Nasib Warga AS yang Ditahan Korea Utara, Ada yang Meninggal Setelah Dibebaskan

Kamis, 20 Juli 2023 - 16:14 WIB
loading...
A A A
Matthew Miller, seorang guru berusia 24 tahun dari California, ditahan oleh otoritas Korut dan didakwa melakukan tindakan spionase "bermusuhan" saat melakukan tur terorganisir pada April 2014.

Otoritas Korut kemudian menuduh dia mengakui "ambisi liar" untuk menjelajahi negara itu dan menyelidiki kondisi di sana.

Dia dijatuhi hukuman enam tahun penjara dengan kerja paksa pada bulan September 2014. Dalam wawancara sebelum dan setelah pembebasannya, dia mengatakan bahwa dia menghabiskan banyak waktunya untuk menggali di ladang, memindahkan batu dan mencabuti rumput liar, tetapi sebagian besar ditahan dalam isolasi yang ketat.

Miller dibebaskan bulan berikutnya bersama tahanan Amerika lainnya, Kenneth Bae.

Dalam wawancara selanjutnya dengan jurnalis Nate Thayer dari situs NK News yang berfokus pada Korut, Miller mengatakan dia pergi ke negara itu dengan niat untuk membelot dan berbicara dengan orang biasa Korut tentang hal-hal normal, terlepas dari politik.

"Saya mencoba untuk tinggal di pedesaan," kata Miller. "Mereka ingin saya pergi. Pada malam pertama mereka berkata, 'Kami ingin Anda pergi dengan penerbangan berikutnya.' Tapi saya menolak. Saya hanya tidak ingin pergi," ungkapnya.

Dalam wawancara, Miller mengatakan dia akhirnya "berubah pikiran" tentang mencari suaka dan meminta bantuan dari pemerintah AS.

4. Kenneth Bae, 2012

Nasib Warga AS yang Ditahan Korea Utara, Ada yang Meninggal Setelah Dibebaskan

Foto: CNN

Kenneth Bae dibebaskan bersama Miller. Penduduk negara bagian Washington itu ditangkap pada November 2012.

Seorang misionaris Kristen Injili Korea-Amerika, dia telah mengunjungi negara itu berkali-kali. Pada kesempatan itu dia dihentikan dan hard drive dengan materi Kristen ditemukan.

Korut mengajukan serangkaian tuduhan atas apa yang disebutnya sebagai "tindakan bermusuhan" terhadap Bae termasuk upaya untuk membangun basis untuk kegiatan anti-pemerintah, penyelundupan literatur terlarang, dan mendorong para pembangkang.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1018 seconds (0.1#10.140)