Terungkap, Putin Berupaya Habisi Pembelot Rusia di Amerika Serikat
loading...
A
A
A
Sebagai gantinya, Moskow membebaskan empat tahanan Rusia, termasuk Sergei Skripal, mantan kolonel di dinas intelijen militer yang dihukum pada 2006 karena menjual rahasia ke Inggris.
Tawaran untuk membunuh Poteyev terungkap dalam edisi Inggris dari buku "Spies: The Epic Intelligence War Between East and West",yang akan diterbitkan oleh penerbit Little, Brown and Company pada 29 Juni.
Buku ini ditulis oleh Calder Walton, seorang sarjana keamanan nasional dan intelijen di Harvard. The New York Times secara independen mengonfirmasi pekerjaannya dan melaporkan untuk pertama kalinya tentang dampak pahit dari operasi tersebut, termasuk tindakan pembalasan yang terjadi setelah terungkap.
Menurut buku Walton, seorang pejabat Kremlin menegaskan bahwa pembunuh bayaran hampir pasti akan memburu Poteyev. RamĂłn Mercader, seorang agen Josef Stalin, menyelinap ke ruang kerja Leon Trotsky di Mexico City pada tahun 1940 dan menancapkan kapak es ke kepalanya. Berdasarkan wawancara dengan dua pejabat intelijen AS, Walton menyimpulkan bahwa operasi tersebut adalah awal dari "Mercader modern" yang dikirim untuk membunuh Poteyev.
Menurut seorang mantan pejabat intelijen,Rusia telah lama menggunakan pembunuh untuk membungkam mereka yanag dianggap sebagai musuh. Salah satu yang paling terkenal di markas SVR di Moskow adalah Kolonel Grigory Mairanovsky, seorang ahli biokimia yang bereksperimen dengan racun mematikan.
Putin, seorang mantan perwira KGB, tidak merahasiakan kebenciannya yang mendalam terhadap para pembelot di antara jajaran intelijen, terutama mereka yang membantu Barat.
Peracunan Skripal di tangan agen-agen Rusia di Salisbury, Inggris, pada 2018 menandakan peningkatan taktik Moskow dan meningkatkan kekhawatiran bahwa mereka tidak akan ragu untuk melakukan hal yang sama di pantai Amerika.
Serangan itu, yang menggunakan agen saraf untuk membuat Skripal dan putrinya sakit, memicu gelombang pengusiran diplomatik di seluruh dunia ketika Inggris menggalang dukungan sekutunya dalam upaya mengeluarkan tanggapan yang kuat.
Insiden tersebut memicu alarm di dalam CIA, di mana para pejabat khawatir mantan mata-mata yang telah pindah ke Amerika Serikat, seperti Poteyev, akan segera menjadi sasaran.
Putin telah lama bersumpah untuk menghukum Poteyev. Tapi sebelum dia bisa ditangkap, Poteyev melarikan diri ke Amerika Serikat, di mana CIA memukimkannya kembali di bawah program yang sangat rahasia yang dimaksudkan untuk melindungi mantan mata-mata. Pada 2011, pengadilan Moskow menjatuhkan hukuman secara in absentia selama beberapa dekade penjara.
Tawaran untuk membunuh Poteyev terungkap dalam edisi Inggris dari buku "Spies: The Epic Intelligence War Between East and West",yang akan diterbitkan oleh penerbit Little, Brown and Company pada 29 Juni.
Buku ini ditulis oleh Calder Walton, seorang sarjana keamanan nasional dan intelijen di Harvard. The New York Times secara independen mengonfirmasi pekerjaannya dan melaporkan untuk pertama kalinya tentang dampak pahit dari operasi tersebut, termasuk tindakan pembalasan yang terjadi setelah terungkap.
Menurut buku Walton, seorang pejabat Kremlin menegaskan bahwa pembunuh bayaran hampir pasti akan memburu Poteyev. RamĂłn Mercader, seorang agen Josef Stalin, menyelinap ke ruang kerja Leon Trotsky di Mexico City pada tahun 1940 dan menancapkan kapak es ke kepalanya. Berdasarkan wawancara dengan dua pejabat intelijen AS, Walton menyimpulkan bahwa operasi tersebut adalah awal dari "Mercader modern" yang dikirim untuk membunuh Poteyev.
Menurut seorang mantan pejabat intelijen,Rusia telah lama menggunakan pembunuh untuk membungkam mereka yanag dianggap sebagai musuh. Salah satu yang paling terkenal di markas SVR di Moskow adalah Kolonel Grigory Mairanovsky, seorang ahli biokimia yang bereksperimen dengan racun mematikan.
Putin, seorang mantan perwira KGB, tidak merahasiakan kebenciannya yang mendalam terhadap para pembelot di antara jajaran intelijen, terutama mereka yang membantu Barat.
Peracunan Skripal di tangan agen-agen Rusia di Salisbury, Inggris, pada 2018 menandakan peningkatan taktik Moskow dan meningkatkan kekhawatiran bahwa mereka tidak akan ragu untuk melakukan hal yang sama di pantai Amerika.
Serangan itu, yang menggunakan agen saraf untuk membuat Skripal dan putrinya sakit, memicu gelombang pengusiran diplomatik di seluruh dunia ketika Inggris menggalang dukungan sekutunya dalam upaya mengeluarkan tanggapan yang kuat.
Insiden tersebut memicu alarm di dalam CIA, di mana para pejabat khawatir mantan mata-mata yang telah pindah ke Amerika Serikat, seperti Poteyev, akan segera menjadi sasaran.
Putin telah lama bersumpah untuk menghukum Poteyev. Tapi sebelum dia bisa ditangkap, Poteyev melarikan diri ke Amerika Serikat, di mana CIA memukimkannya kembali di bawah program yang sangat rahasia yang dimaksudkan untuk melindungi mantan mata-mata. Pada 2011, pengadilan Moskow menjatuhkan hukuman secara in absentia selama beberapa dekade penjara.