Turki Siapkan 17.000 Polisi Amankan Shalat Jumat di Hagia Sophia
loading...
A
A
A
ANKARA - Peralihan fungsi Hagia Sophia menjadi masjid menimbulkan pujian dan kritik. Bukan hanya dari pihak internasional, masyarakat Turki juga tidak sedikit yang mengkritik. Keamanan menjadi unsur penting saat pembukaan Hagia Sophia sebagai tempat beribadah pada 24 Juli 2020 mendatang.
Sejak minggu lalu, Pemerintah Turki telah mempersiapkan protokol keamanan yang ketat untuk menyukseskan ibadah Jumat mendatang. Langkah-langkah keamanan telah ditingkatkan dari luar Hagia Sophia. (Baca juga: Saksikan Live! Salat Jumat Pertama Hagia Sophia di SINDOnews)
Sampai saat ini, pintu masuk ke Sultanahmet Square ditutup dengan penghalang baja. Polisi tampak berlalu lalang dari luar Hagia Sophia membawa senjata pengaman. Beberapa di antaranya terlihat membawa anjing pelacak K-19.
Pada Jumat mendatang, Pemerintah Turki menyiapkan 17.000 polisi dengan mobil lapis baja. Warga yang akan masuk akan dikontrol oleh pihak kepolisian. (Baca juga: Mengenal Imam dan Muazin Salat Jumat Perdana di Hagia Sophia)
Protokol keamanan itu untuk mencegah hal-hal yang akan menganggu jalannya salat Jumat 24 Juli mendatang. Sebab, setelah Badan Peradilan dan Eksekutif Negara mencabut status Hagia Sophia dari museum menjadi masjid, muncul banyak kritik dari dunia luas. (Baca juga: Sultan Muhammad Al-Fatih Gaji Penyair dan Sastrawan 1000 Dinar per Bulan)
Dari dunia internasional, Yunani, Israel, Rusia, hingga Amerika menyesalkan kebijakan Erdogan itu. Yunani sebagai negara dengan jutaan pengikut Ortodoks menyebutkan keputusan itu sebagai provokasi terbuka. AS melalui Departemen Luar Negeri-nya juga menyatakan kekecewaan
Dari dalam negeri, Wali Kota Istanbul Ekrem Imamoglu dari partai oposisi Partai Rakyat Republik (CHP) di Forum Ekonomi Internasional Delhi mengatakan kebijakan Hagia Sophia tidak relevan. "Peralihan fungsi Hagia Sophia sekarang tidak perlu. Pemerintah tidak boleh menggunakan masalah ini sebagai politik internal. Kementerian Pariwisata perlu bertanggung jawab," katanya.
Sepanjang masa kepemimpinan Erdogan memang terdapat beberapa protes diluncurkan dari para pendukung oposisi. Salah satu yang paling besar adalah peristiwa penentangan pembangunan ulang taman Taksim Gezi Park di Istanbul pada Mei 2013 yang menelan 11 korban tewas dan ribuan luka-luka.
Oleh karena itu, media-media Turki mengangkat isu pengamanan Hagia Sophia saat 24 Juli menjadi penting. Di samping protokol keamanan, pemerintah Turki juga mempersiapkan beberapa hal untuk keamanan ibadah, dari penggelaran karpet, pengadaan ruang pers, hingga hotel-hotel yang disubsidi oleh pemerintah untuk pendatang dari luar Istanbul.
Lihat Juga: Pertama Kali di Dunia! Drone Bayraktar TB3 Mampu Mampu Lepas Landas dari Kapal Perang Kecil
Sejak minggu lalu, Pemerintah Turki telah mempersiapkan protokol keamanan yang ketat untuk menyukseskan ibadah Jumat mendatang. Langkah-langkah keamanan telah ditingkatkan dari luar Hagia Sophia. (Baca juga: Saksikan Live! Salat Jumat Pertama Hagia Sophia di SINDOnews)
Sampai saat ini, pintu masuk ke Sultanahmet Square ditutup dengan penghalang baja. Polisi tampak berlalu lalang dari luar Hagia Sophia membawa senjata pengaman. Beberapa di antaranya terlihat membawa anjing pelacak K-19.
Pada Jumat mendatang, Pemerintah Turki menyiapkan 17.000 polisi dengan mobil lapis baja. Warga yang akan masuk akan dikontrol oleh pihak kepolisian. (Baca juga: Mengenal Imam dan Muazin Salat Jumat Perdana di Hagia Sophia)
Protokol keamanan itu untuk mencegah hal-hal yang akan menganggu jalannya salat Jumat 24 Juli mendatang. Sebab, setelah Badan Peradilan dan Eksekutif Negara mencabut status Hagia Sophia dari museum menjadi masjid, muncul banyak kritik dari dunia luas. (Baca juga: Sultan Muhammad Al-Fatih Gaji Penyair dan Sastrawan 1000 Dinar per Bulan)
Dari dunia internasional, Yunani, Israel, Rusia, hingga Amerika menyesalkan kebijakan Erdogan itu. Yunani sebagai negara dengan jutaan pengikut Ortodoks menyebutkan keputusan itu sebagai provokasi terbuka. AS melalui Departemen Luar Negeri-nya juga menyatakan kekecewaan
Dari dalam negeri, Wali Kota Istanbul Ekrem Imamoglu dari partai oposisi Partai Rakyat Republik (CHP) di Forum Ekonomi Internasional Delhi mengatakan kebijakan Hagia Sophia tidak relevan. "Peralihan fungsi Hagia Sophia sekarang tidak perlu. Pemerintah tidak boleh menggunakan masalah ini sebagai politik internal. Kementerian Pariwisata perlu bertanggung jawab," katanya.
Sepanjang masa kepemimpinan Erdogan memang terdapat beberapa protes diluncurkan dari para pendukung oposisi. Salah satu yang paling besar adalah peristiwa penentangan pembangunan ulang taman Taksim Gezi Park di Istanbul pada Mei 2013 yang menelan 11 korban tewas dan ribuan luka-luka.
Oleh karena itu, media-media Turki mengangkat isu pengamanan Hagia Sophia saat 24 Juli menjadi penting. Di samping protokol keamanan, pemerintah Turki juga mempersiapkan beberapa hal untuk keamanan ibadah, dari penggelaran karpet, pengadaan ruang pers, hingga hotel-hotel yang disubsidi oleh pemerintah untuk pendatang dari luar Istanbul.
Lihat Juga: Pertama Kali di Dunia! Drone Bayraktar TB3 Mampu Mampu Lepas Landas dari Kapal Perang Kecil
(poe)