PBB: Banyak yang Mungkin Mati setelah Kesepakatan Biji-bijian Laut Hitam Berakhir
loading...
A
A
A
Program Pangan Dunia juga mengirimkan 725.000 ton biji-bijian ke Afghanistan, Djibouti, Ethiopia, Kenya, Somalia, Sudan, dan Yaman.
Namun Mikhail Khan, ahli ekonomi makro yang diminta Rusia untuk memberi pengarahan kepada Dewan Keamanan, mengatakan negara-negara termiskin hanya menerima 3% dari biji-bijian yang dikirim oleh Ukraina, sejalan dengan data PBB.
“Dampak kesepakatan biji-bijian dalam hal ketentuan biji-bijian Ukraina ke pasar global pada dasarnya tidak terlalu signifikan," ujar dia.
“Rusia sedang menegosiasikan ekspor makanan ke negara-negara yang paling membutuhkan setelah keluar dari kesepakatan, tetapi belum menandatangani kontrak apa pun,” papar Wakil Menteri Luar Negeri, Sergei Vershinin, di Moskow pada Jumat.
Rusia menggempur fasilitas ekspor makanan Ukraina selama empat hari berturut-turut pada Jumat dan melakukan praktik penyitaan kapal di Laut Hitam.
Moskow menggambarkan serangan itu sebagai balas dendam atas serangan Ukraina di jembatan Crimea.
"Gelombang serangan baru di pelabuhan Ukraina berisiko berdampak luas pada keamanan pangan global," papar Kepala Urusan Politik PBB, Rosemary DiCarlo, kepada Dewan Keamanan.
Presiden Turki Tayyip Erdogan berharap bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin bulan depan dan mengatakan pembicaraan itu dapat mengarah pada pemulihan kesepakatan biji-bijian Laut Hitam.
Dia menyerukan negara-negara Barat pada Jumat untuk mempertimbangkan tuntutan Rusia.
Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, mengatakan Rusia tidak memiliki alasan yang sah untuk keluar dari kesepakatan itu.
Namun Mikhail Khan, ahli ekonomi makro yang diminta Rusia untuk memberi pengarahan kepada Dewan Keamanan, mengatakan negara-negara termiskin hanya menerima 3% dari biji-bijian yang dikirim oleh Ukraina, sejalan dengan data PBB.
“Dampak kesepakatan biji-bijian dalam hal ketentuan biji-bijian Ukraina ke pasar global pada dasarnya tidak terlalu signifikan," ujar dia.
“Rusia sedang menegosiasikan ekspor makanan ke negara-negara yang paling membutuhkan setelah keluar dari kesepakatan, tetapi belum menandatangani kontrak apa pun,” papar Wakil Menteri Luar Negeri, Sergei Vershinin, di Moskow pada Jumat.
Rusia menggempur fasilitas ekspor makanan Ukraina selama empat hari berturut-turut pada Jumat dan melakukan praktik penyitaan kapal di Laut Hitam.
Moskow menggambarkan serangan itu sebagai balas dendam atas serangan Ukraina di jembatan Crimea.
"Gelombang serangan baru di pelabuhan Ukraina berisiko berdampak luas pada keamanan pangan global," papar Kepala Urusan Politik PBB, Rosemary DiCarlo, kepada Dewan Keamanan.
Presiden Turki Tayyip Erdogan berharap bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin bulan depan dan mengatakan pembicaraan itu dapat mengarah pada pemulihan kesepakatan biji-bijian Laut Hitam.
Dia menyerukan negara-negara Barat pada Jumat untuk mempertimbangkan tuntutan Rusia.
Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, mengatakan Rusia tidak memiliki alasan yang sah untuk keluar dari kesepakatan itu.