Israel Ingin Berangus Hamas, Erdogan: Tidak Realistis
loading...
A
A
A
ANKARA - Tujuan Israel untuk menghancurkan Hamas atau mengusir kelompok militan Palestina itu dari Jalur Gaza tidak mungkin tercapai. Hal itu dikatakatan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, ketika pertempuran di Timur Tengah kembali berlanjut setelah gencatan senjata singkat.
“Negara-negara Barat yang mendukung Israel, terutama Amerika Serikat dan Inggris, selalu mengajukan pertanyaan 'Apa yang akan kita lakukan terhadap ancaman Hamas?' dibandingkan mencari (solusi) dua negara,” kata Erdogan kepada wartawan dalam penerbangan dari Dubai, tempat dia menghadiri konferensi iklim.
“Jawaban kami adalah: Jika kami menempatkan analisis berdasarkan pada (solusi) dua negara sebagai pusatnya, permasalahan Gaza dan ancaman timbal balik pada dasarnya akan hilang. Itulah cara kita harus menghadapinya,” imbuhnya.
“Pengucilan dan penghancuran Hamas bukanlah skenario yang realistis,” tambah pemimpin Turki itu seperti dikutip dari RT, Minggu (3/12/2023).
Erdogan mengecam keras pemboman Israel di Jalur Gaza dan pendekatan tanpa kompromi yang dilakukan negara Zionis itu atas berakhirnya gencatan senjata selama seminggu dengan militan Palestina, yang berakhir pada hari Jumat.
Dia juga berulang kali menolak menyebut Hamas sebagai “kelompok teroris” dan malah menyebut Israel sebagai “negara teror.”
Sementara itu, Israel menuduh Ankara mendukung militan.
“Kami akan membebaskan Gaza dari Hamas, demi keamanan Israel dan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi penduduk di wilayah tersebut,” tulis Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen di X pada hari Sabtu.
“Anda (kepresidenan Turki) dipersilakan untuk menjadi tuan rumah bagi teroris Hamas di negara Anda yang tidak tersingkir dan melarikan diri dari Gaza,” sambungnya.
Kepala Staf Angkatan Darat Israel Letnan Jenderal Herzi Halevi menegaskan pada hari Selasa bahwa IDF siap untuk “memberangus” Hamas.
“Ini akan memakan waktu, ini adalah tujuan yang kompleks, tetapi hal tersebut tidak dapat diukur,” katanya.
Putaran kekerasan terbaru di Timur Tengah meletus pada tanggal 7 Oktober menyusul serangan besar-besaran oleh kelompok bersenjata Palestina Hamas, yang menyebabkan sekitar 1.200 warga Israel tewas.
Serangan balasan udara dan operasi darat oleh Israel telah menewaskan lebih dari 15.000 warga Palestina, menurut otoritas yang dikuasai Hamas di Gaza.
“Negara-negara Barat yang mendukung Israel, terutama Amerika Serikat dan Inggris, selalu mengajukan pertanyaan 'Apa yang akan kita lakukan terhadap ancaman Hamas?' dibandingkan mencari (solusi) dua negara,” kata Erdogan kepada wartawan dalam penerbangan dari Dubai, tempat dia menghadiri konferensi iklim.
“Jawaban kami adalah: Jika kami menempatkan analisis berdasarkan pada (solusi) dua negara sebagai pusatnya, permasalahan Gaza dan ancaman timbal balik pada dasarnya akan hilang. Itulah cara kita harus menghadapinya,” imbuhnya.
“Pengucilan dan penghancuran Hamas bukanlah skenario yang realistis,” tambah pemimpin Turki itu seperti dikutip dari RT, Minggu (3/12/2023).
Erdogan mengecam keras pemboman Israel di Jalur Gaza dan pendekatan tanpa kompromi yang dilakukan negara Zionis itu atas berakhirnya gencatan senjata selama seminggu dengan militan Palestina, yang berakhir pada hari Jumat.
Dia juga berulang kali menolak menyebut Hamas sebagai “kelompok teroris” dan malah menyebut Israel sebagai “negara teror.”
Sementara itu, Israel menuduh Ankara mendukung militan.
“Kami akan membebaskan Gaza dari Hamas, demi keamanan Israel dan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi penduduk di wilayah tersebut,” tulis Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen di X pada hari Sabtu.
“Anda (kepresidenan Turki) dipersilakan untuk menjadi tuan rumah bagi teroris Hamas di negara Anda yang tidak tersingkir dan melarikan diri dari Gaza,” sambungnya.
Kepala Staf Angkatan Darat Israel Letnan Jenderal Herzi Halevi menegaskan pada hari Selasa bahwa IDF siap untuk “memberangus” Hamas.
“Ini akan memakan waktu, ini adalah tujuan yang kompleks, tetapi hal tersebut tidak dapat diukur,” katanya.
Putaran kekerasan terbaru di Timur Tengah meletus pada tanggal 7 Oktober menyusul serangan besar-besaran oleh kelompok bersenjata Palestina Hamas, yang menyebabkan sekitar 1.200 warga Israel tewas.
Serangan balasan udara dan operasi darat oleh Israel telah menewaskan lebih dari 15.000 warga Palestina, menurut otoritas yang dikuasai Hamas di Gaza.
(ian)