4 Alasan Wagner Akan Menyerah, Salah Satunya Banyak Tentara Tewas
loading...
A
A
A
KIEV - Pemilik perusahaan militer Wagner asal Rusia telah mengancam akan menarik pasukannya dari berbagai kota di Ukraina timur. Itu menjadi sinyal bagi kemunduran Rusia dalam invasinya ke Ukraina.
Amerika Serikat memperkirakan sekitar 50.000 prajurit Wagner ikut bertempur di Ukraina. Jumlah tersebut hanya bagian kecil dibandingkan militer Rusia yang berperang di Ukraina. Namun, mereka selalu menjadi perhatian dunia.
Apa yang menjadi penyebab Wagner ingin mundur dari Ukraina. Berikut alasannya.
1.Kekurangan Pasokan Amunisi
Yevgeny Prigozhin, pendiri Wagner yang memiliki afiliasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, mengklaim para prajurit Wagner mengalami kekurangan pasokan amunisi dan logistik. Itu menyebabkan mereka mengalami kekalahan pada banyak pertempuran. Dia menyalahkan militer Rusia yang tidak profesional dalam bertempur.
Hanna Maliar, deputi Menteri Pertahanan Ukraina, serangan artileri Ukraina berhasil menghancurkan cadangan amunisi Wagner. Sedangkan Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim sudah menghancurkan jembatan yang digunakan tentara Ukraina untuk mengirimkan suplai amunisi dan logistik di Bakhmut dan beberapa kota lainnya.
2. Banyak Prajurit Wagner Tewas
Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, Prigozhin pernah mengungkapkan menayangkan sekitar 30 prajuritnya yang meninggal dalam pertempuran. "Para tentara seharusnya tidak mati karena kebodohan para pemimpinnya," ujar Prigozhin.
Dalam pandangan Yohann Michel, analis perang dari International Institute for Strategic Studies, mengatakan bahwa Wagner sudah siap melempar handuk sebagai tanda kekalahan. "Wagner juga ingin meregrup ulang pasukannya di lapangan," kata Michel.
3. Salah Strategi dalam Pertempuran
Pakar intelijen militer Andrii Cherniak mengatakan bahwa Wagner menganggap strategi perang di Ukraina, khususnya di Bakhmut, sudah salah. Wagner sudah memprotes kepada militer Rusia atas kesalahan tersebut. Tapi, hal tersebut tidak direspons dengan baik.
Prigozhin bahkan mempertanyakan kemampuan Rusia untuk melindungi negaranya dari serangan balik Ukraina. "Negara Rusia tak mampu melindungi negaranya sendiri," kata Prigozhin. Dia menuding, para jenderal militer Rusia berusaha membohongi Presiden Vladimir Putin. Dia juga mengatakan para jenderal sudah berkhianat kepada negara.
4. Tentara Bayaran Tak Berpengalaman
Wagner pernah menyatakan bahwa mereka merekrut tentara bayaran berasal dari para narapidana. Mereka menjanjikan para narapidana itu bisa mendapatkan jaminan kebebasan setelah bertempur selama setengah tahun di garda depan. Itu menjadikan pasukan Wagner tidak memiliki banyak pengalaman tempur. Itu menjadikan banyak tentara bayaran tersebut menjadi sasaran empuk serangan tentara Ukraina.
Perekrutan para narapidana yang menjadi tentara bayaran itu dilaksanakan sejak September 2022. Namun, sejak Januari 2023, Wagner mengklaim sudah tidak lagi merekrut para narapidana. Para narapidana itu dijanjikan gaji sebesar USD2.500 atau Rp36 juta per bulan.
Amerika Serikat memperkirakan sekitar 50.000 prajurit Wagner ikut bertempur di Ukraina. Jumlah tersebut hanya bagian kecil dibandingkan militer Rusia yang berperang di Ukraina. Namun, mereka selalu menjadi perhatian dunia.
Apa yang menjadi penyebab Wagner ingin mundur dari Ukraina. Berikut alasannya.
1.Kekurangan Pasokan Amunisi
Yevgeny Prigozhin, pendiri Wagner yang memiliki afiliasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, mengklaim para prajurit Wagner mengalami kekurangan pasokan amunisi dan logistik. Itu menyebabkan mereka mengalami kekalahan pada banyak pertempuran. Dia menyalahkan militer Rusia yang tidak profesional dalam bertempur.
Hanna Maliar, deputi Menteri Pertahanan Ukraina, serangan artileri Ukraina berhasil menghancurkan cadangan amunisi Wagner. Sedangkan Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim sudah menghancurkan jembatan yang digunakan tentara Ukraina untuk mengirimkan suplai amunisi dan logistik di Bakhmut dan beberapa kota lainnya.
2. Banyak Prajurit Wagner Tewas
Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, Prigozhin pernah mengungkapkan menayangkan sekitar 30 prajuritnya yang meninggal dalam pertempuran. "Para tentara seharusnya tidak mati karena kebodohan para pemimpinnya," ujar Prigozhin.
Dalam pandangan Yohann Michel, analis perang dari International Institute for Strategic Studies, mengatakan bahwa Wagner sudah siap melempar handuk sebagai tanda kekalahan. "Wagner juga ingin meregrup ulang pasukannya di lapangan," kata Michel.
3. Salah Strategi dalam Pertempuran
Pakar intelijen militer Andrii Cherniak mengatakan bahwa Wagner menganggap strategi perang di Ukraina, khususnya di Bakhmut, sudah salah. Wagner sudah memprotes kepada militer Rusia atas kesalahan tersebut. Tapi, hal tersebut tidak direspons dengan baik.
Prigozhin bahkan mempertanyakan kemampuan Rusia untuk melindungi negaranya dari serangan balik Ukraina. "Negara Rusia tak mampu melindungi negaranya sendiri," kata Prigozhin. Dia menuding, para jenderal militer Rusia berusaha membohongi Presiden Vladimir Putin. Dia juga mengatakan para jenderal sudah berkhianat kepada negara.
4. Tentara Bayaran Tak Berpengalaman
Wagner pernah menyatakan bahwa mereka merekrut tentara bayaran berasal dari para narapidana. Mereka menjanjikan para narapidana itu bisa mendapatkan jaminan kebebasan setelah bertempur selama setengah tahun di garda depan. Itu menjadikan pasukan Wagner tidak memiliki banyak pengalaman tempur. Itu menjadikan banyak tentara bayaran tersebut menjadi sasaran empuk serangan tentara Ukraina.
Perekrutan para narapidana yang menjadi tentara bayaran itu dilaksanakan sejak September 2022. Namun, sejak Januari 2023, Wagner mengklaim sudah tidak lagi merekrut para narapidana. Para narapidana itu dijanjikan gaji sebesar USD2.500 atau Rp36 juta per bulan.
(ahm)