Mecca, Bayi Ajaib dalam Perang Gaza: Dikeluarkan dari Rahim Ibu yang Dibom Israel
loading...
A
A
A
Para dokter berhasil mengeluarkan bayi tersebut melalui operasi caesar, dan bayi mungil tersebut segera dilarikan ke unit anak di Rumah Sakit Bulan Sabit Merah Emirat di Rafah.
Ayah berusia 34 tahun itu mengatakan keluarganya telah melarikan diri dari pengeboman Israel di Kota Gaza untuk berlindung bersama kerabatnya di Rafah.
Namun bangunan tempat mereka tinggal masih juga dihantam oleh pasukan Israel.
Ayman, yang kehilangan istri dan anak-anaknya, serta empat kerabat lainnya putus asa akibat serangan kejam militer Israel.
Serangan itu bertepatan dengan hari ulang tahun bersama dua anaknya; Adam yang berusia 3 tahun dan saudara perempuannya Sham, yang 9 tahun—keduanya tewas bersama ibu mereka.
“Saya sedang menuruni tangga ketika serangan terjadi. Jika saya turun 30 detik lebih awal, saya akan terbunuh bersama mereka,” katanya kepada AFP, sambil menangis tersedu-sedu.
Saat itu, hari Sabtu malam, dan Ayman naik ke atap untuk memeriksa apakah tangki air sudah terisi setelah mereka akhirnya mendapat kiriman 11 hari usai pasokan dihentikan.
Israel memulai kampanye pengeboman intensif di Gaza setelah militan Hamas menyerbu negara Yahudi itu pada 7 Oktober, menewaskan lebih dari 1.400 orang.
Sejak itu, Kementerian Kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan lebih dari 5.000 orang, sebagian besar warga sipil, tewas dalam pengeboman Israel, di antaranya 2.000 anak-anak.
“Mereka memasukkan tubuh anak saya yang hancur ke dalam tas biru. Jenazah Syam terbakar habis,” kata Ayman dengan suaranya yang terisak-isak.
Ayah berusia 34 tahun itu mengatakan keluarganya telah melarikan diri dari pengeboman Israel di Kota Gaza untuk berlindung bersama kerabatnya di Rafah.
Namun bangunan tempat mereka tinggal masih juga dihantam oleh pasukan Israel.
Ayman, yang kehilangan istri dan anak-anaknya, serta empat kerabat lainnya putus asa akibat serangan kejam militer Israel.
Serangan itu bertepatan dengan hari ulang tahun bersama dua anaknya; Adam yang berusia 3 tahun dan saudara perempuannya Sham, yang 9 tahun—keduanya tewas bersama ibu mereka.
“Saya sedang menuruni tangga ketika serangan terjadi. Jika saya turun 30 detik lebih awal, saya akan terbunuh bersama mereka,” katanya kepada AFP, sambil menangis tersedu-sedu.
Saat itu, hari Sabtu malam, dan Ayman naik ke atap untuk memeriksa apakah tangki air sudah terisi setelah mereka akhirnya mendapat kiriman 11 hari usai pasokan dihentikan.
Israel memulai kampanye pengeboman intensif di Gaza setelah militan Hamas menyerbu negara Yahudi itu pada 7 Oktober, menewaskan lebih dari 1.400 orang.
Sejak itu, Kementerian Kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan lebih dari 5.000 orang, sebagian besar warga sipil, tewas dalam pengeboman Israel, di antaranya 2.000 anak-anak.
“Mereka memasukkan tubuh anak saya yang hancur ke dalam tas biru. Jenazah Syam terbakar habis,” kata Ayman dengan suaranya yang terisak-isak.