4 Alasan Kenapa Erdogan Diprediksi Kalah pada Pemilu Presiden
loading...
A
A
A
ANKARA - Dukungan terhadap Presiden Turki Tayyip Erdogan semakin melemah dalam berbagai jajak pendapat nasional. Pemimpin oposisi Kemal Kilicdaroglu justru terus bersinar.
Jajak pendapat Konda menyatakan Erdogan diprediksi memperoleh 43,7% dan Kilicdaroglu mendapatkan 49,3%. Kilicdaroglu bisa saja membentuk mayoritas sederhana untuk membentuk pemerintahan setelah pemilu 28 Mei 2023.
“Mayoritas rakyat Turki menginginkan adanya perubahan, terutama dari kalangan anak muda,” kata Asli Aydintasbas, peneliti Brookings Institution, dilansir Reuters. “Yang pertanyaannya adalah apakah Kilicdaroglu merupakan agen perubahan?” tuturnya.
Dikarenakan Erdogan mengetahui rivalnya memiliki kekuatan yang menguntungkan, dia memiliki strategi untuk bisa bertarung pada pemilu putaran kedua. “Erdogan ingin pemilu digelar dalam dua periode untuk bisa melawan Kilicdaroglu,” kata Hakan Akbas, direktur Strategic Advisory Services.
Erdogan fokus untuk memperkuat partainya pada pemilu parlemen sehingga bisa terwujud pemilu parlemen menggantung. Nantinya, dia menjadi pihak paling diuntungkan dengan kondisi tersebut. “Maklum, Erdogan akan memposisikan dirinya sebagai pemimpin yang andal dalam mewujudkan stabilitas,” tutur Akbas.
Namun demikian, Erdogan menghadapi berbagai permasalahan dalam pemerintahannya sehingga popularitasnya semakin menukik tajam. Berikut adalah 4 alasan kenapa Erdogan diprediksi akan mengalami kekalahan pada pemilu presiden mendatang.
1. Krisis Biaya Hidup
Krisis biaya hidup terjadi akibat program ekonomi Erdogan yang ortodok selama 1,5 tahun. Itu menjadi tantangan terberat dalam kekuasaannya selama 20 tahun terakhir.
Hakim Ekinci, pendukung Erdogan dalam waktu lama, mengaku tak akan lagi memilih idolanya. "Kebijakan ekonomi Erdogan menyebabkan rakyatnya tak mampu membeli bahan kebutuhan pokok," kata Ekinci.
Erdogan tak mampu mempertahankan dukungan basis pendukungnya di level bawah dan berpendapatan rendah. Dia juga akan kehilangan loyalitas kaum Muslim Turki konservatif.
Kenaikan produk makanan mencapai 54% jika dibandingkan tahun lalu. Itu menyebabkan inflasi mencapai 43,7% pada April 2023. Pada Oktober tahun lalu, inflasi pernah mencapai 85,5% dan tertinggi pada pemerintahan Erdogan.
2. Melemahnya Nilai Lira
Lira kehilangan nilai 44% pada 2021 dan 30% pada 2022. Nilai Lira sudah melemah 76% di bawah pemerintahan Erdogan. Itu disebabkan kebijakan tak biasa yang diterapkan Erdogan, dan perkembangan geopolitik di Ukraina.
Melemahnya lira menyebabkan permasalahan sektor swasta dan perusahaan menghadapi permasalahan untuk membayar utang dalam mata uang asing. Sektor properti dan konstruksi juga tak bisa bergerak bebas.
"Tak ada yang bisa memprediksi kedepannya. Semuanya adalah pertaruhan," kata Arda Tunca, ekonom ternama Turki, dilansir BBC. "Ini adalah pertama kali Turki menggunakan pendekatan strategi ekonomi di luar teori yang lazim," ujarnya.
3. Krisis Kemanusiaan karena Gempa Bumi
Gempa bumi yang melanda Turki pada Februari 2023 menyebabkan lebih dari 50.000 orang meninggal. Itu menjadikan jutaan warga tak memiliki rumah. Krisis kepercayaan terhadap Erdogan pun semakin meningkat.
"Gempa bumi akan membantu untuk menggulingkan Erdogan dari kekuasaan," kata Deniz Yucel, jurnalis yang divonis satu tahun penjara.
4. Lemah dalam Pemberantasan Korupsi
Ali Yesildag, mantan pejabat pada era pemerintahan Erdogan, menuding bahwa korupsi dilakukan oleh Erdogan dan keluarganya. Dia mengungkapkan, Erdogan secara pribadi memiliki bandara Istanbul. dia juga mengkritik berbagai proyek nasional di mana kontraktornya dikerjakan oleh orang dekat Erdogan.
"Nilai korupsi Erdogan bisa mencapai miliaran dolar," tuding Yesildag, dilansir Turkish Minute. Korupsi itu menambah beban berat pemerintahan Erdogan.
Jajak pendapat Konda menyatakan Erdogan diprediksi memperoleh 43,7% dan Kilicdaroglu mendapatkan 49,3%. Kilicdaroglu bisa saja membentuk mayoritas sederhana untuk membentuk pemerintahan setelah pemilu 28 Mei 2023.
“Mayoritas rakyat Turki menginginkan adanya perubahan, terutama dari kalangan anak muda,” kata Asli Aydintasbas, peneliti Brookings Institution, dilansir Reuters. “Yang pertanyaannya adalah apakah Kilicdaroglu merupakan agen perubahan?” tuturnya.
Dikarenakan Erdogan mengetahui rivalnya memiliki kekuatan yang menguntungkan, dia memiliki strategi untuk bisa bertarung pada pemilu putaran kedua. “Erdogan ingin pemilu digelar dalam dua periode untuk bisa melawan Kilicdaroglu,” kata Hakan Akbas, direktur Strategic Advisory Services.
Erdogan fokus untuk memperkuat partainya pada pemilu parlemen sehingga bisa terwujud pemilu parlemen menggantung. Nantinya, dia menjadi pihak paling diuntungkan dengan kondisi tersebut. “Maklum, Erdogan akan memposisikan dirinya sebagai pemimpin yang andal dalam mewujudkan stabilitas,” tutur Akbas.
Namun demikian, Erdogan menghadapi berbagai permasalahan dalam pemerintahannya sehingga popularitasnya semakin menukik tajam. Berikut adalah 4 alasan kenapa Erdogan diprediksi akan mengalami kekalahan pada pemilu presiden mendatang.
Baca Juga
1. Krisis Biaya Hidup
Krisis biaya hidup terjadi akibat program ekonomi Erdogan yang ortodok selama 1,5 tahun. Itu menjadi tantangan terberat dalam kekuasaannya selama 20 tahun terakhir.
Hakim Ekinci, pendukung Erdogan dalam waktu lama, mengaku tak akan lagi memilih idolanya. "Kebijakan ekonomi Erdogan menyebabkan rakyatnya tak mampu membeli bahan kebutuhan pokok," kata Ekinci.
Erdogan tak mampu mempertahankan dukungan basis pendukungnya di level bawah dan berpendapatan rendah. Dia juga akan kehilangan loyalitas kaum Muslim Turki konservatif.
Kenaikan produk makanan mencapai 54% jika dibandingkan tahun lalu. Itu menyebabkan inflasi mencapai 43,7% pada April 2023. Pada Oktober tahun lalu, inflasi pernah mencapai 85,5% dan tertinggi pada pemerintahan Erdogan.
2. Melemahnya Nilai Lira
Lira kehilangan nilai 44% pada 2021 dan 30% pada 2022. Nilai Lira sudah melemah 76% di bawah pemerintahan Erdogan. Itu disebabkan kebijakan tak biasa yang diterapkan Erdogan, dan perkembangan geopolitik di Ukraina.
Melemahnya lira menyebabkan permasalahan sektor swasta dan perusahaan menghadapi permasalahan untuk membayar utang dalam mata uang asing. Sektor properti dan konstruksi juga tak bisa bergerak bebas.
"Tak ada yang bisa memprediksi kedepannya. Semuanya adalah pertaruhan," kata Arda Tunca, ekonom ternama Turki, dilansir BBC. "Ini adalah pertama kali Turki menggunakan pendekatan strategi ekonomi di luar teori yang lazim," ujarnya.
3. Krisis Kemanusiaan karena Gempa Bumi
Gempa bumi yang melanda Turki pada Februari 2023 menyebabkan lebih dari 50.000 orang meninggal. Itu menjadikan jutaan warga tak memiliki rumah. Krisis kepercayaan terhadap Erdogan pun semakin meningkat.
"Gempa bumi akan membantu untuk menggulingkan Erdogan dari kekuasaan," kata Deniz Yucel, jurnalis yang divonis satu tahun penjara.
4. Lemah dalam Pemberantasan Korupsi
Ali Yesildag, mantan pejabat pada era pemerintahan Erdogan, menuding bahwa korupsi dilakukan oleh Erdogan dan keluarganya. Dia mengungkapkan, Erdogan secara pribadi memiliki bandara Istanbul. dia juga mengkritik berbagai proyek nasional di mana kontraktornya dikerjakan oleh orang dekat Erdogan.
"Nilai korupsi Erdogan bisa mencapai miliaran dolar," tuding Yesildag, dilansir Turkish Minute. Korupsi itu menambah beban berat pemerintahan Erdogan.
(ahm)