3 Negara Islam Pemasok Minyak ke Israel saat Perang Gaza
loading...
A
A
A
GAZA - Di dalam perang terdapat bisnis besar, termasuk konflik Gaza. Israel masih terus eksis karena mendapatkan pasokan minyak. Ternyata, pemasok minyak ke Israel justru dari negara-negara Islam.
Itu menunjukkan bahwa antara retorika yang diucapkan pemimpin, dengan apa yang terjadi di lapangan bisa saja berbeda. Bisa saja, pemimpin negara Islam mengencam Israel, tetapi di belakang mereka memiliki transaksi bisnis yang menguntungkan dengan Negara Zionis.
Foto/Reuters
Melansir Intellinews, impor minyak Israel terus melewati Turki meskipun hubungan kedua negara hampir runtuh akibat operasi militer tanpa kompromi yang dilakukan Israel di Jalur Gaza sebagai tanggapan atas pembantaian lintas batas Hamas yang dilakukan tiga minggu lalu.
Padahal, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada akhir pekan saat “Reli Besar Palestina” di Istanbul menuduh Israel sebagai “penjahat perang”—meskipun ia sendiri dituduh melakukan kejahatan perang mengingat militer Turki membom wilayah yang dikuasai Kurdi di timur laut Suriah— sementara pada tanggal 25 Oktober ia menyatakan bahwa Hamas bukanlah teroris karena mereka adalah “kelompok pembebasan, 'mujahidin' yang melakukan pertempuran untuk melindungi tanah dan rakyatnya”.
Israel menanggapinya dengan menarik kembali staf diplomatiknya dari Turki untuk mengevaluasi kembali hubungan antara Yerusalem dan Ankara.
Sebelum retorika paling tajam Erdogan terhadap tindakan Israel di Gaza dan dukungan yang diterimanya dari AS dan negara-negara Barat lainnya, merek-merek Barat termasuk McDonald’s dan Starbucks sudah menghadapi reaksi keras dari konsumen Turki.
Fakta bahwa Turki terus mengizinkan pengiriman minyak ke Israel mungkin tidak terlalu mengejutkan mengingat realitas politik dan bisnis.
Seperti yang ditulis oleh IntelliNews pada bulan November 2022, ketika PM Israel Benjamin Netanyahu mengadakan panggilan telepon dengan Erdogan untuk masa jabatan barunya: “Netanyahu harus secara teratur membunuh beberapa warga Palestina untuk tetap berkuasa. Langkah Erdogan adalah mengeluarkan kata-kata kasar dan meneriakkan kemarahannya. Hal ini berhasil menenangkan massa yang marah atas keheningan global akibat tindakan pembunuhan Israel terhadap Palestina.
“Dulu dia [Erdogan] memanggil saya Hitler setiap tiga jam, sekarang setiap enam jam, tapi syukurlah perdagangan [dengan Turki] meningkat,' kata Netanyahu pada tahun 2020, menggambarkan permainan hubungan internasional antara dia dan Erdogan.”
Foto/Reuters
Itu menunjukkan bahwa antara retorika yang diucapkan pemimpin, dengan apa yang terjadi di lapangan bisa saja berbeda. Bisa saja, pemimpin negara Islam mengencam Israel, tetapi di belakang mereka memiliki transaksi bisnis yang menguntungkan dengan Negara Zionis.
Berikut adalah 3 negara yang memasok minyak ke Israel selama perang Gaza.
1. Turki
Foto/Reuters
Melansir Intellinews, impor minyak Israel terus melewati Turki meskipun hubungan kedua negara hampir runtuh akibat operasi militer tanpa kompromi yang dilakukan Israel di Jalur Gaza sebagai tanggapan atas pembantaian lintas batas Hamas yang dilakukan tiga minggu lalu.
Padahal, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada akhir pekan saat “Reli Besar Palestina” di Istanbul menuduh Israel sebagai “penjahat perang”—meskipun ia sendiri dituduh melakukan kejahatan perang mengingat militer Turki membom wilayah yang dikuasai Kurdi di timur laut Suriah— sementara pada tanggal 25 Oktober ia menyatakan bahwa Hamas bukanlah teroris karena mereka adalah “kelompok pembebasan, 'mujahidin' yang melakukan pertempuran untuk melindungi tanah dan rakyatnya”.
Israel menanggapinya dengan menarik kembali staf diplomatiknya dari Turki untuk mengevaluasi kembali hubungan antara Yerusalem dan Ankara.
Sebelum retorika paling tajam Erdogan terhadap tindakan Israel di Gaza dan dukungan yang diterimanya dari AS dan negara-negara Barat lainnya, merek-merek Barat termasuk McDonald’s dan Starbucks sudah menghadapi reaksi keras dari konsumen Turki.
Fakta bahwa Turki terus mengizinkan pengiriman minyak ke Israel mungkin tidak terlalu mengejutkan mengingat realitas politik dan bisnis.
Seperti yang ditulis oleh IntelliNews pada bulan November 2022, ketika PM Israel Benjamin Netanyahu mengadakan panggilan telepon dengan Erdogan untuk masa jabatan barunya: “Netanyahu harus secara teratur membunuh beberapa warga Palestina untuk tetap berkuasa. Langkah Erdogan adalah mengeluarkan kata-kata kasar dan meneriakkan kemarahannya. Hal ini berhasil menenangkan massa yang marah atas keheningan global akibat tindakan pembunuhan Israel terhadap Palestina.
“Dulu dia [Erdogan] memanggil saya Hitler setiap tiga jam, sekarang setiap enam jam, tapi syukurlah perdagangan [dengan Turki] meningkat,' kata Netanyahu pada tahun 2020, menggambarkan permainan hubungan internasional antara dia dan Erdogan.”
2. Azerbaijan
Foto/Reuters