Arkeolog Israel Menemukan 'Wajah Tuhan'
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Pada zaman Raja Daud (King Daviv) dan Raja Salomo (King Solomon), apakah orang-orang Israel memproduksi patung-patung yang menggambarkan Tuhan? Menurut Profesor Yosef Garfinkel, kepala Institut Arkeologi di Universitas Ibrani Yerusalem, jawabannya adalah ya.
"Jadi berhati-hatilah, janganlah kamu membuat berhala bagimu, dan patung atau tugu berhala janganlah kamu dirikan bagimu; juga batu berukir janganlah kamu tempatkan di negerimu untuk sujud menyembah kepadanya, sebab Akulah Tuhan, Allah-mu," bunyi salah satu ayat Taurat.
Dari Sepuluh Perintah (Ten Commandments) dan seterusnya, peringatan untuk tidak menciptakan dan menyembah gambaran fisik Tuhan adalah salah satu tema yang paling sering muncul dalam Alkitab. Namun, generasi demi generasi, orang-orang Israel kuno digambarkan berulang kali gagal mematuhi aturan, dan praktik penyembahan berhala dilaporkan meluas hingga penghancuran Kuil Pertama pada tahun 586 SM.
Beberapa patung pria yang ditemukan di tiga lokasi yang secara geografis terletak di Kerajaan Yehuda kuno (Kingdom of Judah) dan berasal dari abad ke-10 atau ke-9 SM mewakili gambar Y-H-W-H (Yahweh) yang terpahat, yang menurut Garfinkel, nama Dewa Tetragrammaton yang sesuai dengan tradisi Yahudi. Analisisnya telah mendapat kritik keras dari para sarjana Israel lainnya, yang menuduhnya mengejar sensasionalisme. (Baca: Arkeolog Israel Kaget Temukan Dinar Emas Era Khalifah Harun al-Rasyid )
Penelitian ini muncul sebagai cerita sampul majalahBiblical Archaeology Review (BAR) edisi Agustus, yang menggambarkan dirinya sebagai "satu-satunya majalah yang menghubungkan studi akademik arkeologi dengan khalayak luas yang berkeinginan untuk memahami dunia Alkitab."
"Ketika kami menemukan patung pertama di Kirbhet Qeiyafa pada 2010, tidak ada kesamaan dengan itu," kata Garfinkel kepada The Jerusalem Post, yang dilansir Selasa (4/8/2020).
“Hanya dua tahun kemudian dua kepala yang sama ditemukan di Tel Moza. Ketika saya melihat betapa miripnya ketiga kepala ini, saya mulai mencari lebih banyak benda, dan saya menemukan dua benda serupa di Moshe Dayan Collection di Museum Israel," paparnya.
Arkeolog ini adalah co-director penggalian di Kirbhet Qeiyafa. Terletak di Lembah Elah dan pertama kali ditemukan pada 2007, situs ini menyajikan sisa-sisa kota berbenteng utama. Situs ini telah dianggap oleh banyak orang sebagai terobosan penting dalam mendukung keberadaan kerajaan terkemuka di Yehuda pada zaman Raja Daud.
Di antara argumen yang diajukan untuk mendukung identitas pusat Yudea, Garfinkel dan timnya menunjukkan bahwa tidak ada patung-patung antropomorfik—terutama patung-patung perempuan, yang mewakili dewi kesuburan dan sangat umum di situs lain dengan afiliasi budaya yang berbeda—yang telah terungkap.
Patung kepala pria yang memicu penelitiannya merupakan satu-satunya pengecualian. "Patung-patung pria sangat langka," kata Garfinkel. "Pertanyaan kuncinya adalah di mana patung-patung itu ditemukan."
"Jadi berhati-hatilah, janganlah kamu membuat berhala bagimu, dan patung atau tugu berhala janganlah kamu dirikan bagimu; juga batu berukir janganlah kamu tempatkan di negerimu untuk sujud menyembah kepadanya, sebab Akulah Tuhan, Allah-mu," bunyi salah satu ayat Taurat.
Dari Sepuluh Perintah (Ten Commandments) dan seterusnya, peringatan untuk tidak menciptakan dan menyembah gambaran fisik Tuhan adalah salah satu tema yang paling sering muncul dalam Alkitab. Namun, generasi demi generasi, orang-orang Israel kuno digambarkan berulang kali gagal mematuhi aturan, dan praktik penyembahan berhala dilaporkan meluas hingga penghancuran Kuil Pertama pada tahun 586 SM.
Beberapa patung pria yang ditemukan di tiga lokasi yang secara geografis terletak di Kerajaan Yehuda kuno (Kingdom of Judah) dan berasal dari abad ke-10 atau ke-9 SM mewakili gambar Y-H-W-H (Yahweh) yang terpahat, yang menurut Garfinkel, nama Dewa Tetragrammaton yang sesuai dengan tradisi Yahudi. Analisisnya telah mendapat kritik keras dari para sarjana Israel lainnya, yang menuduhnya mengejar sensasionalisme. (Baca: Arkeolog Israel Kaget Temukan Dinar Emas Era Khalifah Harun al-Rasyid )
Penelitian ini muncul sebagai cerita sampul majalahBiblical Archaeology Review (BAR) edisi Agustus, yang menggambarkan dirinya sebagai "satu-satunya majalah yang menghubungkan studi akademik arkeologi dengan khalayak luas yang berkeinginan untuk memahami dunia Alkitab."
"Ketika kami menemukan patung pertama di Kirbhet Qeiyafa pada 2010, tidak ada kesamaan dengan itu," kata Garfinkel kepada The Jerusalem Post, yang dilansir Selasa (4/8/2020).
“Hanya dua tahun kemudian dua kepala yang sama ditemukan di Tel Moza. Ketika saya melihat betapa miripnya ketiga kepala ini, saya mulai mencari lebih banyak benda, dan saya menemukan dua benda serupa di Moshe Dayan Collection di Museum Israel," paparnya.
Arkeolog ini adalah co-director penggalian di Kirbhet Qeiyafa. Terletak di Lembah Elah dan pertama kali ditemukan pada 2007, situs ini menyajikan sisa-sisa kota berbenteng utama. Situs ini telah dianggap oleh banyak orang sebagai terobosan penting dalam mendukung keberadaan kerajaan terkemuka di Yehuda pada zaman Raja Daud.
Di antara argumen yang diajukan untuk mendukung identitas pusat Yudea, Garfinkel dan timnya menunjukkan bahwa tidak ada patung-patung antropomorfik—terutama patung-patung perempuan, yang mewakili dewi kesuburan dan sangat umum di situs lain dengan afiliasi budaya yang berbeda—yang telah terungkap.
Patung kepala pria yang memicu penelitiannya merupakan satu-satunya pengecualian. "Patung-patung pria sangat langka," kata Garfinkel. "Pertanyaan kuncinya adalah di mana patung-patung itu ditemukan."