UEA Ingin Gabung Program Jet Tempur KF-21 Korsel, Gantikan Indonesia
loading...
A
A
A
SEOUL - Uni Emirat Arab (UEA) telah menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan program pengembangan jet tempur KAI KF-21 Boramae Korea Selatan (Korsel). Negara Teluk itu ingin menggantikan posisi Indonesia yang masih bermasalah dalam pembayaran untuk program tersebut.
Media Korea Selatan; The Financial News, pada Senin (18/9/2023), melaporkan bahwa UEA mengirim surat ke Kantor Keamanan Nasional Korea Selatan, mendesak kerja sama dalam pengembangan KF-21.
Menariknya, UEA bahkan bersikeras ingin mengganti investasi Indonesia dalam program tersebut karena adanya penundaan pembayaran dari Jakarta.
Indonesia mempunyai 20 persenbagian dalam program ini namun semakin banyak yang gagal memenuhi kewajiban keuangannya. Berdasarkan data terbaru, Jakarta berutang USD745 juta (lebih dari Rp7,3 triliun) kepada mitra Korea Selatan meskipun negara Asia Tenggara ini menjanjikan jadwal pembayaran baru.
Pada bulan Januari, UEA berjanji untuk menginvestasikan USD30 miliar pada industri Korea Selatan, menjadikan sektor pertahanan negara tersebut sebagai tujuan yang menguntungkan bagi warga Emirat.
Dengan berinvestasi di sektor pertahanan Korea Selatan, Abu Dhabi ingin mengembangkan industri pertahanannya sendiri di dalam negeri melalui inisiatif transfer teknologi yang signifikan.
Pada akhir tahun 2021, UEA menghentikan negosiasi mengenai kesepakatan signifikan untuk 50 unit jet siluman F-35 Lightning II generasi kelima dari Amerika Serikat karena ketidaksepakatan mengenai kondisi Amerika dan kerja sama UEA dengan China.
Selain itu, setelah invasi Rusia ke Ukraina, kemitraan Abu Dhabi dengan Moskow dalam berbagai proyek menjadikan kesepakatan F-35 semakin bermasalah.
Dengan kesepakatan F-35 yang kini tampaknya tidak tersedia, UEA tidak memiliki pilihan alternatif untuk membeli pesawat tempur siluman generasi kelima yang siap pakai. Oleh karena itu, bergabung dengan program KF-21 merupakan pilihan yang logis, karena dapat memfasilitasi akuisisi pesawat canggih untuk Abu Dhabi.
Satu-satunya kelemahan adalah bahwa versi awal KF-21, meskipun lebih siluman dibandingkan pesawat generasi 4,5 yang ada, akan menggunakan cantelan eksternal dan bukan tempat senjata internal.
Karakteristik ini menempatkannya di bawah klasifikasi generasi kelima yang sebenarnya, sehingga beberapa orang secara informal menyebutnya sebagai pesawat "generasi 4,75". Meskipun demikian, iterasi di masa depan mungkin dapat mengatasi keterbatasan ini.
Media Korea Selatan; The Financial News, pada Senin (18/9/2023), melaporkan bahwa UEA mengirim surat ke Kantor Keamanan Nasional Korea Selatan, mendesak kerja sama dalam pengembangan KF-21.
Menariknya, UEA bahkan bersikeras ingin mengganti investasi Indonesia dalam program tersebut karena adanya penundaan pembayaran dari Jakarta.
Indonesia mempunyai 20 persenbagian dalam program ini namun semakin banyak yang gagal memenuhi kewajiban keuangannya. Berdasarkan data terbaru, Jakarta berutang USD745 juta (lebih dari Rp7,3 triliun) kepada mitra Korea Selatan meskipun negara Asia Tenggara ini menjanjikan jadwal pembayaran baru.
Pada bulan Januari, UEA berjanji untuk menginvestasikan USD30 miliar pada industri Korea Selatan, menjadikan sektor pertahanan negara tersebut sebagai tujuan yang menguntungkan bagi warga Emirat.
Dengan berinvestasi di sektor pertahanan Korea Selatan, Abu Dhabi ingin mengembangkan industri pertahanannya sendiri di dalam negeri melalui inisiatif transfer teknologi yang signifikan.
Pada akhir tahun 2021, UEA menghentikan negosiasi mengenai kesepakatan signifikan untuk 50 unit jet siluman F-35 Lightning II generasi kelima dari Amerika Serikat karena ketidaksepakatan mengenai kondisi Amerika dan kerja sama UEA dengan China.
Selain itu, setelah invasi Rusia ke Ukraina, kemitraan Abu Dhabi dengan Moskow dalam berbagai proyek menjadikan kesepakatan F-35 semakin bermasalah.
Dengan kesepakatan F-35 yang kini tampaknya tidak tersedia, UEA tidak memiliki pilihan alternatif untuk membeli pesawat tempur siluman generasi kelima yang siap pakai. Oleh karena itu, bergabung dengan program KF-21 merupakan pilihan yang logis, karena dapat memfasilitasi akuisisi pesawat canggih untuk Abu Dhabi.
Satu-satunya kelemahan adalah bahwa versi awal KF-21, meskipun lebih siluman dibandingkan pesawat generasi 4,5 yang ada, akan menggunakan cantelan eksternal dan bukan tempat senjata internal.
Karakteristik ini menempatkannya di bawah klasifikasi generasi kelima yang sebenarnya, sehingga beberapa orang secara informal menyebutnya sebagai pesawat "generasi 4,75". Meskipun demikian, iterasi di masa depan mungkin dapat mengatasi keterbatasan ini.
(mas)