Dipantau dan Ditangkap, Muslim China Dilarang Puasa di Bulan Ramadan

Sabtu, 25 Maret 2023 - 16:05 WIB
loading...
Dipantau dan Ditangkap, Muslim China Dilarang Puasa di Bulan Ramadan
Dipantau dan ditangkap, umat Muslim di China dilarang menjalankan ibadah puasa Ramadan. Foto/Ilustrasi
A A A
BEIJING - Saat umat Muslim di seluruh dunia tengah menjalani puasa di bulan suci Ramadan, Muslim di China menghadapi larangan menjalankan kewajibannya itu dan tradisi budaya serta agama mereka semakin diserang.

Sebuah laporan terbaru dari kelompok hak asasi manusia mengatakan Beijing berusaha untuk menghapus budaya Muslim Hui. Dan 11,4 juta Muslim Hui China – komunitas dekat etnis China yang telah mempertahankan keyakinan Muslim mereka selama berabad-abad – berada dalam bahaya terhapus seluruhnya di bawah aturan agama yang kejam milik Partai Komunis.

Sebuah laporan dari koalisi kelompok hak asasi manusia, termasuk jaringan Pembela Hak Asasi Manusia China, mengatakan etnis Muslim Hui telah diidentifikasi oleh Beijing sebagai ancaman yang harus diselesaikan melalui asimiliasi paksa.

Ini sangat kontras dengan kebebasan relatif yang mereka nikmati sebelum Presiden Xi Jinping meluncurkan serangan baru terhadap ibadah agama, memaksa orang Kristen, Muslim, dan Budha untuk tunduk pada kontrol partai dan penyensoran kehidupan beragama mereka di bawah program "sinisasi", laporan itu dikatakan.

“Anggota komunitas Hui dapat berpartisipasi secara terbuka dalam komunitas masjid, sekolah Arab, dan ibadah pribadi, meskipun di bawah batasan yang difasilitasi oleh penghubung partai,” kata laporan itu.

"Pengusaha Hui didorong untuk mengembangkan hubungan bisnis dan pariwisata dengan dunia Muslim yang lebih luas sebagai bagian dari Belt and Road Initiative," sambung laporan itu seperti dikutip dari Radio Free Asia, Sabtu (25/3/2023).

China juga menargetkan komunitas Muslim dengan kampanye "persatuan etnis." Lewat kampanye ini para pejabat memberlakukan "kerabat" Han China pada keluarga etnis minoritas Uighur, yang kemudian menekan mereka untuk mematuhi tradisi non-Muslim, termasuk minum alkohol dan makan daging babi.

Kebijakan "persatuan" telah terjadi di Xinjiang dengan latar belakang penahanan massal setidaknya 1,8 juta orang Uighur dan etnis minoritas Muslim lainnya di kamp "pendidikan ulang", dan keterlibatan mereka dalam kerja paksa, serta di tengah laporan sistem pemerkosaan, pelecehan seksual, dan sterilisasi paksa terhadap wanita Uighur di kamp.

"Bersamaan dengan Uighur, kelompok Hui juga tunduk pada pembatasan yang bertujuan menghilangkan 'tanda-tanda ekstremisme' dan pengawasan mengganggu kehidupan publik dan pribadi," kata laporan itu.

Pada tahun 2020, pihak berwenang di provinsi timur Shandong menahan penyair dan penulis Muslim Hui Cao Haoxin, juga dikenal dengan nama penanya An Ran, setelah dia men-tweet kritik terhadap penahanan massal Uighur yang sedang berlangsung di China dan pelanggaran hak-hak Muslim lainnya.



Aktivis hak asasi manusia, Hui Ma Ju, mengatakan banyak orang bahkan tidak tahu keberadaan komunitasnya.

"Banyak orang bahkan tidak tahu bahwa kelompok etnis ini ada," kata Ma.

"Banyak ahli dan cendekiawan terkejut mendengar bahwa kami berjumlah lebih dari 10 juta, dan termasuk di antara tiga kelompok etnis terbesar di China," imbuhnya.

"Laporan ini menandai tempat mereka dalam sejarah dunia, dan mengenang penderitaan mereka," kata Ma, yang mendirikan kelompok hak asasi Umbrella of Hope untuk mengkampanyekan hak asasi etnis Hui dari Amerika Serikat.

Dia mengatakan genosida yang saat ini dilakukan terhadap orang-orang Uighur telah terjadi sebelumnya di Hui, setelah reformasi agama Partai Komunis tahun 1958.

"Sekarang mereka akan menghapus sisa-sisa budaya kita yang masih tersisa," kata Ma.

Ma mengatakan gelombang Islamofobia global yang muncul bersamaan dengan "perang melawan teror" AS setelah serangan teror 9/11 juga telah memicu rasisme anti-Muslim di China.

Sementara itu Serikjan Bilash, yang mendirikan kelompok HAM Atajurt yang berbasis di Kazakhstan, mengatakan pihak berwenang di Prefektur Otonomi Ili Kazakh telah melakukan "penahanan massal" terhadap tokoh agama di wilayah tersebut selama beberapa hari terakhir.

"Sebagian besar dari orang-orang ini telah menjalani hukuman berat," katanya.

"Tahun ini, target penangkapan oleh Partai Komunis China adalah orang-orang yang telah menghabiskan dua hingga tiga tahun di kamp konsentrasi di Xinjiang," ungkapnya.



"Sumber (memberi tahu Atajurt) bahwa mereka dikirim ke provinsi lain di China, atau ke penjara rahasia di Xinjiang," ungkapnya.

Serikjan juga mengungkapkan sekolah-sekolah di Ili juga memanfaatkan anak-anak untuk mendapatkan informasi tentang ketaatan beragama orang tua mereka.

“(Mereka diberikan) formulir yang menanyakan pertanyaan terperinci tentang apa yang merupakan praktik normal dalam keluarga Muslim,” katanya.

"Misalnya, apakah orang tua menggunakan 'Assalamualaikum' ketika mereka menyapa kerabatnya," ungkapnya.

"Juga, apakah orang tua mereka makan atau minum air di tengah hari, dan apakah mereka sarapan setelah matahari terbit," ujarnya.

Seorang pejabat yang menjawab telepon di biro pendidikan daerah Xinyuan membenarkan bahwa orang-orang di bidang pendidikan dan setiap orang dewasa yang bekerja untuk pemerintah dilarang berpuasa selama Ramadan.

"Siswa tidak diperbolehkan berpuasa, dan anggota keluarga yang menjadi pegawai negeri juga tidak diperbolehkan," kata pejabat itu.

Seorang Muslim Kazakh yang hanya memberikan mengaku bernama Kamina mengatakan siapa pun yang ditemukan berpuasa akan dikenakan hukuman dalam praktiknya.

"Puasa tidak benar-benar diperbolehkan," katanya. "Beberapa orang dengan sukarela meninggalkan puasa karena takut, sementara yang lain berpuasa secara diam-diam," ungkapnya.

"Beberapa tempat mengizinkan puasa tetapi kemudian mereka memantau orang-orang itu dan menyebut mereka sebagai pemuja agama, dan mereka ditahan," katanya.

(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2408 seconds (0.1#10.140)