Selain Putin, 7 Pemimpin Negara Ini Berhasil Lolos dari Upaya Kudeta
loading...
A
A
A
ANKARA - Presiden Rusia Vladimir Putin berhasil lolos dari upaya kudeta yang dilancarkan pemimpin perusahaan tentara bayaran Wagner Group Evgeny Prigozhin.
Putin berhasil lolos dari upaya kudeta itu setelah Prigozhin sepakat menghentikan aksinya dengan imbalan diizinkan sembunyi di Belarusia dan dibebaskan dari dakwaan kriminal.
Selain Putin, ternyata ada beberapa pemimpin negara lainnya yang juga lolos dari upaya kudeta untuk menggulingkan pemerintahan mereka.
Berikut ini para pemimpin negara dengan kecerdasan, keberanian, dan dukungan rakyat yang kuat berhasil mengatasi ancaman kudeta dan mempertahankan stabilitas politik.
Pada tanggal 15 Juli 2016, Turki dikejutkan oleh upaya kudeta militer yang bertujuan menggulingkan Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Melalui penggunaan media sosial, Erdogan memobilisasi massa pendukungnya untuk turun ke jalan dan mempertahankan pemerintahan yang sah.
Dalam insiden yang dramatis, Erdogan berhasil menghindari penangkapan dan meloloskan diri ke tempat yang aman.
Dukungan rakyat dan keberanian yang ditunjukkan Erdogan mengubah arah kudeta, dan pemerintahannya tetap bertahan hingga sekarang.
Pada tanggal 11 April 2002, Presiden Venezuela, Hugo Chavez, menghadapi upaya kudeta yang dilakukan kelompok oposisi dan sejumlah elemen militer.
Chavez ditangkap dan dipaksa mengundurkan diri oleh sekelompok perwira tinggi militer yang menentang kebijakannya.
Namun, dukungan kuat dari rakyat dan bagian dari militer yang setia kepadanya memainkan peran kunci dalam melawan kudeta ini.
Dalam waktu singkat, demonstrasi massal dan intervensi militer yang setia kepada Chavez memulihkan kekuasaannya, dan dia kembali menjadi presiden.
Pada bulan Agustus 1991, Presiden Rusia saat itu, Boris Yeltsin, berperan penting dalam menghadapi upaya kudeta yang dilakukan sekelompok anggota Partai Komunis dan aparat keamanan Rusia yang konservatif.
Yeltsin tampil di depan gedung Parlemen Rusia dan memimpin demonstrasi yang memprotes kudeta tersebut.
Melalui kepemimpinan dan karismanya, Yeltsin berhasil menggerakkan rakyat untuk melawan kudeta dan mempertahankan sistem demokrasi.
Kudeta tersebut akhirnya gagal, dan Yeltsin tetap menjadi tokoh penting dalam perubahan politik di Rusia.
Pada tanggal 23 Februari 1981, Spanyol mengalami upaya kudeta yang dikenal sebagai "23-F" ketika sekelompok perwira militer mencoba merebut kekuasaan dan menggulingkan pemerintahan demokratis.
Raja Juan Carlos I, yang saat itu memegang peran seremonial sebagai Kepala Negara Spanyol, memainkan peran yang menentukan dalam menghadapi kudeta tersebut.
Dalam pidatonya di televisi nasional, Raja Juan Carlos I mengecam upaya kudeta tersebut dan dengan tegas mendukung demokrasi serta meminta rakyat Spanyol untuk mempertahankannya.
Pernyataan dan tindakan tegas Raja Juan Carlos I membantu memobilisasi rakyat dan militer yang setia kepadanya untuk melawan kudeta.
Akhirnya, upaya kudeta tersebut gagal, dan Spanyol tetap dalam jalur demokrasi.
Pada tahun 1923, Mustafa Kemal Ataturk, pendiri dan presiden pertama Turki, menghadapi beberapa upaya kudeta selama periode transisi dari Kesultanan Utsmaniyah menjadi Republik Turki modern.
Salah satu upaya kudeta yang paling signifikan adalah "Pemberontakan Teskilat-ı Mahsusa" pada tahun 1925 yang dilakukan sekelompok milisi yang menentang reformasi Ataturk.
Ataturk mengambil tindakan tegas dengan memobilisasi pasukan dan menghadapi pemberontakan tersebut.
Dengan kepemimpinannya yang kuat dan dukungan yang besar dari tentara dan rakyat Turki, AtatĂĽrk berhasil memadamkan kudeta tersebut dan menjaga stabilitas negara.
Pada tahun 1964, Presiden Tanzania, Julius Nyerere, menghadapi upaya kudeta oleh sekelompok perwira militer yang tidak puas dengan kebijakan sosialis dan nasionalis Nyerere.
Nyerere mampu mendeteksi rencana kudeta tersebut sebelum terlaksana dan mengambil tindakan tegas dengan menangkap dan mengadili para pelaku.
Melalui kepemimpinan yang kokoh dan dukungan rakyat yang luas, Nyerere berhasil mempertahankan pemerintahannya dan melanjutkan agenda transformasinya.
Pada tahun 1966, Presiden Republik Afrika Tengah, David Dacko, menghadapi upaya kudeta yang dilakukan Jean-Bedel Bokassa.
Dacko berhasil melarikan diri dari Bokassa yang sedang berusaha menangkapnya dan melarikan diri ke Prancis.
Meskipun Bokassa berhasil merebut kekuasaan untuk sementara waktu, Dacko kembali pada tahun 1979 dengan bantuan dari pasukan asing dan menggulingkan Bokassa dalam apa yang dikenal sebagai "Operasi Barracuda".
Para pemimpin negara yang berhasil lolos dari upaya kudeta telah menunjukkan keberanian, kepemimpinan yang tegas, dan dukungan yang kuat dari rakyat atau anggota penting dalam aparat negara.
Melalui strategi yang cerdik, tindakan yang tepat, dan solidaritas dengan pihak yang setia, mereka berhasil mengatasi ancaman terhadap stabilitas politik dan mempertahankan pemerintahan yang sah.
Keberhasilan ini menegaskan pentingnya kekuatan rakyat, loyalitas dari aparat keamanan, serta ketangguhan dan ketegasan dari pemimpin dalam menghadapi krisis kudeta.
Putin berhasil lolos dari upaya kudeta itu setelah Prigozhin sepakat menghentikan aksinya dengan imbalan diizinkan sembunyi di Belarusia dan dibebaskan dari dakwaan kriminal.
Selain Putin, ternyata ada beberapa pemimpin negara lainnya yang juga lolos dari upaya kudeta untuk menggulingkan pemerintahan mereka.
Berikut ini para pemimpin negara dengan kecerdasan, keberanian, dan dukungan rakyat yang kuat berhasil mengatasi ancaman kudeta dan mempertahankan stabilitas politik.
1. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Pada tanggal 15 Juli 2016, Turki dikejutkan oleh upaya kudeta militer yang bertujuan menggulingkan Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Melalui penggunaan media sosial, Erdogan memobilisasi massa pendukungnya untuk turun ke jalan dan mempertahankan pemerintahan yang sah.
Dalam insiden yang dramatis, Erdogan berhasil menghindari penangkapan dan meloloskan diri ke tempat yang aman.
Dukungan rakyat dan keberanian yang ditunjukkan Erdogan mengubah arah kudeta, dan pemerintahannya tetap bertahan hingga sekarang.
2. Presiden Venezuela Hugo Chavez
Pada tanggal 11 April 2002, Presiden Venezuela, Hugo Chavez, menghadapi upaya kudeta yang dilakukan kelompok oposisi dan sejumlah elemen militer.
Chavez ditangkap dan dipaksa mengundurkan diri oleh sekelompok perwira tinggi militer yang menentang kebijakannya.
Namun, dukungan kuat dari rakyat dan bagian dari militer yang setia kepadanya memainkan peran kunci dalam melawan kudeta ini.
Dalam waktu singkat, demonstrasi massal dan intervensi militer yang setia kepada Chavez memulihkan kekuasaannya, dan dia kembali menjadi presiden.
3. Presiden Rusia Boris Yeltsin
Pada bulan Agustus 1991, Presiden Rusia saat itu, Boris Yeltsin, berperan penting dalam menghadapi upaya kudeta yang dilakukan sekelompok anggota Partai Komunis dan aparat keamanan Rusia yang konservatif.
Yeltsin tampil di depan gedung Parlemen Rusia dan memimpin demonstrasi yang memprotes kudeta tersebut.
Melalui kepemimpinan dan karismanya, Yeltsin berhasil menggerakkan rakyat untuk melawan kudeta dan mempertahankan sistem demokrasi.
Kudeta tersebut akhirnya gagal, dan Yeltsin tetap menjadi tokoh penting dalam perubahan politik di Rusia.
4. Raja Spanyol Juan Carlos I
Pada tanggal 23 Februari 1981, Spanyol mengalami upaya kudeta yang dikenal sebagai "23-F" ketika sekelompok perwira militer mencoba merebut kekuasaan dan menggulingkan pemerintahan demokratis.
Raja Juan Carlos I, yang saat itu memegang peran seremonial sebagai Kepala Negara Spanyol, memainkan peran yang menentukan dalam menghadapi kudeta tersebut.
Dalam pidatonya di televisi nasional, Raja Juan Carlos I mengecam upaya kudeta tersebut dan dengan tegas mendukung demokrasi serta meminta rakyat Spanyol untuk mempertahankannya.
Pernyataan dan tindakan tegas Raja Juan Carlos I membantu memobilisasi rakyat dan militer yang setia kepadanya untuk melawan kudeta.
Akhirnya, upaya kudeta tersebut gagal, dan Spanyol tetap dalam jalur demokrasi.
5. Presiden Turki Mustafa Kemal Ataturk
Pada tahun 1923, Mustafa Kemal Ataturk, pendiri dan presiden pertama Turki, menghadapi beberapa upaya kudeta selama periode transisi dari Kesultanan Utsmaniyah menjadi Republik Turki modern.
Salah satu upaya kudeta yang paling signifikan adalah "Pemberontakan Teskilat-ı Mahsusa" pada tahun 1925 yang dilakukan sekelompok milisi yang menentang reformasi Ataturk.
Ataturk mengambil tindakan tegas dengan memobilisasi pasukan dan menghadapi pemberontakan tersebut.
Dengan kepemimpinannya yang kuat dan dukungan yang besar dari tentara dan rakyat Turki, AtatĂĽrk berhasil memadamkan kudeta tersebut dan menjaga stabilitas negara.
6. Presiden Tanzania Julius Nyerere
Pada tahun 1964, Presiden Tanzania, Julius Nyerere, menghadapi upaya kudeta oleh sekelompok perwira militer yang tidak puas dengan kebijakan sosialis dan nasionalis Nyerere.
Nyerere mampu mendeteksi rencana kudeta tersebut sebelum terlaksana dan mengambil tindakan tegas dengan menangkap dan mengadili para pelaku.
Melalui kepemimpinan yang kokoh dan dukungan rakyat yang luas, Nyerere berhasil mempertahankan pemerintahannya dan melanjutkan agenda transformasinya.
7. Presiden Republik Afrika Tengah David Dacko
Pada tahun 1966, Presiden Republik Afrika Tengah, David Dacko, menghadapi upaya kudeta yang dilakukan Jean-Bedel Bokassa.
Dacko berhasil melarikan diri dari Bokassa yang sedang berusaha menangkapnya dan melarikan diri ke Prancis.
Meskipun Bokassa berhasil merebut kekuasaan untuk sementara waktu, Dacko kembali pada tahun 1979 dengan bantuan dari pasukan asing dan menggulingkan Bokassa dalam apa yang dikenal sebagai "Operasi Barracuda".
Para pemimpin negara yang berhasil lolos dari upaya kudeta telah menunjukkan keberanian, kepemimpinan yang tegas, dan dukungan yang kuat dari rakyat atau anggota penting dalam aparat negara.
Melalui strategi yang cerdik, tindakan yang tepat, dan solidaritas dengan pihak yang setia, mereka berhasil mengatasi ancaman terhadap stabilitas politik dan mempertahankan pemerintahan yang sah.
Keberhasilan ini menegaskan pentingnya kekuatan rakyat, loyalitas dari aparat keamanan, serta ketangguhan dan ketegasan dari pemimpin dalam menghadapi krisis kudeta.
(sya)