Bantuan Medis dan Relawan Mulai Berdatangan di Yaman

Minggu, 26 November 2017 - 06:18 WIB
Bantuan Medis dan Relawan Mulai Berdatangan di Yaman
Bantuan Medis dan Relawan Mulai Berdatangan di Yaman
A A A
SANAA - Pejabat PBB mengatakan relawan kemanusiaan dan pasokan media mulai tiba di Ibu Kota Yaman, Sana'a, Sabtu kemarin. Ini adalah bantuan kemanusiaan pertama yang tiba di Yaman setelah koalisi Arab pimpinan Arab Saudi meringankan blokade militer selama hampir tiga minggu yang memicu kecaman internasional.

Kelompok bantuan telah menyambut baik keputusan untuk memberikan bantuan namun mengatakan bahwa bantuan lewat penerbangan itu tidak cukup untuk mencegah krisis kemanusiaan. Sekitar 7 juta orang menghadapi kelaparan di Yaman dan kelangsungan hidup mereka bergantung pada bantuan internasional.

"Pesawat pertama mendarat di Sana'a pagi ini dengan pekerja bantuan kemanusiaan," kata Abeer Etefa, juru bicara regional Program Pangan Dunia, sementara pejabat di bandara Sana'a mengatakan dua penerbangan PBB lainnya tiba pada hari Sabtu seperti dikutip dari Telegraph, Minggu (26/11/2017).

Badan anak-anak PBB, Unicef mengatakan, satu penerbangan membawa lebih dari 15 ton vaksin yang akan melindungi sekitar 600 ribu anak-anak dari difteri, tetanus dan penyakit lainnya.

"Kebutuhannya sangat besar dan masih banyak yang harus dilakukan untuk #YemenChildren," kata badan dunia itu di akun Twitternya.

Direktur Bandara Khaled al-Shayef mengatakan bahwa selain pengiriman vaksinasi, sebuah penerbangan yang membawa delapan pegawai Komite Palang Merah Internasional juga telah mendarat.

"Bandara Sana'a ditutup mulai 6 November sampai hari ini, lebih dari 18 hari dan penutupan ini menyebabkan penyumbatan pada kehadiran pekerja bantuan," katanya.

"Ada lebih dari 500 karyawan yang terjebak baik di dalam maupun di luar yang ditolak melakukan perjalanan serta 40 penerbangan yang ditolak kedatangannya di bandara Sanaa," ungkapnya.

Kolonel Turki al-Maliki, juru bicara koalisi militer pimpinan-Arab yang menutup pelabuhan, mengatakan tiga penerbangan bantuan lagi telah disetujui pada hari ini.

Maliki mengatakan pada hari Jumat bahwa 82 izin telah dikeluarkan untuk misi bantuan internasional sejak 4 November. Izin tersebut untuk dua bandara yaitu Sana'a dan Hodeidah, pelabuhan utama negara tersebut dimana sekitar 80 persen persediaan makanan masuk.

"Itu termasuk mengeluarkan izin untuk sebuah kapal hari ini, membawa 5.500 metrik ton makanan, ke pelabuhan Hodeidah," katanya.

Ia mengatakan bahwa kapal komersial tersebut telah diperiksa dan dibersihkan oleh pasukan angkatan laut koalisi dan mendekati Hodeidah. Namun pejabat pelabuhan mengatakan bahwa tidak ada kapal yang sampai dan mereka tidak mengharapkan untuk segera berlabuh.

Maliki mengatakan bahwa prosedur baru yang ditujukan untuk memblokir transfer senjata menetapkan bahwa bantuan dan pengiriman komersial tidak dapat dicampur pada kapal yang sama. Permintaan tersebut memerlukan pemberitahuan 72 jam sebelumnya dan bukan 48, dan hanya pekerja kemanusiaan yang dapat melakukan perjalanan dengan penerbangan bantuan.

Koalisi tersebut, yang memerangi gerakan bersenjata Houthi di Yaman dengan dukungan dari Amerika Serikat, mengatakan pada hari Rabu bahwa pihaknya akan mengizinkan bantuan melalui pelabuhan Laut Merah Hodeidah dan Salif, serta penerbangan PBB ke Sanaa.

Koalisi tersebut menutup penerbangan udara, darat dan laut dalam sebuah langkah yang dikatakannya untuk menghentikan arus senjata Iran ke Houthi, yang menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman.

Aksi tersebut dilakukan setelah Arab Saudi mencegat sebuah rudal yang ditembakkan ke Riyadh. Namun Iran membantah telah memasok senjata bagi kelompok Houthi.

Blokade tersebut telah menarik perhatian internasional yang luas, termasuk dari Amerika Serikat dan sekretaris jenderal PBB.

Sumber di Washington mengatakan Sekretaris Negara Rex Tillerson telah meminta Arab Saudi untuk memudahkan blokade Yaman sebelum kerajaan tersebut memutuskan untuk melakukannya.

Kepala tiga badan PBB sebelumnya mendesak koalisi untuk mencabut blokade tersebut, dengan memperingatkan bahwa "ribuan yang tak terhitung jumlahnya" akan mati jika tetap bertahan.

Koalisi tersebut telah meminta PBB mengirim tim untuk membahas cara memperkuat program verifikasi dan mekanisme inspeksi yang disepakati pada tahun 2015 untuk mengizinkan kapal komersial memasuki Hodeidah.

Koalisi tersebut bergabung dalam perang Yaman pada tahun 2015 setelah Houthi memaksa Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi dan pemerintahnya untuk meninggalkan markas sementara mereka di kota pelabuhan selatan Aden menjadi pengasingan di Arab Saudi.

Konflik tersebut telah menewaskan lebih dari 10.000 orang dan mengungsi lebih dari 2 juta, memicu wabah kolera, dan mendorong Yaman ke ambang kelaparan.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4298 seconds (0.1#10.140)