Tolak Interaksi Militer dengan AS, China Gunakan Eskalasi untuk Majukan Kepentingan
loading...
A
A
A
Fase pencegahan merujuk pada tindakan di saat China melakukan persiapan mencegah terjadinya krisis militer. Ini merupakan fase aktif, baik dalam upaya mencegah eskalasi dan juga mempersiapkan diri jika hal tersebut terjadi.
Sementara fase penanganan merujuk pada tindakan mengendalikan dan memandu perkembangan krisis untuk merancang solusi.
"Apa yang terjadi adalah bahwa dalam fase penanganan krisis, apa yang Anda lihat adalah kepentingan dalam mengelola situasi buruk agar tidak memburuk, dan juga menyusun strategi untuk mengamankan dan bahkan memajukan kepentingan China. Dan tujuan terakhir itu, menurut saya, adalah jauh lebih penting ketimbang bagian manajemen,” jelas Santoro.
Seperti disebutkan sebelumnya, China dan AS mempunyai pandangan dan pendekatan berbeda secara mendasar terhadap krisis. "Di Amerika Serikat, kami melihat krisis sebagai permasalahan yang harus ditangani atau permasalahan yang harus diselesaikan," kata Santoro.
"Sedangkan China hanya melakukan hal tersebut sampai batas tertentu. China juga melihatnya sebagai peluang memajukan kepentingannya, karena mereka lebih tertarik untuk 'memenangkan' krisis ketimbang mengelolanya," lanjut dia.
Dengan kata lain, eskalasi mungkin dipandang sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi China. Selain itu, ungkap Santoro, "China bersikap skeptis terhadap mekanisme manajemen krisis karena mereka berasumsi atau berpikir bahwa mekanisme tersebut pada dasarnya merupakan tipuan Amerika Serikat untuk kembali menang dalam krisis."
"Jadi, ada sedikit proyeksi di sini, yang menganggap bahwa pendekatan AS terhadap krisis adalah dengan cara yang sama seperti China. Jadi, bagi China menghindari atau mengelola krisis dan eskalasi pada dasarnya adalah tanggung jawab Amerika Serikat,” paparnya.
"Oleh karena itu, China lebih banyak berbicara tentang pencegahan krisis dibandingkan manajemen krisis. Idenya adalah bahwa Amerika Serikat pada dasarnya harus berperilaku baik dan krisis pun tidak akan terjadi," sebut Santoro.
Santoro mengatakan bahwa AS tidak boleh menyerah dalam menjalin hubungan dengan China. Namun pada saat yang sama, AS harus berpikir jernih mengenai apa yang bisa dicapai.
Ketika PLA melakukan modernisasi dan menjadi lebih kuat, selera mereka terhadap risiko pun meningkat. Seperti yang disampaikan Roy Kamphausen, Presiden NBR: "Ekspansi persenjataan nuklir dan modernisasi militer konvensional China menunjukkan adanya perubahan berkelanjutan dan sistematis dalam strategi pencegahan mereka, dan menimbulkan pertanyaan penting mengenai langkah-langkah yang perlu diambil Amerika Serikat untuk mencegah agresi dan mempertahankan status quo."
Sementara fase penanganan merujuk pada tindakan mengendalikan dan memandu perkembangan krisis untuk merancang solusi.
"Apa yang terjadi adalah bahwa dalam fase penanganan krisis, apa yang Anda lihat adalah kepentingan dalam mengelola situasi buruk agar tidak memburuk, dan juga menyusun strategi untuk mengamankan dan bahkan memajukan kepentingan China. Dan tujuan terakhir itu, menurut saya, adalah jauh lebih penting ketimbang bagian manajemen,” jelas Santoro.
Seperti disebutkan sebelumnya, China dan AS mempunyai pandangan dan pendekatan berbeda secara mendasar terhadap krisis. "Di Amerika Serikat, kami melihat krisis sebagai permasalahan yang harus ditangani atau permasalahan yang harus diselesaikan," kata Santoro.
"Sedangkan China hanya melakukan hal tersebut sampai batas tertentu. China juga melihatnya sebagai peluang memajukan kepentingannya, karena mereka lebih tertarik untuk 'memenangkan' krisis ketimbang mengelolanya," lanjut dia.
Dengan kata lain, eskalasi mungkin dipandang sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi China. Selain itu, ungkap Santoro, "China bersikap skeptis terhadap mekanisme manajemen krisis karena mereka berasumsi atau berpikir bahwa mekanisme tersebut pada dasarnya merupakan tipuan Amerika Serikat untuk kembali menang dalam krisis."
"Jadi, ada sedikit proyeksi di sini, yang menganggap bahwa pendekatan AS terhadap krisis adalah dengan cara yang sama seperti China. Jadi, bagi China menghindari atau mengelola krisis dan eskalasi pada dasarnya adalah tanggung jawab Amerika Serikat,” paparnya.
"Oleh karena itu, China lebih banyak berbicara tentang pencegahan krisis dibandingkan manajemen krisis. Idenya adalah bahwa Amerika Serikat pada dasarnya harus berperilaku baik dan krisis pun tidak akan terjadi," sebut Santoro.
Santoro mengatakan bahwa AS tidak boleh menyerah dalam menjalin hubungan dengan China. Namun pada saat yang sama, AS harus berpikir jernih mengenai apa yang bisa dicapai.
Ketika PLA melakukan modernisasi dan menjadi lebih kuat, selera mereka terhadap risiko pun meningkat. Seperti yang disampaikan Roy Kamphausen, Presiden NBR: "Ekspansi persenjataan nuklir dan modernisasi militer konvensional China menunjukkan adanya perubahan berkelanjutan dan sistematis dalam strategi pencegahan mereka, dan menimbulkan pertanyaan penting mengenai langkah-langkah yang perlu diambil Amerika Serikat untuk mencegah agresi dan mempertahankan status quo."