Ditutup Paksa, Warga China Serbu Konsulat AS di Chengdu

Sabtu, 25 Juli 2020 - 00:47 WIB
loading...
Ditutup Paksa, Warga China Serbu Konsulat AS di Chengdu
China menutup paksa Konsulat AS di Chengdu sebagai langkah balasan atas kebijakan serupa yang dilakukan Washington. Foto/Headlineenglish
A A A
BEIJING - Pemerintah China memerintahkan Konsulat Amerika Serikat (AS) di Chengdu untuk ditutup. Kebijakan ini diambil sebagai langkah balasan atas keputusan serupa yang dilakukan Washington terhadap Konsulat China di Houston.

Keputusan itu sontak membuat kota di China barat daya itu tiba-tiba menjadi pusat perhatian. Warga yang ingin tahu datang dalam jumlah yang besar ke pusat kota yang rimbun itu. Sejumlah karyawan berdiri di ambang pintu beberapa toko yang terletak di seberang konsulat untuk ikut menonton. Mereka tampaknya ingin menjadi saksi dari babak terakhir dalam keruntuhan hubungan antara Beijing dan Washington.

Lusinan personel polisi dan tentara berpatroli di jalan di luar gedung, memeriksa kartu identitas, memeriksa telepon, dan meminta warga yang lewat untuk menghapus foto dan video di daerah itu.

Stasiun televisi milik negara, China Central Television, memulai tayangan langsung streaming dari pintu masuk konsulat. Lebih dari 20 juta pengguna internet mengikuti siaran itu pada Jumat sore, dalam gaung yang aneh dari video yang beredar awal pekan ini di media sosial yang menunjukkan personil konsulat China di Houston membakar apa yang tampaknya kertas setelah mengetahui pengusiran mereka. (Baca: China Bakar Dokumen di Konsulatnya yang Ditutup Paksa oleh AS )

"Sayang sekali," kata pemilik toko mie terdekat yang populer dengan diplomat Amerika, yang menggunakan nama keluarga Ma.

"Mereka selalu sopan dan berbicara bahasa China yang cukup bagus," katanya, seraya menambahkan bahwa restoran pinggir jalannya mendapat banyak pelanggan Barat karena menyajikan versi pedas dari masakan lokal Sichuan seperti dikutip dari Bloomberg, Sabtu (25/7/2020).

Misi diplomatik AS di Chengdu, yang dibuka pada tahun 1985, mencakup Chongqing, Guizhou, Yunnan, serta Sichuan. Konsulat juga berfungsi sebagai pos pendengar utama untuk mengikuti acara di Tibet, di mana upaya Partai Komunis China untuk menekan perbedaan pendapat telah lama menjadi fokus ketegangan antara China dan Barat. Intel Corp., Dell Technologies Inc., dan Procter & Gamble Co. adalah beberapa perusahaan multinasional Amerika yang hadir di Chengdu.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, mengatakan dalam jumpa pers reguler hari Jumat di Beijing bahwa beberapa staf konsulat telah terlibat dalam kegiatan yang tidak sesuai dengan kapasitas mereka, mencampuri urusan dalam negeri China dan merusak kepentingan keamanan nasional China. (Baca: China Balas Dendam, Tutup Paksa Konsulat AS di Chengdu )

Departemen Luar Negeri AS juga menuduh China menggunakan konsulat Houston sebagai pusat untuk memata-matai dan mempengaruhi operasi sebelum mengambil langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menutupnya. (Baca: Washington Perintahkan Konsulat China di Houston Ditutup )

"Itu adalah reaksi yang masuk akal," kata seorang warga Chengdu yang tinggal di dekat konsulat dan meminta untuk tidak disebutkan namanya.

"Adalah AS yang pertama kali memutuskan hubungan damai," imbuhnya.

Pada 2012, mantan kepala polisi Chongqing Wang Lijun mencari perlindungan di konsulat Chengdu dengan bukti yang menghubungkan keluarga bosnya saat itu, mantan sekretaris partai Chongqing Bo Xilai, dengan kematian seorang pengusaha Inggris. Episode itu mengungkap skandal yang akan membuat Bo digulingkan dan istrinya dihukum karena pembunuhan, membuat Xi Jinping meluncurkan kampanye anti-korupsi nasional.

Penduduk setempat mengatakan bahwa kehadiran polisi meningkat tajam dalam semalam. Cao Yu, yang bekerja di sebuah restoran Jepang di dekat konsulat, mengatakan dia merasa takut ketika dia mengendarai sepedanya untuk bekerja di pagi hari.

"Hubungan antara AS dan China semakin aneh di tingkat nasional," katanya.

"Tapi pada tingkat pribadi saya tidak merasakan dendam terhadap orang Amerika," ia menegaskan.

Dampak penutupan konsulat akan dirasakan oleh industri agen perumahan dan perusahaan perjalanan yang melayani warga negara China yang mengajukan permohonan visa AS.

Seorang pemilik toko, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan pada hari Kamis bahwa dia tidak tahu banyak tentang perselisihan antara AS dan China, tetapi khawatir bahwa penutupan akan sangat mempengaruhi bisnisnya. AS telah mengurangi beberapa layanan ketika epidemi virus Corona meluas di China awal tahun ini.

Stefan Kurktschiev, seorang Jerman berusia 32 tahun yang mengajar di sebuah sekolah internasional di kota itu, mengatakan ia khawatir dengan tumbuhnya hambatan antara China dan dunia.

"Itu kekhawatiran terbesar saya, bahwa hubungan antara China dan beberapa negara barat, terutama Amerika, mulai memburuk," katanya.

“Sama seperti orang dalam hubungan pribadi, negara juga harus berkomunikasi satu sama lain. Komunikasi yang jelas adalah cara terbaik untuk menghindari kesalahpahaman," tukasnya.
(ber)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1284 seconds (0.1#10.140)