3 Pemicu Kerusuhan di Prancis, Nomor 3 Ketimpangan Ekonomi dan Sosial yang Lebar
loading...
A
A
A
Mereka awalnya dirancang untuk keluarga kelas menengah ke bawah yang memiliki pekerjaan. Tetapi pada tahun 1970-an di tengah tingginya pengangguran dan ketegangan rasial setelah Perang Aljazair dan berakhirnya kolonialisme Prancis, mereka semakin ditempati oleh komunitas imigran berpenghasilan rendah.
Karena kekurangan dana oleh pemerintah berturut-turut dengan perumahan dan prospek pekerjaan berkualitas buruk, mereka diberi label "masalah" atau "berisiko tinggi".
Kejahatan tinggi dan orang-orang muda di jalanan sering bentrok dengan polisi, yang memiliki reputasi sebagai kebijakan kerusuhan yang brutal dan tidak mentolerir.
Foto/Reuters
Pecahnya kerusuhan di Prancis adalah mimpi buruk bagi Presiden Emmanuel Macron.
Kerusuhan itu menambah beban dan ketidakmampuan Macron dalam mengatasi krisis tatanan sipil lainnya seperti terorisme, rompi kuning, protes sayap kiri atas pensiun.
Menyadari bahwa posisnya tidak aman, Macron dengan cepat dan tegas mendukung keluarga Nahel M yang berusia 17 tahun, menyebut penembakannya oleh polisi "tidak dapat dijelaskan dan dimaafkan".
Bahkan, Perdana Menteri Prancis Élisabeth Borne mengatakan video pembunuhannya berisi "gambar mengejutkan yang menunjukkan intervensi polisi secara nyata bertentangan dengan aturan".
Dalam Negeri GĂ©rald Darmanin mengatakan bahwa jika "konten video dikonfirmasi, tidak mungkin tindakan yang kami lihat di sana dapat dibenarkan."
Tampaknya pemerintah telah melakukan upaya terkoordinasi untuk mengirimkan pesan peredaan dan pengamanan.
Karena kekurangan dana oleh pemerintah berturut-turut dengan perumahan dan prospek pekerjaan berkualitas buruk, mereka diberi label "masalah" atau "berisiko tinggi".
Kejahatan tinggi dan orang-orang muda di jalanan sering bentrok dengan polisi, yang memiliki reputasi sebagai kebijakan kerusuhan yang brutal dan tidak mentolerir.
3. Menumbangkan Presiden Macron
Foto/Reuters
Pecahnya kerusuhan di Prancis adalah mimpi buruk bagi Presiden Emmanuel Macron.
Kerusuhan itu menambah beban dan ketidakmampuan Macron dalam mengatasi krisis tatanan sipil lainnya seperti terorisme, rompi kuning, protes sayap kiri atas pensiun.
Menyadari bahwa posisnya tidak aman, Macron dengan cepat dan tegas mendukung keluarga Nahel M yang berusia 17 tahun, menyebut penembakannya oleh polisi "tidak dapat dijelaskan dan dimaafkan".
Bahkan, Perdana Menteri Prancis Élisabeth Borne mengatakan video pembunuhannya berisi "gambar mengejutkan yang menunjukkan intervensi polisi secara nyata bertentangan dengan aturan".
Dalam Negeri GĂ©rald Darmanin mengatakan bahwa jika "konten video dikonfirmasi, tidak mungkin tindakan yang kami lihat di sana dapat dibenarkan."
Tampaknya pemerintah telah melakukan upaya terkoordinasi untuk mengirimkan pesan peredaan dan pengamanan.