Pemimpin Kristen Ortodoks Ukraina Jadi Tahanan Rumah
loading...
A
A
A
Banyak komunitas Ortodoks di Ukraina telah memutuskan hubungan mereka dengan UOC dan beralih ke Gereja Ortodoks pesaingnya dari Ukraina, yang lebih dari empat tahun lalu menerima pengakuan dari Patriark Ekumenis Konstantinopel.
UOC bersikeras bahwa mereka setia kepada Ukraina dan mengecam invasi Rusia. Tetapi badan-badan keamanan Ukraina mengatakan beberapa orang di gereja itu mempertahankan hubungan dekat dengan Moskow. Badan-badan tersebut telah menggerebek banyak tempat suci gereja dan kemudian memposting foto rubel, paspor Rusia, dan selebaran dengan pesan dari patriarki Moskow sebagai bukti bahwa beberapa pejabat gereja setia kepada Rusia.
Pemerintah Ukraina telah memerintahkan para rohaniawan untuk meninggalkan kompleks tersebut pada 29 Maret. Pemerintah Ukraina mengklaim bahwa mereka melanggar sewa dengan membuat perubahan pada situs bersejarah, dan pelanggaran teknis lainnya. Para rohaniawan menolak klaim tersebut dan menyebutnya sebagai dalih untuk mengusir mereka.
Lusinan pendukung UOC berkumpul di luar biara pada hari Sabtu, menyanyikan himne di tengah hujan. Sekelompok pengunjuk rasa yang lebih kecil juga muncul, menuduh pihak yang bersebrangan bersimpati dengan Moskow.
“Mereka mencuci otak orang-orang dengan dukungan Rusia, dan mereka sangat berbahaya bagi Ukraina,” kata Senia Kravchuk, pengembang perangkat lunak berusia 38 tahun dari Kiev.
“Mereka menyanyikan lagu-lagu untuk mendukung Rusia, dan itu mengerikan, di sini, di pusat Kiev,” imbuhnya.
Siswa seminari tahun ketiga David (21) tidak setuju. Mengenakan jubah pendeta dan dengan bendera Ukraina disampirkan di bahunya, dia bersikeras bahwa para pendeta dan penduduk Lavra sama sekali tidak pro-Rusia. Negara, katanya, berusaha mengusir ratusan orang dari Lavra tanpa perintah pengadilan.
"Lihat saya. Saya mengenakan pakaian pendeta, dengan bendera Ukraina dan salib di leher saya. Bisakah Anda mengatakan bahwa saya pro-Rusia?” kata David, yang menolak menyebutkan nama belakangnya karena ketegangan seputar masalah tersebut.
“Para pendeta saat ini sedang menyanyikan himne Ukraina, dan mereka disebut pro-Rusia. Bisakah kamu mempercayainya?” tukasnya.
UOC bersikeras bahwa mereka setia kepada Ukraina dan mengecam invasi Rusia. Tetapi badan-badan keamanan Ukraina mengatakan beberapa orang di gereja itu mempertahankan hubungan dekat dengan Moskow. Badan-badan tersebut telah menggerebek banyak tempat suci gereja dan kemudian memposting foto rubel, paspor Rusia, dan selebaran dengan pesan dari patriarki Moskow sebagai bukti bahwa beberapa pejabat gereja setia kepada Rusia.
Pemerintah Ukraina telah memerintahkan para rohaniawan untuk meninggalkan kompleks tersebut pada 29 Maret. Pemerintah Ukraina mengklaim bahwa mereka melanggar sewa dengan membuat perubahan pada situs bersejarah, dan pelanggaran teknis lainnya. Para rohaniawan menolak klaim tersebut dan menyebutnya sebagai dalih untuk mengusir mereka.
Lusinan pendukung UOC berkumpul di luar biara pada hari Sabtu, menyanyikan himne di tengah hujan. Sekelompok pengunjuk rasa yang lebih kecil juga muncul, menuduh pihak yang bersebrangan bersimpati dengan Moskow.
“Mereka mencuci otak orang-orang dengan dukungan Rusia, dan mereka sangat berbahaya bagi Ukraina,” kata Senia Kravchuk, pengembang perangkat lunak berusia 38 tahun dari Kiev.
“Mereka menyanyikan lagu-lagu untuk mendukung Rusia, dan itu mengerikan, di sini, di pusat Kiev,” imbuhnya.
Siswa seminari tahun ketiga David (21) tidak setuju. Mengenakan jubah pendeta dan dengan bendera Ukraina disampirkan di bahunya, dia bersikeras bahwa para pendeta dan penduduk Lavra sama sekali tidak pro-Rusia. Negara, katanya, berusaha mengusir ratusan orang dari Lavra tanpa perintah pengadilan.
"Lihat saya. Saya mengenakan pakaian pendeta, dengan bendera Ukraina dan salib di leher saya. Bisakah Anda mengatakan bahwa saya pro-Rusia?” kata David, yang menolak menyebutkan nama belakangnya karena ketegangan seputar masalah tersebut.
“Para pendeta saat ini sedang menyanyikan himne Ukraina, dan mereka disebut pro-Rusia. Bisakah kamu mempercayainya?” tukasnya.