Peningkatan Serangan Bom Bunuh ISIS Guncang Politik dan Ekonomi di Pakistan
loading...
A
A
A
ISLAMABAD - Serangan kelompok bersenjata di Pakistan telah meningkat sebesar 79% selama separuh pertama tahun ini. Pemboman bunuh diri bulan Juli yang mematikan pada rapat umum politik di provinsi Khyber Pakhtunkhwa di barat laut Pakistan menyoroti tren kekerasan yang menyusahkan di wilayah tersebut.
"Sedikitnya 54 orang tewas dan 200 lainnya luka-luka dalam serangan itu, menjadikan Juli sebagai bulan paling mematikan kedua di Pakistan tahun ini," ungkap Institut Studi Konflik dan Keamanan Pakistan (PICSS), sebuah organisasi penelitian yang berbasis di Islamabad.
Tak lama kemudian, ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan ini, yang menurut peneliti Ricardo Valle, cocok dengan “sejarah panjang” permusuhan antara Negara Islam di Provinsi Khorasan, ISKP (ISIS-K), afiliasi regional ISIL, dan JUIF Bajaur yang sudah ada setidaknya sejak 2019.
“Di mata IS-K [ISIS-K], JUIF mendukung demokrasi, percaya pada sistem republik daripada sistem Islam, dan percaya pada negara nasional daripada umat,” kata Valle, direktur penelitian The Khorasan Diary, lemba penelitian non-partisan.
“Selain itu, IS-K percaya bahwa JUIF adalah lengan politik Taliban Afghanistan di Pakistan, menganggap mereka sekutu dekat,” kata Valle kepada Al Jazeera.
Valle mengatakan IS-K mengeluarkan serangkaian fatwa tahun lalu, menyerukan pembunuhan ulama dan aktivis JUIF.
Namun, menurut Asfandyar Mir, pakar Asia Selatan di Institut Perdamaian Amerika Serikat (USIP), alasan di balik serangan itu bisa jadi lebih rumit.
Foto/Reuters
“Ada banyak motif yang berperan di sini. IS-K didorong oleh logika kalah bersaing dalam lanskap militan yang kompetitif di kawasan ini. Kelompok tersebut menegaskan dirinya melalui serangan skala besar,” katanya kepada Al Jazeera.
"Sedikitnya 54 orang tewas dan 200 lainnya luka-luka dalam serangan itu, menjadikan Juli sebagai bulan paling mematikan kedua di Pakistan tahun ini," ungkap Institut Studi Konflik dan Keamanan Pakistan (PICSS), sebuah organisasi penelitian yang berbasis di Islamabad.
Tak lama kemudian, ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan ini, yang menurut peneliti Ricardo Valle, cocok dengan “sejarah panjang” permusuhan antara Negara Islam di Provinsi Khorasan, ISKP (ISIS-K), afiliasi regional ISIL, dan JUIF Bajaur yang sudah ada setidaknya sejak 2019.
“Di mata IS-K [ISIS-K], JUIF mendukung demokrasi, percaya pada sistem republik daripada sistem Islam, dan percaya pada negara nasional daripada umat,” kata Valle, direktur penelitian The Khorasan Diary, lemba penelitian non-partisan.
“Selain itu, IS-K percaya bahwa JUIF adalah lengan politik Taliban Afghanistan di Pakistan, menganggap mereka sekutu dekat,” kata Valle kepada Al Jazeera.
Valle mengatakan IS-K mengeluarkan serangkaian fatwa tahun lalu, menyerukan pembunuhan ulama dan aktivis JUIF.
Namun, menurut Asfandyar Mir, pakar Asia Selatan di Institut Perdamaian Amerika Serikat (USIP), alasan di balik serangan itu bisa jadi lebih rumit.
Foto/Reuters
“Ada banyak motif yang berperan di sini. IS-K didorong oleh logika kalah bersaing dalam lanskap militan yang kompetitif di kawasan ini. Kelompok tersebut menegaskan dirinya melalui serangan skala besar,” katanya kepada Al Jazeera.