Tensi Memanas, Niger Minta Bantuan Mali dan Burkina Faso Jika Diserang
loading...
A
A
A
NIAMEY - Junta militer Niger yang mengambil alih kekuasaan bulan lalu telah memberikan izin tentara Burkina Faso dan Mali untuk melakukan intervensi di negara tersebut jika terjadi agresi.
Menteri Luar Negeri Burkina Faso dan Mali, Olivia Rouamba dan Abdoulaye Diop, mengunjungi Niamey pada hari Kamis, di mana mereka diterima oleh penguasa baru Niger, Jenderal Abdourahamane Tiani.
"Mereka menyambut baik penandatanganan perintah yang memberi wewenang kepada tentara Burkina Faso dan Mali untuk melakukan intervensi di wilayah Niger jika terjadi agresi," bunyi pernyataan yang dibacakan oleh wakil sekretaris jenderal kementerian luar negeri Niger seperti dikutip dari Al Arabiya, Jumat (25/8/2023).
Perwira militer Niger menggulingkan Presiden Mohamed Bazoum pada tanggal 26 Juli, yang mendorong blok regional Afrika Barat ECOWAS mengancam akan menggunakan kekerasan untuk mengembalikannya ke tampuk kekuasaan.
Niger adalah negara keempat di Afrika Barat sejak tahun 2020 yang mengalami kudeta, setelah Burkina Faso, Guinea, dan Mali.
Junta di Burkina Faso dan Mali mengatakan bahwa intervensi militer apa pun terhadap negara tetangga mereka akan dianggap sebagai “deklarasi perang” terhadap negara mereka.
Dan Tiani memperingatkan dalam pidatonya yang disiarkan televisi pada hari Sabtu: “Jika sebuah serangan dilakukan terhadap kami, itu tidak akan menjadi hal yang mudah seperti yang dipikirkan beberapa orang.”
Para pemimpin ECOWAS awalnya memberikan ultimatum tujuh hari kepada junta Niger untuk memulihkan kekuasaan atau menghadapi konsekuensinya, termasuk tindakan militer.
Tindakan yang direncanakan tersebut tidak terjadi karena banyak upaya dialog dan diplomasi telah dilakukan oleh ECOWAS dan sekutunya seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Seorang pejabat tinggi ECOWAS mengatakan pada hari Jumat bahwa blok tersebut siap untuk melanjutkan intervensi militer di Niger dan telah memilih "Hari-H".
Menteri Luar Negeri Burkina Faso dan Mali, Olivia Rouamba dan Abdoulaye Diop, mengunjungi Niamey pada hari Kamis, di mana mereka diterima oleh penguasa baru Niger, Jenderal Abdourahamane Tiani.
"Mereka menyambut baik penandatanganan perintah yang memberi wewenang kepada tentara Burkina Faso dan Mali untuk melakukan intervensi di wilayah Niger jika terjadi agresi," bunyi pernyataan yang dibacakan oleh wakil sekretaris jenderal kementerian luar negeri Niger seperti dikutip dari Al Arabiya, Jumat (25/8/2023).
Perwira militer Niger menggulingkan Presiden Mohamed Bazoum pada tanggal 26 Juli, yang mendorong blok regional Afrika Barat ECOWAS mengancam akan menggunakan kekerasan untuk mengembalikannya ke tampuk kekuasaan.
Niger adalah negara keempat di Afrika Barat sejak tahun 2020 yang mengalami kudeta, setelah Burkina Faso, Guinea, dan Mali.
Junta di Burkina Faso dan Mali mengatakan bahwa intervensi militer apa pun terhadap negara tetangga mereka akan dianggap sebagai “deklarasi perang” terhadap negara mereka.
Dan Tiani memperingatkan dalam pidatonya yang disiarkan televisi pada hari Sabtu: “Jika sebuah serangan dilakukan terhadap kami, itu tidak akan menjadi hal yang mudah seperti yang dipikirkan beberapa orang.”
Para pemimpin ECOWAS awalnya memberikan ultimatum tujuh hari kepada junta Niger untuk memulihkan kekuasaan atau menghadapi konsekuensinya, termasuk tindakan militer.
Tindakan yang direncanakan tersebut tidak terjadi karena banyak upaya dialog dan diplomasi telah dilakukan oleh ECOWAS dan sekutunya seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Seorang pejabat tinggi ECOWAS mengatakan pada hari Jumat bahwa blok tersebut siap untuk melanjutkan intervensi militer di Niger dan telah memilih "Hari-H".
(ian)