Rusia: Tuntutan Tidak Realistis Ukraina Penghalang Negosiasi Perdamaian
loading...
A
A
A
MOSKOW - Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia , Maria Zakharova mengatakan, tuntutan tidak realistis Ukraina menghalangi negosiasi perdamaian. Pernyataan itu dilontarkannya menanggapi pertanyaan tentang panggilan telepon antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden China Xi Jinping.
Kedua pemimpin itu melakukan pembicaraan untuk pertama kalinya sejak Rusia meluncurkan operasi militernya di negara tetangga pada Februari 2022 pada Rabu kemarin.
Zakharova memuji Beijing atas upayanya untuk membantu memulai kembali negosiasi yang berarti. Dia mengatakan visi Rusia dan China untuk jalan menuju perdamaian secara luas satu sama lain selaras.
“Masalahnya bukan terletak pada kurangnya rencana yang baik,” kata Zakharova.
"Rezim Kiev sejauh ini belum menerima inisiatif yang masuk akal yang ditujukan untuk penyelesaian politik dan diplomatik dari krisis Ukraina. Kesepakatan sesekali untuk mengadakan negosiasi dikaitkan dengan ultimatum dengan tuntutan yang jelas tidak realistis," tuturnya seperti dikutip dari RT, Kamis (27/4/2023).
Zakharova dengan tegas menyalahkan Kiev atas gagalnya negosiasi musim semi lalu ketika tim Rusia dan Ukraina mengadakan beberapa putaran pertemuan. Sementara itu, Kiev telah berulang kali mengatakan bahwa negosiasi dapat dilanjutkan hanya setelah Rusia menyerahkan wilayahnya yang baru saja digabungkan. Moskow menyebut tuntutan seperti itu tidak dapat diterima.
Crimea memilih untuk meninggalkan Ukraina dan bergabung dengan Rusia setelah kudeta tahun 2014 di Kiev. Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk, serta wilayah Kherson dan Zaporizhzhia, melakukan hal yang sama setelah mengadakan referendum tentang masalah tersebut pada bulan September.
Pada bulan Oktober, Zelensky menandatangani sebuah dekrit yang menyatakan ketidakmungkinan melakukan negosiasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Beijing, yang meluncurkan roadmap 12 poin untuk perdamaian di Ukraina pada Februari lalu, menyatakan bahwa konflik hanya dapat diakhiri melalui dialog. China, tidak seperti banyak negara Barat, juga menolak mengutuk Rusia atas tindakannya.
China menunjuk diplomat Li Hui sebagai utusan khusus untuk Ukraina dan negara lain pada hari Rabu kemarin. Presiden China Xi Jinping mengatakan bahwa utusan itu akan ditugaskan untuk melakukan komunikasi mendalam dengan semua pihak mengenai penyelesaian politik krisis Ukraina. Li adalah duta besar China untuk Moskow dari 2009 hingga 2019.
Sementara itu, Zelensky telah menunjuk mantan menteri industri strategis Pavel Ryabkin sebagai duta besar baru negara itu untuk China.
Kedua pemimpin itu melakukan pembicaraan untuk pertama kalinya sejak Rusia meluncurkan operasi militernya di negara tetangga pada Februari 2022 pada Rabu kemarin.
Zakharova memuji Beijing atas upayanya untuk membantu memulai kembali negosiasi yang berarti. Dia mengatakan visi Rusia dan China untuk jalan menuju perdamaian secara luas satu sama lain selaras.
“Masalahnya bukan terletak pada kurangnya rencana yang baik,” kata Zakharova.
"Rezim Kiev sejauh ini belum menerima inisiatif yang masuk akal yang ditujukan untuk penyelesaian politik dan diplomatik dari krisis Ukraina. Kesepakatan sesekali untuk mengadakan negosiasi dikaitkan dengan ultimatum dengan tuntutan yang jelas tidak realistis," tuturnya seperti dikutip dari RT, Kamis (27/4/2023).
Zakharova dengan tegas menyalahkan Kiev atas gagalnya negosiasi musim semi lalu ketika tim Rusia dan Ukraina mengadakan beberapa putaran pertemuan. Sementara itu, Kiev telah berulang kali mengatakan bahwa negosiasi dapat dilanjutkan hanya setelah Rusia menyerahkan wilayahnya yang baru saja digabungkan. Moskow menyebut tuntutan seperti itu tidak dapat diterima.
Crimea memilih untuk meninggalkan Ukraina dan bergabung dengan Rusia setelah kudeta tahun 2014 di Kiev. Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk, serta wilayah Kherson dan Zaporizhzhia, melakukan hal yang sama setelah mengadakan referendum tentang masalah tersebut pada bulan September.
Pada bulan Oktober, Zelensky menandatangani sebuah dekrit yang menyatakan ketidakmungkinan melakukan negosiasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Beijing, yang meluncurkan roadmap 12 poin untuk perdamaian di Ukraina pada Februari lalu, menyatakan bahwa konflik hanya dapat diakhiri melalui dialog. China, tidak seperti banyak negara Barat, juga menolak mengutuk Rusia atas tindakannya.
China menunjuk diplomat Li Hui sebagai utusan khusus untuk Ukraina dan negara lain pada hari Rabu kemarin. Presiden China Xi Jinping mengatakan bahwa utusan itu akan ditugaskan untuk melakukan komunikasi mendalam dengan semua pihak mengenai penyelesaian politik krisis Ukraina. Li adalah duta besar China untuk Moskow dari 2009 hingga 2019.
Sementara itu, Zelensky telah menunjuk mantan menteri industri strategis Pavel Ryabkin sebagai duta besar baru negara itu untuk China.
(ian)