Rusia, Iran, Suriah, dan Turki Bertemu di Moskow, Pukulan Baru bagi AS?

Senin, 03 April 2023 - 15:33 WIB
loading...
A A A
Diplomat tersebut menyatakan keyakinannya bahwa pasukan Turki di Suriah, kunci pertikaian antara Damaskus dan Ankara, dapat diselesaikan, karena pihak Turki telah menegaskan kembali pada tingkat tertinggi “komitmennya terhadap kedaulatan, persatuan, dan integritas wilayah Republik Arab Suriah.”

“Posisi ini tercatat dalam sejumlah dokumen Rusia-Turki dan pernyataan bersama Troika Astana,” papar Bogdanov.

Komitmen Rusia untuk memulihkan hubungan Suriah-Turki dijabarkan dalam konsep kebijakan luar negeri baru pekan lalu.

Dokumen tersebut, yang ditandatangani menjadi undang-undang oleh Presiden Vladimir Putin pada Jumat, secara resmi menguraikan komitmen Moskow “mendamaikan perbedaan hubungan” antara Suriah dan tetangganya, dan dalam “membantu menyelesaikan dan mengatasi konsekuensi dari konflik bersenjata” di Timur Tengah pada umumnya.

Rusia, menurut kebijakan baru itu, akan fokus, ke depan, pada “mengembangkan kerja sama skala penuh dengan Republik Islam Iran, memberikan dukungan komprehensif untuk Republik Arab Suriah, dan memperdalam kemitraan multifaset yang saling menguntungkan” dengan Turki, Arab Saudi, Mesir, dan anggota Organisasi Kerjasama Islam lainnya.

Pemulihan hubungan Suriah-Turki adalah kunci persamaan ini. Ketika perang kotor yang dipimpin CIA di Suriah dimulai pada awal 2010-an, Turki dan negara-negara lain termasuk Arab Saudi, Qatar, dan Israel bergabung dalam upaya untuk menggulingkan Presiden Suriah Bashar Assad, memfasilitasi aliran militan ke negara itu, dan ekspor minyak, artefak kuno, dan kekayaan lainnya darinya.

Intervensi Rusia dalam konflik pada tahun 2015 membantu memperlambat aliran ini. Turki kemudian mengalihkan persneling untuk mendukung pemberontak di provinsi Idlib, dan melakukan beberapa operasi militer di Suriah melawan Daesh (ISIS) dan militan Kurdi Suriah yang didukung AS diduga terkait Partai Pekerja Kurdistan yang Ankara tetapkan sebagai kelompok teroris.

Turki dan sekutunya saat ini menguasai sekitar 10% wilayah Suriah, dan Damaskus telah berulang kali menuntut penarikan mereka. Permintaan semacam itu yang juga diterapkan otoritas Suriah kepada pasukan AS dan Israel.

Menekankan pentingnya masalah ini bagi Damaskus, Presiden Assad mengatakan bulan lalu bahwa dia tidak akan setuju bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sampai Ankara setuju mengakhiri pendudukannya.

“Ini terkait dengan tiba pada tahap di mana Turki jelas akan siap dan tanpa ambiguitas untuk keluar sepenuhnya dari wilayah Suriah dan mengakhiri dukungannya terhadap terorisme dan memulihkan situasi yang terjadi sebelum dimulainya perang di Suriah,” ungkap Assad pada Sputnik saat pertengahan Maret setelah pertemuan dengan Presiden Putin.

AS Harus Bangun

Bulan lalu, China menengahi normalisasi penting perjanjian hubungan antara saingan regional lama Iran dan Arab Saudi, dengan AS meninggalkan negosiasi dan memenuhi berita dengan anggur masam.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0958 seconds (0.1#10.140)