Israel.
Namun Omar Hussein Ali, direktur pusat operasi darurat Kementerian Ramallah, mengatakan bahwa dari empat pejabat yang mengelola pusat data di RS Al Shifa, satu orang tewas dalam serangan udara yang menghantam rumah sakit sementara tiga lainnya hilang ketika pasukan Israel merebut tempat yang mereka klaim sebagai tempat persembunyian Hamas.
“Pencatatan korban yang diperlukan untuk memahami apa yang terjadi kini semakin sulit. Infrastruktur informasi, sistem kesehatan yang ada, dihancurkan secara sistematis,” kata Hamit Dardagan dari Iraq Body Count, yang dibentuk selama invasi dan pendudukan pimpinan AS di Irak.
Organisasi ini juga berusaha melacak korban di Gaza, menggunakan data Kementerian Kesehatan dan memantau media sosial serta laporan kematian di media lainnya.
Sejak gencatan senjata selama satu minggu gagal diperpanjang pada tanggal 1 Desember lalu, informasi mengenai jumlah korban yang biasanya diberikan setiap hari menjadi tidak teratur. Pembaruan terakhir dari Kementerian Kesehatan Gaza datang pada hari Senin dari juru bicara Ashraf Al-Qidra, sehingga jumlah korban tewas menjadi 15.899.