Terima Paket Isi Bom, Blogger Militer Rusia Tewas Meledak di Kafe St Petersburg

Senin, 03 April 2023 - 09:15 WIB
loading...
Terima Paket Isi Bom, Blogger Militer Rusia Tewas Meledak di Kafe St Petersburg
Ledakan di kafe St Petersburg, Rusia, pada hari Minggu tewaskan blogger militer Vladlen Tatarsky. Ledakan itu berasal dari paket berisi bom yang diterima Tatarsky. Foto/via Russia Today
A A A
ST PETERSBURG - Blogger militer terkemuka Rusia , Vladlen Tatarsky, tewas setelah paket yang dia terima di sebuah kafe di Saint Petersburg meledak pada Minggu (2/4/2023). Paket yang diklaim berisi patung itu ternyata bom rakitan.

Kementerian Dalam Negeri Rusia mengatakan ledakan itu juga melukai 25 orang lainnya. Saint Petersburg merupakan kota terbesar kedua Rusia.

"Satu orang tewas dalam insiden itu. Dia adalah koresponden militer Vladlen Tatarsky," kata Kementerian Dalam Negeri di saluran Telegramnya, seperti dikutip AFP, Senin (3/4/2023).

Investigator setempat mengatakan mereka telah mengonfirmasi sebuah alat peledak tak dikenal meledak di sebuah kafe di pusat St Petersburg, dan telah membuka penyelidikan pembunuhan.



Kementerian Kesehatan mengatakan total 25 orang terluka dalam ledakan itu, 24 di antaranya dibawa ke rumah sakit. Enam orang di antaranya berada dalam kondisi serius.

Ledakan itu terjadi di "Street Food Bar No 1" yang terletak di sepanjang sungai Neva tidak jauh dari pusat kota bersejarah. Kementerian Dalam Negeri mengatakan polisi telah dipanggil ke lokasi kejadian pada pukul 18.13 atau tak lama setelah ledakan terjadi.

Jurnalis AFP di lokasi kejadian melaporkan petugas polisi menutup jalan di luar kafe dengan sekitar 20 mobil polisi, di samping enam ambulans serta truk pemadam kebakaran.

Kantor berita TASS, mengutip sumber penegak hukum, melaporkan ledakan itu disebabkan oleh alat peledak rakitan yang disembunyikan di dalam patung yang diberikan kepada Tatarsky sebagai hadiah.

Kantor berita RIA Novosti, mengutip sumber yang dekat dengan penyelidikan, melaporkan; "Seorang gadis menurunkan paket dengan patung di dalamnya yang ditujukan untuk blogger tersebut."

"Dia memberikannya padanya...dan tiba-tiba ada ledakan," kata Alissa Smotrova, seorang wanita yang berada di kafe itu kepada AFP.

"Ada darah dan pecahan kaca ..." ujarnya.



Sumber lain mengatakan kepada RIA Novosti bahwa Tatarsky mengenali tersangka pengirim paket tersebut, dan bahwa mereka telah berpapasan di acara lain, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Tatarsky, yang bernama asli Maxim Fomin, memiliki lebih dari 500.000 pengikut di Telegram dan mendukung perang Rusia di Ukraina.

Dia membuat namanya terkenal di awal operasi militer Rusia dengan menerbitkan video yang menganalisis situasi militer di lapangan dan menawarkan saran untuk memobilisasi pasukan Moskow.

Sebuah kelompok bernama Cyber Front Z, yang menyebut dirinya di media sosial sebagai "pasukan informasi Rusia", mengatakan telah menyewa kafe untuk malam itu.

Outlet media lokal, Fontanka, melaporkan setidaknya ada 100 orang yang hadir dalam acara tersebut.

"Ada serangan teroris. Kami mengambil langkah-langkah keamanan tertentu tetapi sayangnya itu tidak cukup," kata kelompok itu di Telegram.

"Belasungkawa kepada semua orang yang mengenal koresponden perang yang luar biasa dan teman kami Vladlen Tatarsky," katanya.

Tatarsky (40) berasal dari wilayah Donetsk di Ukraina timur, yang diklaim Rusia telah dianeksasi dan saat ini sebagian besar dikuasai oleh pasukan Moskow.

Menanggapi serangan bom paket itu, pembantu presiden Ukraina Mykhaylo Podolyak mengatakan di Twitter: "Pertanyaan kapan terorisme domestik akan menjadi instrumen pertarungan politik internal adalah masalah waktu."

Pada Agustus 2022, Dinas Keamanan Federal (FSB) Rusia menuduh Ukraina berada di balik serangan bom mobil di luar Moskow yang menewaskan putri ideolog Rusia garis keras Alexander Dugin. Namun Kiev membantah tuduhan tersebut.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan blogger seperti Tatarsky adalah pembela kebenaran, dan mengecam pemerintah Barat karena tidak bereaksi cepat terhadap pengeboman tersebut.

"Kegagalan untuk berkomentar terlepas dari keprihatinan mereka terhadap kesejahteraan jurnalis dan kebebasan pers berbicara sendiri, katanya, merujuk pada kecaman luas atas penangkapan reporter Amerika Serikat Evan Gershkovich di Rusia.
(mas)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1522 seconds (0.1#10.140)