Arab Saudi Eksekusi Warga AS Bishoy Sharif, Ini Alasannya

Jum'at, 18 Agustus 2023 - 00:49 WIB
loading...
A A A
Kerajaan Teluk itu sering dikritik karena penggunaan hukuman mati yang produktif, yang menurut kelompok hak asasi manusia merusak upayanya untuk melunakkan citranya melalui agenda reformasi sosial dan ekonomi "Visi 2030".

Menurut kelompok hak asasi manusia (HAM) Reprieve, tingkat eksekusi tahunan hampir dua kali lipat sejak Putra Mahkota Mohammed bin Salman dan ayahnya; Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud, memperoleh kekuasaan.

Reprieve menyebutkan lebih dari 1.000 hukuman mati telah dilakukan sejak 2015.

Sebanyak 91 orang—19 di antaranya orang asing—telah dieksekusi sepanjang tahun ini, menurut penghitungan AFP berdasarkan laporan media pemerintah.

Pada Maret 2022, kerajaan mengeksekusi 81 orang pada hari yang sama, eksekusi massal terbesar yang diketahui dilakukan di kerajaan dalam sejarah modernnya.

Pejabat Saudi mengatakan pada saat itu bahwa para penjahat yang dieksekusi termasuk anggota Al-Qaeda dan para "pengikut jejak Setan".

Sebanyak 73 warga Saudi, tujuh warga Yaman dan satu warga Suriah meninggal dalam eksekusi massal tersebut.

Eksekusi terbaru terhadap seorang warga negara AS terjadi bahkan ketika Arab Saudi mendesak jaminan keamanan yang lebih kuat dari Washington DC.

Beberapa minggu lalu, Mohammed bin Salman bertemu di Jeddah dengan Penasihat Keamanan Nasional Presiden Joe Biden, Jake Sullivan, dalam upaya untuk mempercepat pembicaraan mengenai kesepakatan normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel.

Salah satu tuntutan terbesar Saudi adalah komitmen keamanan formal baru dari AS, termasuk jaminan kuat atas tanggapan AS terhadap setiap agresi Iran.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1269 seconds (0.1#10.140)