Bom Nuklir AS Rusak di Pangkalan Belanda, Pentagon: Itu Senjata Palsu

Selasa, 04 April 2023 - 07:10 WIB
loading...
A A A
Angkatan Udara AS di Eropa tidak mengomentari langsung foto tersebut, tetapi mengatakan: “AS mempertahankan tingkat standar tertinggi untuk personel dan peralatan yang mendukung persenjataan strategis, yang meliputi pelatihan rutin, pemeliharaan dan kegiatan keamanan, untuk melindungi kemampuan kritis Amerika."

“Adalah kebijakan AS [bahwa] kami tidak dapat mengonfirmasi atau menyangkal ada atau tidaknya senjata nuklir di lokasi umum atau spesifik mana pun, termasuk latihan khusus atau operasi dunia nyata," lanjut Angkatan Udara AS di Eropa.



Laboratorium Nasional Los Alamos mengatakan dalam pernyataan email: "Tidak ada informasi tambahan yang tersedia untuk foto itu."

Bom B61 adalah satu-satunya senjata nuklir taktis yang tersisa di gudang senjata AS, dan 100 di antaranya disimpan di Belanda, Belgia, Jerman, Italia, dan Turkiye.

Bom nuklir itu tetap menjadi milik AS, tetapi awak pesawat dari enam sekutu NATO lainnya (lima tuan rumah ditambah Yunani) dilatih untuk menempatkannya di pesawat dan menerbangkannya.

Jika terjadi permusuhan, diperlukan persetujuan dari AS, kelompok perencanaan nuklir NATO, dan—karena sejarah pengaturan tersebut—perdana menteri Inggris untuk memindahkan senjata ke pesawat sekutu.

Operasi pembagian nuklir semacam itu dilakukan setiap tahun dalam latihan Steadfast Noon NATO, terakhir pada bulan November, dan sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina, Polandia telah meminta untuk menjadi bagian dari pengaturan tersebut.

Pendukung kontrol senjata telah lama berpendapat bahwa B61 sudah usang secara militer dan harus ditarik dari Eropa sebagai langkah mudah menuju perlucutan senjata.

Pemerintahan AS era Presiden Barack Obama mempertimbangkan penarikannya, tetapi mendapat perlawanan dari beberapa sekutu Eropa, yang melihatnya sebagai simbol payung nuklir AS yang melindungi mereka, dan gagasan itu dibatalkan sama sekali setelah perebutan Crimea oleh Rusia pada tahun 2014.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1656 seconds (0.1#10.140)