Guam Target Empuk Rudal Jelajah China, Ini Cara AS Melindunginya
loading...
A
A
A
HAGATNA - Komandan Komando Indo-Paisifik Amerika Serikat (AS), Laksamana Phil Davidson, menyadari bahwa Guam yang jadi pangkalan pesawat-pesawat pembom nuklir Amerika menjadi target empuk rudal jelajah dan balistik China .
Namun, dia mengurai cara Amerika melindungi pangkalannya di Pasifik itu untuk meredam kekhawatiran tersebut.
Menurut Davidson, dalam peristiwa perang, militer China memang dapat menargetkan wilayah pulau AS itu dengan rudal jelajah dan balistik. Jika itu terjadi, senjata-senjata Beijing bisa saja menghapus Guam dari peta pangkalan utama Angkatan Udara AS untuk pesawat pembom dan jet tempur berat lainnya. (Baca: Analisis Mampu Tidaknya China Tenggelamkan Kapal Induk AS )
Solusinya, kata Davidson, adalah memasang sistem pertahanan rudal Aegis Ashore di Guam. "Aegis Ashore dapat berfungsi sebagai tulang punggung sistem pertahanan Tanah Air untuk wilayah ini," kata Davidson kepada wartawan, yang dilansir Forbes, Jumat (24/7/2020).
Guam yang berada di tengah Samudra Pasifik terletak 1.800 mil dari China . Kepulauan itu cukup dekat dari daratan Asia yang berfungsi sebagai pangkalan pesawat pembom, tanker dan pesawat intelijen. Namun, wilayah itu cukup jauh untuk menjadi sasaran yang sulit bagi semua musuh Amerika kecuali penyerang paling canggih.
Pangkalan Angkatan Udara Andersen di Guam sangat besar. Landasan pacu yang panjang dan "celemek" yang luas dapat menampung ratusan pesawat. Perencana militer China tentu sangat menyadari nilai pangkalan itu bagi Amerika Serikat. Mereka telah menghabiskan waktu puluhan tahun mencari cara untuk menyerangnya.
Saat ini, Pasukan Roket Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China memiliki rudal balistik DF-26 dengan jangkauan 2.500 mil yang dapat menghantam Guam. Pesawat pembom H-6 Angkatan Udara PLA juga dapat menyerang pulau itu dengan rudal jelajah CJ-10 dengan jangkauan 900 mil. Kapal perang Angkatan Laut PLA dapat menembakkan rudal jelajah YJ-18 ke pangkalan Andersen dari jarak sekitar 300 mil. (Baca: Punya Rudal Anti-Kapal, China Tak Takut 3 Kapal Induk AS )
Tak satu pun dari senjata-senjata itu akan bekerja dengan sempurna dalam kondisi pertempuran. Peluncur-peluncur mereka semua rentan terhadap serangan. Tidak jelas berapa banyak dari setiap amunisi yang dimiliki Beijing.
Tetapi para pemimpin militer AS berasumsi bahwa, dalam perang besar, setidaknya beberapa rudal akan menuju ke arah Guam. Ribuan nyawa orang Amerika, pesawat tempur bernilai miliaran dolar, dan keunggulan militer utama AS lainnya bisa terancam.
Itulah sebabnya Angkatan Darat AS menempatkan baterai peluncur rudal Terminal High-Altitude Air-Defense (THAAD) di Guam. Selain itu, Angkatan Darat Amerika, dalam masa krisis, juga dapat mempercepat pengerahan rudal Patriot Advanced Capability-3 (PAC-3) ke kepulauan tersebut.
Namun, dia mengurai cara Amerika melindungi pangkalannya di Pasifik itu untuk meredam kekhawatiran tersebut.
Menurut Davidson, dalam peristiwa perang, militer China memang dapat menargetkan wilayah pulau AS itu dengan rudal jelajah dan balistik. Jika itu terjadi, senjata-senjata Beijing bisa saja menghapus Guam dari peta pangkalan utama Angkatan Udara AS untuk pesawat pembom dan jet tempur berat lainnya. (Baca: Analisis Mampu Tidaknya China Tenggelamkan Kapal Induk AS )
Solusinya, kata Davidson, adalah memasang sistem pertahanan rudal Aegis Ashore di Guam. "Aegis Ashore dapat berfungsi sebagai tulang punggung sistem pertahanan Tanah Air untuk wilayah ini," kata Davidson kepada wartawan, yang dilansir Forbes, Jumat (24/7/2020).
Guam yang berada di tengah Samudra Pasifik terletak 1.800 mil dari China . Kepulauan itu cukup dekat dari daratan Asia yang berfungsi sebagai pangkalan pesawat pembom, tanker dan pesawat intelijen. Namun, wilayah itu cukup jauh untuk menjadi sasaran yang sulit bagi semua musuh Amerika kecuali penyerang paling canggih.
Pangkalan Angkatan Udara Andersen di Guam sangat besar. Landasan pacu yang panjang dan "celemek" yang luas dapat menampung ratusan pesawat. Perencana militer China tentu sangat menyadari nilai pangkalan itu bagi Amerika Serikat. Mereka telah menghabiskan waktu puluhan tahun mencari cara untuk menyerangnya.
Saat ini, Pasukan Roket Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China memiliki rudal balistik DF-26 dengan jangkauan 2.500 mil yang dapat menghantam Guam. Pesawat pembom H-6 Angkatan Udara PLA juga dapat menyerang pulau itu dengan rudal jelajah CJ-10 dengan jangkauan 900 mil. Kapal perang Angkatan Laut PLA dapat menembakkan rudal jelajah YJ-18 ke pangkalan Andersen dari jarak sekitar 300 mil. (Baca: Punya Rudal Anti-Kapal, China Tak Takut 3 Kapal Induk AS )
Tak satu pun dari senjata-senjata itu akan bekerja dengan sempurna dalam kondisi pertempuran. Peluncur-peluncur mereka semua rentan terhadap serangan. Tidak jelas berapa banyak dari setiap amunisi yang dimiliki Beijing.
Tetapi para pemimpin militer AS berasumsi bahwa, dalam perang besar, setidaknya beberapa rudal akan menuju ke arah Guam. Ribuan nyawa orang Amerika, pesawat tempur bernilai miliaran dolar, dan keunggulan militer utama AS lainnya bisa terancam.
Itulah sebabnya Angkatan Darat AS menempatkan baterai peluncur rudal Terminal High-Altitude Air-Defense (THAAD) di Guam. Selain itu, Angkatan Darat Amerika, dalam masa krisis, juga dapat mempercepat pengerahan rudal Patriot Advanced Capability-3 (PAC-3) ke kepulauan tersebut.