5 Kesalahan Fatal Israel Menilai Hamas Sama Seperti ISIS
loading...
A
A
A
GAZA - Ini telah menjadi mantra Israel sepanjang perang terbaru di Gaza: Hamas adalah ISIS. Padahal, kedua entitas tersebut sangat berbeda.
Sejak serangan berdarah Hamas pada 7 Oktober yang memicu konflik, para pemimpin dan komandan Israel menyamakan kelompok Hamasdengan kelompok ISIS di hampir setiap pidato dan pernyataan publik. Mereka menunjuk pada pembantaian ratusan warga sipil oleh Hamas dan membandingkan misi mereka untuk mengalahkan Hamas dengan kampanye pimpinan AS untuk mengalahkan ISIS di Irak dan Suriah.
“Hamas adalah ISIS,” Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan setelah serangan itu. “Dan sama seperti kekuatan peradaban bersatu untuk mengalahkan ISIS, kekuatan peradaban harus mendukung Israel dalam mengalahkan Hamas.”
Namun dalam banyak hal, perbandingan-perbandingan ini tidak tepat sasaran karena mengabaikan asal-usul dan basis dukungan terhadap Hamas dalam masyarakat Palestina dan dengan berasumsi bahwa gerakan yang tertanam kuat ini dapat dibasmi seperti api.
Foto/Reuters
Melansir AP, Kesalahan perhitungan ini mungkin telah menyebabkan ekspektasi kemenangan yang tidak realistis bagi Israel.
Hal ini juga mempersulit upaya AS dan mediator internasional lainnya untuk mengakhiri perang, yang telah menghancurkan Gaza, membuat lebih dari tiga perempat penduduknya mengungsi dan menewaskan lebih dari 13.300 warga Palestina, menurut otoritas kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas.
“Kami harus menghukum Israel dan kami akan melakukan ini lagi dan lagi,” katanya kepada saluran Lebanon LBC.
Foto/Reuters
Pejuang ISIS sebagian besar berasal dari Irak dan Suriah, namun kelompok tersebut juga berhasil menarik ribuan anggota gerakan jihad global dari seluruh dunia, termasuk Eropa, Asia, Timur Tengah, Afrika Utara, dan bekas Uni Soviet. Orang asing ini sering kali tidak bisa berbahasa lokal, dipandang sebagai orang luar, dan tidak disukai oleh masyarakat lokal.
Kelompok ini juga mengaku bertanggung jawab atas serangkaian serangan mematikan di seluruh Eropa, termasuk di Paris dan Brussels.
Sejak serangan berdarah Hamas pada 7 Oktober yang memicu konflik, para pemimpin dan komandan Israel menyamakan kelompok Hamasdengan kelompok ISIS di hampir setiap pidato dan pernyataan publik. Mereka menunjuk pada pembantaian ratusan warga sipil oleh Hamas dan membandingkan misi mereka untuk mengalahkan Hamas dengan kampanye pimpinan AS untuk mengalahkan ISIS di Irak dan Suriah.
“Hamas adalah ISIS,” Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan setelah serangan itu. “Dan sama seperti kekuatan peradaban bersatu untuk mengalahkan ISIS, kekuatan peradaban harus mendukung Israel dalam mengalahkan Hamas.”
Namun dalam banyak hal, perbandingan-perbandingan ini tidak tepat sasaran karena mengabaikan asal-usul dan basis dukungan terhadap Hamas dalam masyarakat Palestina dan dengan berasumsi bahwa gerakan yang tertanam kuat ini dapat dibasmi seperti api.
Berikut Adalah 5 Kesalahan Israel Menilai Hamas Sama Seperti ISIS.
1. Salah Perhitungan terhadap Hamas Menyebabkan Kekalahan bagi Israel
Foto/Reuters
Melansir AP, Kesalahan perhitungan ini mungkin telah menyebabkan ekspektasi kemenangan yang tidak realistis bagi Israel.
Hal ini juga mempersulit upaya AS dan mediator internasional lainnya untuk mengakhiri perang, yang telah menghancurkan Gaza, membuat lebih dari tiga perempat penduduknya mengungsi dan menewaskan lebih dari 13.300 warga Palestina, menurut otoritas kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas.
Baca Juga
2. ISIS Tidak Berani Menyerang Israel, Hamas Justru Kelompok Pejuang
Dalam wawancara akhir bulan Oktober dengan sebuah stasiun TV Lebanon, Ghazi Hamad, seorang pejabat senior Hamas, mengatakan bahwa serangan pada 7 Oktober hanyalah “pertama kali” dan menjanjikan serangan serupa di masa depan yang bertujuan untuk memusnahkan Israel.“Kami harus menghukum Israel dan kami akan melakukan ini lagi dan lagi,” katanya kepada saluran Lebanon LBC.
3. Hamas Murni Gerakan Rakyat Palestina
Foto/Reuters
Pejuang ISIS sebagian besar berasal dari Irak dan Suriah, namun kelompok tersebut juga berhasil menarik ribuan anggota gerakan jihad global dari seluruh dunia, termasuk Eropa, Asia, Timur Tengah, Afrika Utara, dan bekas Uni Soviet. Orang asing ini sering kali tidak bisa berbahasa lokal, dipandang sebagai orang luar, dan tidak disukai oleh masyarakat lokal.
Kelompok ini juga mengaku bertanggung jawab atas serangkaian serangan mematikan di seluruh Eropa, termasuk di Paris dan Brussels.