Pilu Xiaohuamei Gegerkan China: Leher Dirantai, Dipaksa Hasilkan 8 Anak
loading...
A
A
A
BEIJING - Kisah memilukan wanita dengan nama "Xiaohuamei" telah menggegerkan China . Dia adalah korban perdagangan manusia yang ditemukan disekap dengan leher dirantai layaknya hewan peliharaan.
Xiaohuamei dijual untuk dijadikan pengantin dan dipaksa untuk menghasilkan delapan anak.
Kasus ini dibongkar tahun lalu oleh seorang vlogger yang merekam kondisi Xiaohuamei dalam sebuah video. Sekarang, seperti dikutip AFP, Senin (10/4/2023), enam orang telah dipenjara atas kasus perdagangan manusia ini.
Wanita 40-an tahun itu ditemukan disekap di sebuah gubuk berlantai tanah di sebuah desa terpencil. Saat itu, lehernya dijerat dengan rantai besi.
Pengadilan China memerintahkan mereka yang menjual wanita itu dipenjara antara delapan hingga 13 tahun.
Suami wanita itu, Dong Zhimin, dipenjara selama sembilan tahun karena penyiksaan. Vonis ini dijatuhkan pengadilan di Xuzhou, sebuah kota dekat Shanghai.
Pihak berwenang mengatakan Xiaohuamei diculik dari desanya di Yunnan, sekitar 2.000 km dari tempat dia ditemukan.
Dia kemudian dijual beberapa kali, termasuk sekali pada tahun 1998 seharga 5.000 yuan, sebelum dipaksa menikah dengan Dong—dengannya Xiaohuamei dipaksa untuk menghasilkan delapan anak.
Kasus tersebut menyebabkan kemarahan publik yang sangat besar di China dan memicu perdebatan tentang status perempuan di negara tersebut.
BBC melaporkan bahwa penderitaannya menjadi berita utama pada Januari 2022, ketika seorang vlogger China menemukannya dirantai di dalam gubuk berlantai tanah,
Dalam video itu, yang dengan cepat menjadi viral, vlogger tersebut menyuarakan keprihatinan tentang perdagangan manusia, dan mencatat bahwa Xiaohuamei tampak "bingung" dan berjuang dengan fungsi mental dasarnya.
Gambar mengerikan menunjukkan Xiaohuamei dengan rantai dan gembok di lehernya dalam cuaca dingin.
Pada 2017, Dong memindahkannya dari rumah keluarga ke gubuk, yang kekurangan air, listrik, atau penerangan. Dia hampir tidak diberi makan dan diikat dengan rantai dan tali kain.
Tempat penampungan yang belum sempurna dibanjiri dengan kondisi yang tidak higienis dan membuat wanita yang dipenjara itu terkena hawa dingin yang membekukan.
Wanita itu kemudian didiagnosis menderita skizofrenia.
Setelah memiliki anak ketiganya, skizofrenia Xiaohuamei menjadi lebih buruk dan pengadilan China mengatakan suaminya menjadi semakin kasar.
Hakim Yao Hui mengatakan Dong tidak pernah mengupayakan bantuan medis untuk istrinya ketika dia sakit dan terus membuatnya hamil terlepas dari kondisinya.
Pihak berwenang awalnya membantah kasus itu terkait dengan perdagangan manusia, yang cukup umum di pedesaan China, tetapi penyelidikan tingkat tinggi diluncurkan setelah protes publik.
Kasus tersebut memicu kemarahan di media sosial, dengan banyak yang mengutuk hukuman itu terlalu ringan.
“Hanya sembilan tahun penjara karena telah menghancurkan hidup seseorang,” kritik salah satu pengguna platform media sosial, Weibo.
“Masih jauh dari cukup, tapi itu bukti bahwa internet itu bermanfaat,” tulis pengguna Weibo yang lain.
“Jika begitu banyak orang tidak memperhatikan, masalah ini tidak akan pernah terselesaikan.”
Konsekuensi dari kebijakan satu anak China—dilonggarkan baru-baru pada tahun 2016—telah menyebabkan kekurangan perempuan, karena anak laki-laki lebih disukai secara tradisional.
Ketidakseimbangan gender yang dihasilkan diyakini telah memicu perdagangan manusia, menurut laporan kongres Amerika Serikat.
Kondisi itu memicu wanita muda diculik dan dipaksa menikah di desa-desa di mana mereka kalah jumlah dengan laki-laki.
Xiaohuamei dijual untuk dijadikan pengantin dan dipaksa untuk menghasilkan delapan anak.
Kasus ini dibongkar tahun lalu oleh seorang vlogger yang merekam kondisi Xiaohuamei dalam sebuah video. Sekarang, seperti dikutip AFP, Senin (10/4/2023), enam orang telah dipenjara atas kasus perdagangan manusia ini.
Wanita 40-an tahun itu ditemukan disekap di sebuah gubuk berlantai tanah di sebuah desa terpencil. Saat itu, lehernya dijerat dengan rantai besi.
Pengadilan China memerintahkan mereka yang menjual wanita itu dipenjara antara delapan hingga 13 tahun.
Suami wanita itu, Dong Zhimin, dipenjara selama sembilan tahun karena penyiksaan. Vonis ini dijatuhkan pengadilan di Xuzhou, sebuah kota dekat Shanghai.
Pihak berwenang mengatakan Xiaohuamei diculik dari desanya di Yunnan, sekitar 2.000 km dari tempat dia ditemukan.
Dia kemudian dijual beberapa kali, termasuk sekali pada tahun 1998 seharga 5.000 yuan, sebelum dipaksa menikah dengan Dong—dengannya Xiaohuamei dipaksa untuk menghasilkan delapan anak.
Kasus tersebut menyebabkan kemarahan publik yang sangat besar di China dan memicu perdebatan tentang status perempuan di negara tersebut.
BBC melaporkan bahwa penderitaannya menjadi berita utama pada Januari 2022, ketika seorang vlogger China menemukannya dirantai di dalam gubuk berlantai tanah,
Dalam video itu, yang dengan cepat menjadi viral, vlogger tersebut menyuarakan keprihatinan tentang perdagangan manusia, dan mencatat bahwa Xiaohuamei tampak "bingung" dan berjuang dengan fungsi mental dasarnya.
Gambar mengerikan menunjukkan Xiaohuamei dengan rantai dan gembok di lehernya dalam cuaca dingin.
Pada 2017, Dong memindahkannya dari rumah keluarga ke gubuk, yang kekurangan air, listrik, atau penerangan. Dia hampir tidak diberi makan dan diikat dengan rantai dan tali kain.
Tempat penampungan yang belum sempurna dibanjiri dengan kondisi yang tidak higienis dan membuat wanita yang dipenjara itu terkena hawa dingin yang membekukan.
Wanita itu kemudian didiagnosis menderita skizofrenia.
Setelah memiliki anak ketiganya, skizofrenia Xiaohuamei menjadi lebih buruk dan pengadilan China mengatakan suaminya menjadi semakin kasar.
Hakim Yao Hui mengatakan Dong tidak pernah mengupayakan bantuan medis untuk istrinya ketika dia sakit dan terus membuatnya hamil terlepas dari kondisinya.
Pihak berwenang awalnya membantah kasus itu terkait dengan perdagangan manusia, yang cukup umum di pedesaan China, tetapi penyelidikan tingkat tinggi diluncurkan setelah protes publik.
Kasus tersebut memicu kemarahan di media sosial, dengan banyak yang mengutuk hukuman itu terlalu ringan.
“Hanya sembilan tahun penjara karena telah menghancurkan hidup seseorang,” kritik salah satu pengguna platform media sosial, Weibo.
“Masih jauh dari cukup, tapi itu bukti bahwa internet itu bermanfaat,” tulis pengguna Weibo yang lain.
“Jika begitu banyak orang tidak memperhatikan, masalah ini tidak akan pernah terselesaikan.”
Konsekuensi dari kebijakan satu anak China—dilonggarkan baru-baru pada tahun 2016—telah menyebabkan kekurangan perempuan, karena anak laki-laki lebih disukai secara tradisional.
Ketidakseimbangan gender yang dihasilkan diyakini telah memicu perdagangan manusia, menurut laporan kongres Amerika Serikat.
Kondisi itu memicu wanita muda diculik dan dipaksa menikah di desa-desa di mana mereka kalah jumlah dengan laki-laki.
(mas)