Kekurangan Drone, Akankah Pasukan Ukraina Menyerah kepada Rusia?
loading...
A
A
A
Saat dihubungi BBC, DJI belum bisa memastikan atau menyangkal adanya perubahan jumlah drone yang tersedia untuk distributor di Eropa.
Tak satu pun dari 10 perusahaan yang menjual produk DJI di Inggris dan didekati oleh BBC juga bersedia memberikan komentar mengenai masalah ini.
Investigasi yang dilakukan oleh The New York Times menemukan bahwa perusahaan-perusahaan China dalam beberapa bulan terakhir telah mengurangi penjualan drone dan komponennya ke Ukraina.
Namun bukan hanya Ukraina yang terkena dampaknya.
Mengacu pada pembatasan yang mulai berlaku pada tanggal 1 September, surat kabar Rusia Kommersant, mengatakan: "Pembatasan yang diberlakukan oleh otoritas China terhadap ekspor drone telah berdampak buruk pada ekspor drone."
Karena tidak adanya pasokan langsung, pembeli dari Rusia sering kali berbelanja drone China di negara-negara seperti Kazakhstan, dan, menurut Kommersant, negara Asia Tengah tersebut semakin mempersulit mereka dengan memperketat peraturan impor drone mereka sendiri.
Untuk meminimalkan dampak pembatasan yang dilakukan China, relawan Ukraina sibuk mencari alternatif yang dilakukan negara lain – baik di Barat maupun di Ukraina sendiri.
Anatoly Polkovnikov, yang membantu pengadaan drone, mengatakan bahwa sebuah perusahaan rintisan Ukraina sedang bersiap untuk meluncurkan produksi motor drone.
Dia mengatakan dia optimistis mengenai masa depan: "Saya rasa pembatasan yang dilakukan oleh China ini tidak akan berdampak apa pun terhadap situasi secara umum. Saya merasa bahwa dalam jangka panjang pembatasan ini akan merangsang produksi di Ukraina."
Perang di Ukraina adalah konflik bersenjata pertama yang menggunakan drone secara luas dan dalam jumlah besar, dan kedua pihak yang bertikai bertekad untuk mempertahankan penggunaan drone.
Tak satu pun dari 10 perusahaan yang menjual produk DJI di Inggris dan didekati oleh BBC juga bersedia memberikan komentar mengenai masalah ini.
Investigasi yang dilakukan oleh The New York Times menemukan bahwa perusahaan-perusahaan China dalam beberapa bulan terakhir telah mengurangi penjualan drone dan komponennya ke Ukraina.
Namun bukan hanya Ukraina yang terkena dampaknya.
Mengacu pada pembatasan yang mulai berlaku pada tanggal 1 September, surat kabar Rusia Kommersant, mengatakan: "Pembatasan yang diberlakukan oleh otoritas China terhadap ekspor drone telah berdampak buruk pada ekspor drone."
Karena tidak adanya pasokan langsung, pembeli dari Rusia sering kali berbelanja drone China di negara-negara seperti Kazakhstan, dan, menurut Kommersant, negara Asia Tengah tersebut semakin mempersulit mereka dengan memperketat peraturan impor drone mereka sendiri.
Untuk meminimalkan dampak pembatasan yang dilakukan China, relawan Ukraina sibuk mencari alternatif yang dilakukan negara lain – baik di Barat maupun di Ukraina sendiri.
Anatoly Polkovnikov, yang membantu pengadaan drone, mengatakan bahwa sebuah perusahaan rintisan Ukraina sedang bersiap untuk meluncurkan produksi motor drone.
Dia mengatakan dia optimistis mengenai masa depan: "Saya rasa pembatasan yang dilakukan oleh China ini tidak akan berdampak apa pun terhadap situasi secara umum. Saya merasa bahwa dalam jangka panjang pembatasan ini akan merangsang produksi di Ukraina."
Perang di Ukraina adalah konflik bersenjata pertama yang menggunakan drone secara luas dan dalam jumlah besar, dan kedua pihak yang bertikai bertekad untuk mempertahankan penggunaan drone.