5 Fakta Menarik Uganda, Negara Mayoritas Kristen yang Menerapkan Hukuman Keras Terhadap LGBT
loading...
A
A
A
Pria yang kini telah berusia 78 tahun tersebut memenangkan 58% suara sementara bintang pop yang menjadi politisi Bobi Wine memiliki 35%. Dari pemilu itu, pihak oposisi menuduh adanya kecurangan.
Namun, sejak awal memerintah, Museveni memang kerap dipuji karena memulihkan stabilitas relatif dan kemakmuran ekonomi setelah bertahun-tahun perang saudara dan penindasan di bawah Milton Obote dan Idi Amin.
Sebelum menjadi negara republik pada tahun 1963, Uganda dulunya merupakan sebuah Kerajaan bernama Buganda. Kerajaan ini bersatu di bawah raja pertamanya, Kato Kintu pada abad ke-13.
Pada masa kerajaan ini, Buganda telah banyak mengalami konflik dan penjajahan. Mulai dari serangkaian perang agama setelah pedagang Arab mulai pindah ke wilayah tersebut pada 1886, yang melibatkan Muslim dan Kristen.
Hingga pada tahun 1894 Pemerintah Inggris mulai menganeksasi Buganda dan wilayah-wilayah yang bersebelahan untuk membentuk protektorat Uganda guna melindungi jalur perdagangan sungai Nil.
Krisis Uganda pada tahun-tahun pasca kemerdekaan, tepatnya pada 1962 sampai 1966, terjadi banyak perebutan kekuasaan antara pemerintah pusat dan kerajaan regional terbesar.
Dimulai dari Milton Obote yang merebut kekuasaan dalam kudeta dan menghapuskan kerajaan suku Uganda pada 1967. Disusul oleh Jenderal Idi Amin yang menggulingkan kekuasaan pada 1971.
Pada akhirnya Jenderal Idi Amin harus meninggalkan Uganda setelah gagal untuk menginvasi Tanzania. Pada akhirnya Milton Obote kembali berkuasa pada 1980.
Perebutan kekuasaan kembali berlanjut sepanjang tahun 1980 sampai 1986. Dimana terjadi Perang Semak Uganda antara pemerintah Obote melawan Tentara Perlawanan Nasional (NRA). Sekitar 500 ribu orang tewas dalam pertempuran tersebut.
Sampai akhirnya Pemimpin Tentara Perlawanan Nasional, Yoweri Museveni merebut kekuasaan dan sampai saat ini masih mempertahankannya.
Lihat Juga: Hamas Kutuk Kebejatan Moral Israel karena Rekrut Pencari Suaka Afrika untuk Genosida di Gaza
Namun, sejak awal memerintah, Museveni memang kerap dipuji karena memulihkan stabilitas relatif dan kemakmuran ekonomi setelah bertahun-tahun perang saudara dan penindasan di bawah Milton Obote dan Idi Amin.
4. Uganda Dulunya Sebuah Kerajaan
Sebelum menjadi negara republik pada tahun 1963, Uganda dulunya merupakan sebuah Kerajaan bernama Buganda. Kerajaan ini bersatu di bawah raja pertamanya, Kato Kintu pada abad ke-13.
Pada masa kerajaan ini, Buganda telah banyak mengalami konflik dan penjajahan. Mulai dari serangkaian perang agama setelah pedagang Arab mulai pindah ke wilayah tersebut pada 1886, yang melibatkan Muslim dan Kristen.
Hingga pada tahun 1894 Pemerintah Inggris mulai menganeksasi Buganda dan wilayah-wilayah yang bersebelahan untuk membentuk protektorat Uganda guna melindungi jalur perdagangan sungai Nil.
5. Banyak Terjadi Konflik dan Penggulingan Kekuasaan Sepanjang Sejarah Uganda
Krisis Uganda pada tahun-tahun pasca kemerdekaan, tepatnya pada 1962 sampai 1966, terjadi banyak perebutan kekuasaan antara pemerintah pusat dan kerajaan regional terbesar.
Dimulai dari Milton Obote yang merebut kekuasaan dalam kudeta dan menghapuskan kerajaan suku Uganda pada 1967. Disusul oleh Jenderal Idi Amin yang menggulingkan kekuasaan pada 1971.
Pada akhirnya Jenderal Idi Amin harus meninggalkan Uganda setelah gagal untuk menginvasi Tanzania. Pada akhirnya Milton Obote kembali berkuasa pada 1980.
Perebutan kekuasaan kembali berlanjut sepanjang tahun 1980 sampai 1986. Dimana terjadi Perang Semak Uganda antara pemerintah Obote melawan Tentara Perlawanan Nasional (NRA). Sekitar 500 ribu orang tewas dalam pertempuran tersebut.
Sampai akhirnya Pemimpin Tentara Perlawanan Nasional, Yoweri Museveni merebut kekuasaan dan sampai saat ini masih mempertahankannya.
Lihat Juga: Hamas Kutuk Kebejatan Moral Israel karena Rekrut Pencari Suaka Afrika untuk Genosida di Gaza
(esn)