7 Kudeta di Afrika, Kebangkitan Melawan Bekas Penjajah Barat dan Neokolonialisme Eropa
loading...
A
A
A
Pada 31 Januari 2022, junta militer memulihkan konstitusi dan mengangkat Paul-Henri Sandaogo Damiba sebagai presiden sementara.
Namun Damiba digulingkan dalam kudeta kedua pada 30 September 2022 dan digantikan oleh bekas pendukungnya, Kapten Ibrahim Traore.
Pada akhir 26 Juli 2023, kudeta oleh militer menggulingkan Presiden Mohamed Bazoum, mengakhiri Republik Ketujuh.
Pada tanggal 28 Juli, Jenderal Abdourahamane Tchiani memproklamasikan dirinya sebagai kepala negara de facto.
Kudeta ini dilancarkan oleh kelompok militer yang tidak puas dengan pemerintahan dan situasi politik di negara tersebut.
Mohamed Bazoum merupakan tokoh yang didukung Barat, terutama bekas penjajah Prancis.
Kudeta ini mencerminkan ketidakstabilan politik yang sering kali muncul dalam banyak negara Afrika, sekaligus menyoroti kerentanan mereka terhadap campur tangan militer dan politik dari dalam dan luar negeri.
Berbagai kudeta ini, termasuk kudeta di Burkina Faso dan Niger, menunjukkan bahwa perjuangan untuk mengakhiri pengaruh Barat dan neokolonialisme Eropa masih berlangsung di banyak negara Afrika.
Meskipun kudeta bisa menciptakan kekacauan dan mengancam stabilitas, mereka juga merupakan refleksi dari keinginan rakyat mencari solusi atas ketidakpuasan mereka terhadap ketidaksetaraan, korupsi, dan lemahnya pemerintahan yang didukung Barat.
Namun Damiba digulingkan dalam kudeta kedua pada 30 September 2022 dan digantikan oleh bekas pendukungnya, Kapten Ibrahim Traore.
7. Kudeta di Niger (2023)
Pada akhir 26 Juli 2023, kudeta oleh militer menggulingkan Presiden Mohamed Bazoum, mengakhiri Republik Ketujuh.
Pada tanggal 28 Juli, Jenderal Abdourahamane Tchiani memproklamasikan dirinya sebagai kepala negara de facto.
Kudeta ini dilancarkan oleh kelompok militer yang tidak puas dengan pemerintahan dan situasi politik di negara tersebut.
Mohamed Bazoum merupakan tokoh yang didukung Barat, terutama bekas penjajah Prancis.
Kudeta ini mencerminkan ketidakstabilan politik yang sering kali muncul dalam banyak negara Afrika, sekaligus menyoroti kerentanan mereka terhadap campur tangan militer dan politik dari dalam dan luar negeri.
Berbagai kudeta ini, termasuk kudeta di Burkina Faso dan Niger, menunjukkan bahwa perjuangan untuk mengakhiri pengaruh Barat dan neokolonialisme Eropa masih berlangsung di banyak negara Afrika.
Meskipun kudeta bisa menciptakan kekacauan dan mengancam stabilitas, mereka juga merupakan refleksi dari keinginan rakyat mencari solusi atas ketidakpuasan mereka terhadap ketidaksetaraan, korupsi, dan lemahnya pemerintahan yang didukung Barat.