Penutupan Masjid di China Picu Bentrokan Umat Muslim dengan Pasukan Keamanan

Rabu, 31 Mei 2023 - 04:28 WIB
loading...
Penutupan Masjid di China Picu Bentrokan Umat Muslim dengan Pasukan Keamanan
Sejumlah penduduk terlibat bentrok dengan polisi China terkait penutupan masjid di Yunnan. Foto/CNN
A A A
BEIJING - Sejumlah pengunjuk rasa terlibat bentrok dengan polisi terkait rencana penghancuran kubah masjid di kota berpenduduk mayoritas Muslim di Yunnan, China .

Video di media sosial menunjukkan kerumunan orang di luar Masjid Najiaying yang dibangun pada abad ke-13 di kota Nagu pada hari Sabtu lali.

Bentrokan pecah antara polisi dan penduduk setempat, yang dikepung oleh ratusan petugas bersenjata.

Yunnan, provinsi yang beragam etnis di China selatan, memiliki populasi Muslim yang signifikan.

China secara resmi ateis dan pemerintah mengatakan mengizinkan kebebasan beragama. Tetapi para pengamat mengatakan telah terjadi peningkatan tindakan keras terhadap pemeluk agama yang terorganisir dalam beberapa tahun terakhir - dengan Beijing menginginkan kontrol yang lebih besar.

Di Nagu, Masjid Najiaying telah menjadi landmark utama dan dalam beberapa tahun terakhir telah diperluas dengan atap kubah baru, serta sejumlah menara.



Namun, putusan pengadilan tahun 2020 memutuskan penambahan tersebut ilegal, memerintahkan untuk menghilangkannya. Tindakan untuk melaksanakan perintah pengadilan itu tampaknya telah memicu demonstrasi.

Video aksi protes hari Sabtu, diverifikasi oleh BBC, menunjukkan barisan polisi menghalangi masuk ke masjid, dan sekelompok pria mencoba memaksa masuk dengan melemparkan batu ke arah polisi.

Video lain menunjukkan polisi kemudian mundur, saat massa memasuki Masjid Najiaying.

Polisi di Distrik Tonghai, di mana Nagu berada, pada hari Minggu mengeluarkan pernyataan yang menyerukan pengunjuk rasa untuk menyerahkan diri kepada polisi paling lambat 6 Juni. Puluhan pengunjuk rasa telah ditangkap sejauh ini.

"Mereka yang secara sukarela menyerahkan diri dan dengan jujur mengakui fakta pelanggaran dan kejahatan dapat diberikan hukuman yang lebih ringan atau lebih ringan," bunyi pemberitahuan itu seperti dikutip dari BBC, Rabu (31/5/2023).

Menyebut insiden itu sebagai halangan serius terhadap tatanan manajemen sosial, pihak berwenang di China juga mendesak pihak lain untuk secara aktif melaporkan pengunjuk rasa.

Protes di China relatif jarang terjadi, tetapi lebih banyak terjadi sejak pandemi di mana penguncian yang parah dan pembatasan pergerakan memicu kemarahan publik.



Hui adalah salah satu dari 56 kelompok etnis yang diakui oleh Beijing dan sebagian besar adalah Muslim Sunni. Wilayah Yunnan, yang berada di barat daya negara itu, adalah rumah bagi sekitar 700.000 dari sekitar 10 juta Muslim Hui di China.

Mereka sering disebut sebagai Muslim Tionghoa oleh media lokal, dan dianggap terintegrasi dengan baik ke dalam masyarakat Tionghoa setelah berabad-abad melakukan perkawinan dan asimilasi.

Pengamat mengatakan Beijing telah berusaha untuk memiliki kontrol lebih besar atas kelompok agama dalam beberapa tahun terakhir - dan bagaimana mereka beroperasi di masyarakat.

Pada tahun 2021, Presiden Xi Jinping berjanji untuk melanjutkan "Sinicisasi agama" - transformasi keyakinan agama untuk mencerminkan budaya dan masyarakat Tiongkok.

Pada tahun 2018, ratusan Muslim Hui di wilayah Ningxia terlibat perselisihan berkepanjangan dengan pihak berwenang untuk mencegah masjid mereka dihancurkan. Pihak berwenang kemudian mengalah tetapi bersikeras bahwa fitur Arabnya harus diubah.

Pada tahun yang sama, tiga masjid di Yunnan juga ditutup karena dianggap sebagai "pendidikan agama ilegal".

China juga dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang sistematis terhadap Muslim Uighur di provinsi barat laut Xinjiang, di mana masjid telah dihancurkan dan praktik keagamaan Islam dilarang. Namun Beijing membantah tuduhan pelecehan.

(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1094 seconds (0.1#10.140)