Salwan Momika Membakar lalu Menginjak-injak Al-Qur'an di Swedia, Apa Sih Maunya?
loading...
A
A
A
Milisi Momika sendiri, yang, seperti banyak lainnya pada saat itu, pada awalnya dibentuk untuk melawan kelompok ekstremis ISIS, tampaknya kemudian dikaitkan dengan berbagai kelompok lain di Irak.
Itu termasuk milisi dengan afiliasi Muslim Syiah yang mendukung, dan didukung oleh, negara tetangga; Iran, serta milisi Kurdi yang mendukung agenda yang lebih ateis dan komunis.
Wartawan Irak menulis bahwa Momika meninggalkan negara itu karena perebutan kekuasaan dengan pemimpin milisi Kristen lainnya.
Momika juga diduga mendukung ulama al-Sadar pada satu tahap, dan kemudian juga setuju dengan protes anti-pemerintah di Irak.
Seorang anggota dewan kota mengatakan kepada publikasi The New Arab bahwa Momika telah melakukan penipuan di kampung halamannya.
Momika rupanya juga bermasalah dengan pihak berwenang Swedia setelah mengancam teman sekamarnya dengan pisau, menurut surat kabar Swedia; The Expressen dalam sebuah wawancara dengan Momika pada bulan Juni.
Semua ini membuat investigator France24 menyiratkan bahwa motivasi Momika untuk protesnya baru-baru ini layak dipertanyakan. Laporan sebelumnya lainnya dalam bahasa Arab telah menyuarakan kecurigaan serupa.
"[Momika] aktif di banyak situs media sosial, terutama TikTok dan Facebook," tulis France24 dalam laporannya.
"Namun, semua akunnya dibuat setelah dia memiliki status pengungsi di Swedia...Momika telah mem-posting lusinan video online, seringkali dengan nama negara mayoritas Muslim dalam bahasa Arab sebagai tanda pagar. Hal ini membuatnya tampak seperti dia mencoba untuk mendapatkan publisitas sebanyak mungkin untuk pembakaran Al-Quran-nya."
Izin tinggal Momika di Swedia berakhir pada April 2024, dan baru-baru ini dia ditolak dalam pengajuan izin tinggal permanen, sebuah langkah penting untuk mendapatkan kewarganegaraan.
Itu termasuk milisi dengan afiliasi Muslim Syiah yang mendukung, dan didukung oleh, negara tetangga; Iran, serta milisi Kurdi yang mendukung agenda yang lebih ateis dan komunis.
Wartawan Irak menulis bahwa Momika meninggalkan negara itu karena perebutan kekuasaan dengan pemimpin milisi Kristen lainnya.
Momika juga diduga mendukung ulama al-Sadar pada satu tahap, dan kemudian juga setuju dengan protes anti-pemerintah di Irak.
Seorang anggota dewan kota mengatakan kepada publikasi The New Arab bahwa Momika telah melakukan penipuan di kampung halamannya.
Momika rupanya juga bermasalah dengan pihak berwenang Swedia setelah mengancam teman sekamarnya dengan pisau, menurut surat kabar Swedia; The Expressen dalam sebuah wawancara dengan Momika pada bulan Juni.
Semua ini membuat investigator France24 menyiratkan bahwa motivasi Momika untuk protesnya baru-baru ini layak dipertanyakan. Laporan sebelumnya lainnya dalam bahasa Arab telah menyuarakan kecurigaan serupa.
"[Momika] aktif di banyak situs media sosial, terutama TikTok dan Facebook," tulis France24 dalam laporannya.
"Namun, semua akunnya dibuat setelah dia memiliki status pengungsi di Swedia...Momika telah mem-posting lusinan video online, seringkali dengan nama negara mayoritas Muslim dalam bahasa Arab sebagai tanda pagar. Hal ini membuatnya tampak seperti dia mencoba untuk mendapatkan publisitas sebanyak mungkin untuk pembakaran Al-Quran-nya."
Motivasi yang Meragukan
Izin tinggal Momika di Swedia berakhir pada April 2024, dan baru-baru ini dia ditolak dalam pengajuan izin tinggal permanen, sebuah langkah penting untuk mendapatkan kewarganegaraan.