China Ungkap Ketidakpuasan yang Kuat pada Komunike G7
loading...
A
A
A
BEIJING - China pada Sabtu (20/5/2023) menyatakan "ketidakpuasan yang kuat" dengan komunike yang dikeluarkan oleh para pemimpin G7 . Menurut Beijing, komunike itu membidik China mengenai sejumlah isu sensitif, termasuk Laut China Selatan, hak asasi manusia, dan dugaan campur tangan dalam demokrasi mereka.
Para pemimpin dari tujuh negara kaya termasuk Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah menghadiri pertemuan puncak di kota Hiroshima, Jepang. Blok itu mengeluarkan pernyataan yang menyerukan China "untuk tidak melakukan kegiatan campur tangan" dan menyatakan keprihatinan tentang dugaan pelanggaran HAM di China, khususnya di wilayah barat jauh Tibet dan Xinjiang.
Mereka juga mengatakan, negara-negara G7 “sangat prihatin” tentang sengketa teritorial di Laut China Selatan, secara tidak langsung menuduh China melakukan “pemaksaan”. Beijing juga didesak oleh G7 untuk menggunakan pengaruhnya untuk menekan Rusia agar mengakhiri invasinya ke Ukraina.
Kementerian Luar Negeri China membalas, dengan mengatakan pendekatan G7 tidak memiliki kredibilitas internasional apa pun. "G7 bersikeras memanipulasi isu-isu terkait China, mencoreng dan menyerang China," kata juru bicara Kemenlu China, seperti dikutip dari AFP.
“China mengungkapkan ketidakpuasannya yang kuat dan penentangan yang kuat dan telah mengajukan protes resmi kepada Jepang, negara tuan rumah KTT, serta pihak terkait lainnya,” lanjutnya.
Pernyataan G7 menekankan “pentingnya perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan,” tetapi Beijing menanggapi dengan mengkritik blok tersebut karena tidak menunjukkan perlawanan yang jelas terhadap kemerdekaan Taiwan.
“G7 menyerukan bahwa mereka ingin bergerak menuju dunia yang damai, stabil, dan sejahtera. Tapi nyatanya itu menghambat perdamaian dunia, merusak stabilitas regional dan menghambat perkembangan negara lain,” kata juru bicara itu.
Komunike Hiroshima adalah hasil negosiasi antara negara-negara G7, yang memiliki pendekatan berbeda tentang cara menghadapi China. Beberapa negara termasuk Amerika Serikat menyukai garis yang lebih kuat sementara yang lain di Eropa ingin menghindari konfrontasi lebih lanjut.
Para pemimpin dari tujuh negara kaya termasuk Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah menghadiri pertemuan puncak di kota Hiroshima, Jepang. Blok itu mengeluarkan pernyataan yang menyerukan China "untuk tidak melakukan kegiatan campur tangan" dan menyatakan keprihatinan tentang dugaan pelanggaran HAM di China, khususnya di wilayah barat jauh Tibet dan Xinjiang.
Mereka juga mengatakan, negara-negara G7 “sangat prihatin” tentang sengketa teritorial di Laut China Selatan, secara tidak langsung menuduh China melakukan “pemaksaan”. Beijing juga didesak oleh G7 untuk menggunakan pengaruhnya untuk menekan Rusia agar mengakhiri invasinya ke Ukraina.
Kementerian Luar Negeri China membalas, dengan mengatakan pendekatan G7 tidak memiliki kredibilitas internasional apa pun. "G7 bersikeras memanipulasi isu-isu terkait China, mencoreng dan menyerang China," kata juru bicara Kemenlu China, seperti dikutip dari AFP.
“China mengungkapkan ketidakpuasannya yang kuat dan penentangan yang kuat dan telah mengajukan protes resmi kepada Jepang, negara tuan rumah KTT, serta pihak terkait lainnya,” lanjutnya.
Baca Juga
Pernyataan G7 menekankan “pentingnya perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan,” tetapi Beijing menanggapi dengan mengkritik blok tersebut karena tidak menunjukkan perlawanan yang jelas terhadap kemerdekaan Taiwan.
“G7 menyerukan bahwa mereka ingin bergerak menuju dunia yang damai, stabil, dan sejahtera. Tapi nyatanya itu menghambat perdamaian dunia, merusak stabilitas regional dan menghambat perkembangan negara lain,” kata juru bicara itu.
Komunike Hiroshima adalah hasil negosiasi antara negara-negara G7, yang memiliki pendekatan berbeda tentang cara menghadapi China. Beberapa negara termasuk Amerika Serikat menyukai garis yang lebih kuat sementara yang lain di Eropa ingin menghindari konfrontasi lebih lanjut.
(esn)