Bagaimana AI Habsora Israel Bunuh 16.000 Warga Gaza dengan Kedok Matematika?
loading...
A
A
A
Tentara juga memasang kamera pemindai wajah di seluruh kota “untuk membantu tentara di pos pemeriksaan mengidentifikasi warga Palestina bahkan sebelum mereka menunjukkan kartu identitas mereka”.
Pada tahun yang sama, Amazon Web Service dan Google menandatangani kesepakatan senilai USD1,2 miliar dengan pemerintah Israel yang dikenal sebagai Project Nimbus.
Karyawan di kedua perusahaan ini memperingatkan layanan cloud ini "memungkinkan pengawasan lebih lanjut dan pengumpulan data yang melanggar hukum mengenai warga Palestina, dan memfasilitasi perluasan permukiman ilegal Israel di tanah Palestina".
Israel juga dilaporkan menggunakan AI dalam serangan besar sebelumnya di Gaza pada tahun 2021, yang disebut sebagai “perang AI pertama di dunia”.
Selama pertempuran 11 hari itu, drone dilaporkan membunuh warga sipil, merusak sekolah dan klinik medis, serta meratakan gedung-gedung bertingkat.
Kini, sistem yang lebih maju digunakan dalam perang di Gaza untuk memprediksi jumlah korban sipil yang akan ditimbulkan oleh serangan tersebut.
"Tidak ada yang terjadi secara kebetulan," ujar salah satu sumber kepada +972 Magazine dan Local Call.
“Ketika seorang anak perempuan berusia tiga tahun terbunuh di satu rumah di Gaza, itu karena seseorang di tentara memutuskan pembunuhan terhadapnya bukanlah suatu masalah besar, bahwa itu adalah harga yang pantas dibayar untuk bisa memukul (orang lain) yang jadi target. Kami bukan Hamas. Ini bukan roket acak. Semuanya disengaja. Kami tahu persis berapa banyak kerusakan tambahan yang terjadi di setiap rumah," ungkap dia.
Perang saat ini dimulai ketika faksi-faksi Palestina yang dipimpin Hamas melancarkan serangan terhadap Israel, menewaskan lebih dari 1.200 warga Israel dan menawan sekitar 240 orang.
Israel menanggapinya dengan melakukan pengeboman besar-besaran di Jalur Gaza dan menyerbu wilayah pesisir tersebut, sehingga menghancurkan sebagian besar infrastruktur sipil.
Pada tahun yang sama, Amazon Web Service dan Google menandatangani kesepakatan senilai USD1,2 miliar dengan pemerintah Israel yang dikenal sebagai Project Nimbus.
Karyawan di kedua perusahaan ini memperingatkan layanan cloud ini "memungkinkan pengawasan lebih lanjut dan pengumpulan data yang melanggar hukum mengenai warga Palestina, dan memfasilitasi perluasan permukiman ilegal Israel di tanah Palestina".
Israel juga dilaporkan menggunakan AI dalam serangan besar sebelumnya di Gaza pada tahun 2021, yang disebut sebagai “perang AI pertama di dunia”.
Selama pertempuran 11 hari itu, drone dilaporkan membunuh warga sipil, merusak sekolah dan klinik medis, serta meratakan gedung-gedung bertingkat.
Kini, sistem yang lebih maju digunakan dalam perang di Gaza untuk memprediksi jumlah korban sipil yang akan ditimbulkan oleh serangan tersebut.
"Tidak ada yang terjadi secara kebetulan," ujar salah satu sumber kepada +972 Magazine dan Local Call.
“Ketika seorang anak perempuan berusia tiga tahun terbunuh di satu rumah di Gaza, itu karena seseorang di tentara memutuskan pembunuhan terhadapnya bukanlah suatu masalah besar, bahwa itu adalah harga yang pantas dibayar untuk bisa memukul (orang lain) yang jadi target. Kami bukan Hamas. Ini bukan roket acak. Semuanya disengaja. Kami tahu persis berapa banyak kerusakan tambahan yang terjadi di setiap rumah," ungkap dia.
Israel Jadikan Warga Palestina Kelinci Percobaan
Perang saat ini dimulai ketika faksi-faksi Palestina yang dipimpin Hamas melancarkan serangan terhadap Israel, menewaskan lebih dari 1.200 warga Israel dan menawan sekitar 240 orang.
Israel menanggapinya dengan melakukan pengeboman besar-besaran di Jalur Gaza dan menyerbu wilayah pesisir tersebut, sehingga menghancurkan sebagian besar infrastruktur sipil.