Sentil Rusia, Eks Menlu Jerman Serukan UE Miliki Senjata Nuklir Sendiri
loading...
A
A
A
BERLIN - Uni Eropa (UE) perlu memiliki persenjataan nuklir sendiri agar dapat mencegah potensi invasi Rusia dengan lebih baik. Demikian seruan mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman, Joschka Fischer.
Pejabat yang sudah pensiun itu juga memperingatkan bahwa blok Eropa harus mampu mempertahankan diri jika hubungannya dengan AS mendingin.
Seruan Fischer agar UE memiliki senjata nuklir sendiri tersebut disampaikan dalam sebuah wawancara dengan Die Zeit, yang diterbitkan pada hari Minggu (3/12/2023).
"Kita harus memulihkan kemampuan pencegahan kita sehubungan dengan tindakan Rusia di Ukraina," katanya.
Dia juga mengatakan bahwa Eropa tidak bisa membiarkan Moskow menang di Ukraina, mengingat konflik yang terjadi saat ini merupakan hal yang “sangat penting” bagi masa depan benua Eropa.
Fischer, yang menjabat sebagai menteri luar negeri dan wakil kanselir dari tahun 1998 hingga 2005, juga memainkan peran penting dalam mendirikan Partai Hijau Jerman.
Pada tahun 1999, ketika dia menjadi diplomat utama Berlin dan pemimpin Partai Hijau, dia mendukung kampanye pengeboman NATO terhadap Yugoslavia. Pada tahun 2011, dia mendukung intervensi pasukan Jerman di Afghanistan.
Ketika ditanya oleh Die Zeit apakah menurutnya Jerman harus memperoleh senjata nuklir, mantan politisi tersebut menjawab negatif, dengan mengatakan bahwa yang seharusnya memiliki adalah Uni Eropa.
Dia juga menyatakan bahwa persenjataan nuklir Perancis dan Inggris tidak lagi cukup untuk menjamin keamanan Eropa.
Pejabat yang sudah pensiun itu juga memperingatkan bahwa blok Eropa harus mampu mempertahankan diri jika hubungannya dengan AS mendingin.
Seruan Fischer agar UE memiliki senjata nuklir sendiri tersebut disampaikan dalam sebuah wawancara dengan Die Zeit, yang diterbitkan pada hari Minggu (3/12/2023).
"Kita harus memulihkan kemampuan pencegahan kita sehubungan dengan tindakan Rusia di Ukraina," katanya.
Dia juga mengatakan bahwa Eropa tidak bisa membiarkan Moskow menang di Ukraina, mengingat konflik yang terjadi saat ini merupakan hal yang “sangat penting” bagi masa depan benua Eropa.
Fischer, yang menjabat sebagai menteri luar negeri dan wakil kanselir dari tahun 1998 hingga 2005, juga memainkan peran penting dalam mendirikan Partai Hijau Jerman.
Pada tahun 1999, ketika dia menjadi diplomat utama Berlin dan pemimpin Partai Hijau, dia mendukung kampanye pengeboman NATO terhadap Yugoslavia. Pada tahun 2011, dia mendukung intervensi pasukan Jerman di Afghanistan.
Ketika ditanya oleh Die Zeit apakah menurutnya Jerman harus memperoleh senjata nuklir, mantan politisi tersebut menjawab negatif, dengan mengatakan bahwa yang seharusnya memiliki adalah Uni Eropa.
Dia juga menyatakan bahwa persenjataan nuklir Perancis dan Inggris tidak lagi cukup untuk menjamin keamanan Eropa.