3 Krisis yang Membelenggu Masa Depan Ikhwanul Muslimin

Selasa, 15 Agustus 2023 - 03:25 WIB
loading...
3 Krisis yang Membelenggu...
Ikhwanul Muslim tidak lagi memiliki ruang politik di Mesir. Foto/Reuters
A A A
KAIRO - Satu dekade setelah pembantaian Rabaa, Mesir, ketika setidaknya 900 pengunjuk rasa terbunuh saat berdemonstrasi menentang penggulingan Presiden Mohamed Morsi dalam kudeta militer, masih menyimpan tantangan tentang masa depan Ikhwanul Muslimin (IM).

Presiden Abdel Fattah el-Sisi saat ini – orang yang menggulingkan Morsi – memiliki sedikit oposisi domestik yang perlu dikhawatirkan. IM pun dianggap sebagai kelompok yang mandul di Mesir.

Adapun IM kelompok di mana Morsi menjadi anggotanya ketika dia menjadi presiden selama satu tahun pada tahun 2012, mereka masih tampak lemah secara politik, dengan perpecahan tentang apa langkah selanjutnya yang harus diambil.

Bahkan ruang di luar Mesir untuk anggota IM yang diasingkan untuk beroperasi semakin kecil, dengan pemulihan hubungan antara Turki dan Mesir yang berarti bahwa Ankara kurang menyambut wilayahnya yang digunakan sebagai basis untuk kampanye anti-Sisi.

Ini sangat jauh dari kemenangan elektoral IM segera setelah revolusi Mesir 2011, yang menggulingkan Presiden lama Hosni Mubarak.

Pada akhirnya, hal ini menimbulkan pertanyaan tentang kelanjutan warisan organisasi sebagai kekuatan politik.

“Segalanya tampak agak suram untuk MB sekarang, tetapi mereka telah mengatasi krisis serupa sebelumnya,” Joas Wagemakers, seorang profesor studi Islam dan Arab di Universitas Utrecht dan seorang spesialis IM, mengatakan kepada Al Jazeera.

Wagemakers percaya IM masih relevan – meskipun memiliki lebih sedikit ruang untuk beroperasi dalam perubahan politik di Timur Tengah. IM selalu dapat memperluas operasinya di negara-negara Barat.

IM memilih Salah Abdulhaq pada bulan Maret sebagai Penjabat Pemandu Umum yang baru setelah meninggalnya Ibrahim Munir yang berbasis di London. Abdulhaq tidak menonjolkan diri selama beberapa dekade, yang banyak dihipotesiskan mungkin telah memainkan peran besar dalam pemilihannya oleh sebuah organisasi yang mencari awal yang baru.

Menurut Amr El Afifi, pakar IM dan salah satu penulis Broken Bonds: The Existential Crisis of Egypt’s Muslim Brotherhood, kelompok tersebut telah bergulat dengan tiga krisis bersamaan: krisis identitas, krisis legitimasi, dan krisis keanggotaan.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1819 seconds (0.1#10.140)