Kekurangan Drone, Akankah Pasukan Ukraina Menyerah kepada Rusia?
loading...
A
A
A
Namun, mereka mengatakan pasokan suku cadang telah terpengaruh dan mereka juga khawatir situasi akan memburuk di masa depan.
“Satu-satunya perubahan saat ini adalah kami lebih aktif membeli stok apa pun yang tersisa di gudang-gudang Eropa,” kata Lyuba Shypovych, yang memimpin Dignitas, salah satu kelompok sukarelawan terbesar di Ukraina yang memasok drone kepada militer, dilansir BBC “Tetapi apa yang akan kami lakukan di masa depan masih belum jelas.”
Dia sangat mengkhawatirkan ketersediaan suku cadang seperti kamera pencitraan termal.
“Karena siang hari semakin pendek dan malam semakin panjang, hal ini jelas berdampak pada pasokan untuk militer kita dan cara peperangan dilakukan secara umum karena kita tidak memiliki banyak drone pencitraan termal. Unit kami menjadi buta di malam hari,” ungkapnya. “Hal ini mempengaruhi drone yang tersedia dengan kamera pencitraan termal dan komponennya.”
Ketersediaan suku cadang sangat penting bagi mereka yang merakit drone sendiri atau menyempurnakan model drone yang dibeli.
Lisensi yang diwajibkan oleh China kini telah membatasi akses Ukraina terhadap komponen-komponen drone,” kata seorang operator drone senior dari resimen Kastus Kalinouski yang menggunakan tanda panggilan Oddr. “Tetapi kami sedang mencari alternatif untuk memastikan drone kami berfungsi seperti sebelumnya.”
Ini hanyalah rintangan terbaru yang dihadapi para sukarelawan dalam pengadaan drone untuk tentara Rusia dan Ukraina.
Pembuat drone komersial terbesar di dunia, DJI, menghentikan penjualan langsung ke kedua negara dua bulan setelah dimulainya invasi besar-besaran pada Februari 2022. DJI juga melarang distributornya di seluruh dunia menjual produk DJI ke pelanggan di Rusia atau Ukraina.
Menurut Shypovych, jumlah drone China yang tersedia untuk distributor di Eropa turun tajam antara Agustus dan September 2022.
“Hal ini tidak mungkin terjadi secara kebetulan. Negara-negara Eropa adalah tempat asal Ukraina mengimpor drone,” katanya.
“Satu-satunya perubahan saat ini adalah kami lebih aktif membeli stok apa pun yang tersisa di gudang-gudang Eropa,” kata Lyuba Shypovych, yang memimpin Dignitas, salah satu kelompok sukarelawan terbesar di Ukraina yang memasok drone kepada militer, dilansir BBC “Tetapi apa yang akan kami lakukan di masa depan masih belum jelas.”
Dia sangat mengkhawatirkan ketersediaan suku cadang seperti kamera pencitraan termal.
“Karena siang hari semakin pendek dan malam semakin panjang, hal ini jelas berdampak pada pasokan untuk militer kita dan cara peperangan dilakukan secara umum karena kita tidak memiliki banyak drone pencitraan termal. Unit kami menjadi buta di malam hari,” ungkapnya. “Hal ini mempengaruhi drone yang tersedia dengan kamera pencitraan termal dan komponennya.”
Ketersediaan suku cadang sangat penting bagi mereka yang merakit drone sendiri atau menyempurnakan model drone yang dibeli.
Lisensi yang diwajibkan oleh China kini telah membatasi akses Ukraina terhadap komponen-komponen drone,” kata seorang operator drone senior dari resimen Kastus Kalinouski yang menggunakan tanda panggilan Oddr. “Tetapi kami sedang mencari alternatif untuk memastikan drone kami berfungsi seperti sebelumnya.”
Ini hanyalah rintangan terbaru yang dihadapi para sukarelawan dalam pengadaan drone untuk tentara Rusia dan Ukraina.
Pembuat drone komersial terbesar di dunia, DJI, menghentikan penjualan langsung ke kedua negara dua bulan setelah dimulainya invasi besar-besaran pada Februari 2022. DJI juga melarang distributornya di seluruh dunia menjual produk DJI ke pelanggan di Rusia atau Ukraina.
Menurut Shypovych, jumlah drone China yang tersedia untuk distributor di Eropa turun tajam antara Agustus dan September 2022.
“Hal ini tidak mungkin terjadi secara kebetulan. Negara-negara Eropa adalah tempat asal Ukraina mengimpor drone,” katanya.