Didekati Kapal Selam AS dengan 154 Rudal Tomahawk, Korut Merasa Berhak Gunakan Bom Nuklir
loading...
A
A
A
PYONGYANG - Kemunculan kapal selam nuklir Amerika Serikat (AS) pembawa 154 rudal Tomahawk di Semenanjung Korea menjadi alasan bagi Korea Utara (Korut) untuk mempertimbangkan serangan nuklir. Demikian disampaikan menteri pertahanan rezim Kim Jong-un, Kang Sun-nam.
Militer Jepang dan Korea Selatan mengatakan pada Kamis bahwa Korea Utara menembakkan dua rudal balistik ke arah timur pada Rabu pagi.
Manuver rudal Pyongyang itu terjadi setelah kapal selam rudal balistik bertenaga nuklir kelas Ohio; USS Kentucky (SSBN-737), tiba di sebuah pelabuhan di Busan, Korea Selatan (Korsel), untuk pertama kalinya dalam empat dekade.
“Saya mengingatkan militer AS tentang fakta bahwa visibilitas yang terus meningkat dari pengerahan kapal selam nuklir strategis dan aset strategis lainnya dapat berada di bawah ketentuan penggunaan senjata nuklir yang ditentukan dalam undang-undang DPRK (Korut) tentang kebijakan kekuatan nuklir,” kata Kang Sun-nam, sebagaimana dikutip KCNA, Jumat (21/7/2023).
Ancaman Korea Utara terhadap AS meningkat sejak 10 hari yang lalu ketika negara komunis itu menuduh bahwa pesawat Angkatan Udara AS melanggar wilayah udaranya di atas Laut Timur beberapa kali.
Pyongyang mengatakan pengiriman kapal selam nuklir AS ke semenanjung Korea akan menciptakan situasi yang sangat berbahaya membawa kawasan itu mendekati ambang konflik nuklir.
Pemerintahan Presiden Joe Biden mengatakan; "AS tetap berkomitmen untuk melakukan segala upaya untuk berkonsultasi dengan ROK (Korea Selatan) tentang kemungkinan penggunaan senjata nuklir di Semenanjung Korea, sesuai dengan kebijakan deklaratif Peninjauan Postur Nuklir AS."
Juru bicara Departemen Pertahanan AS Martin Meiners menegaskan kembali kepada Newsweek melalui email bahwa Amerika Serikat telah sangat jelas tentang komitmennya untuk memperpanjang pencegahan, perdamaian dan keamanan di Semenanjung Korea.
"Tindakan yang diambil oleh aliansi AS-ROK dalam Deklarasi Washington dan melalui Kelompok Konsultatif Nuklir adalah tanggapan yang bijaksana terhadap peningkatan perilaku berbahaya DPRK, dan selanjutnya tujuan aliansi untuk mempromosikan perdamaian dan stabilitas di kawasan," juru bicara Departemen Pertahanan AS lainnya, Lisa Lawrence.
Militer Jepang dan Korea Selatan mengatakan pada Kamis bahwa Korea Utara menembakkan dua rudal balistik ke arah timur pada Rabu pagi.
Manuver rudal Pyongyang itu terjadi setelah kapal selam rudal balistik bertenaga nuklir kelas Ohio; USS Kentucky (SSBN-737), tiba di sebuah pelabuhan di Busan, Korea Selatan (Korsel), untuk pertama kalinya dalam empat dekade.
“Saya mengingatkan militer AS tentang fakta bahwa visibilitas yang terus meningkat dari pengerahan kapal selam nuklir strategis dan aset strategis lainnya dapat berada di bawah ketentuan penggunaan senjata nuklir yang ditentukan dalam undang-undang DPRK (Korut) tentang kebijakan kekuatan nuklir,” kata Kang Sun-nam, sebagaimana dikutip KCNA, Jumat (21/7/2023).
Ancaman Korea Utara terhadap AS meningkat sejak 10 hari yang lalu ketika negara komunis itu menuduh bahwa pesawat Angkatan Udara AS melanggar wilayah udaranya di atas Laut Timur beberapa kali.
Pyongyang mengatakan pengiriman kapal selam nuklir AS ke semenanjung Korea akan menciptakan situasi yang sangat berbahaya membawa kawasan itu mendekati ambang konflik nuklir.
Pemerintahan Presiden Joe Biden mengatakan; "AS tetap berkomitmen untuk melakukan segala upaya untuk berkonsultasi dengan ROK (Korea Selatan) tentang kemungkinan penggunaan senjata nuklir di Semenanjung Korea, sesuai dengan kebijakan deklaratif Peninjauan Postur Nuklir AS."
Juru bicara Departemen Pertahanan AS Martin Meiners menegaskan kembali kepada Newsweek melalui email bahwa Amerika Serikat telah sangat jelas tentang komitmennya untuk memperpanjang pencegahan, perdamaian dan keamanan di Semenanjung Korea.
"Tindakan yang diambil oleh aliansi AS-ROK dalam Deklarasi Washington dan melalui Kelompok Konsultatif Nuklir adalah tanggapan yang bijaksana terhadap peningkatan perilaku berbahaya DPRK, dan selanjutnya tujuan aliansi untuk mempromosikan perdamaian dan stabilitas di kawasan," juru bicara Departemen Pertahanan AS lainnya, Lisa Lawrence.