Barat Pertimbangkan Batas Waktu Perundingan Damai untuk Ukraina
loading...
A
A
A
BERLIN - Para pendukung Barat Ukraina sedang mempertimbangkan pengenaan ultimatum pada Ukraina sehubungan dengan kemungkinan perundingan damai dengan Rusia.
Tabloid Jerman Bild melaporkan hal itu pada Senin (27/2/2023), mengutip sumber pemerintah anonim di Washington dan Berlin.
“Dengan pasokan senjata baru, Amerika Serikat (AS) dan sekutunya ingin memberikan insentif kepada Kiev untuk mencoba merebut kembali wilayah yang direbut pasukan Rusia,” klaim laporan Bild.
Bild menambahkan, “Barat ingin melihat hasil dalam hal ini pada musim gugur.”
“Jika serangan balasan gagal, tekanan pada Kiev untuk bernegosiasi dengan Kremlin akan meningkat,” lapor surat kabar itu.
Sebelumnya, Wall Street Journal melaporkan Inggris, Prancis, dan Jerman diduga menawarkan senjata ke Kiev dan komitmen keamanan dalam rencana yang bertujuan mendorong Kiev bernegosiasi dengan Moskow.
Outlet media AS mengklaim pekan lalu bahwa London, Berlin dan Paris seharusnya siap menawarkan jaminan keamanan hanya untuk keanggotaan NATO.
Namun, menurut Bild, kondisinya tidak begitu murah hati. “Orang Eropa dan AS tidak dapat dan tidak ingin memberi Ukraina jaminan keamanan keras seperti keanggotaan NATO saat ini,” ungkap anggota parlemen Jerman Norbert Roettgen, yang sebelumnya mengepalai Komite Urusan Luar Negeri Bundestag, kepada tabloid tersebut.
Kantor Kanselir Jerman juga mengatakan pada Minggu bahwa potensi jaminan keamanan NATO "tidak berperan sama sekali" dalam diskusi antara tiga anggota blok tersebut.
“Berlin tidak langsung membantah atau mengkonfirmasi adanya rencana negosiasi,” papar Bild.
Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz juga mendorong Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk terlibat dalam pembicaraan dengan Moskow pada awal Februari, menurut laporan media.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg sebelumnya mengakui Moskow memenangkan perang gesekan logistik.
Dia juga mengatakan tidak jelas berapa banyak blok itu dapat membelanjakan dukungan militer lebih lanjut untuk Kiev.
Pekan lalu, Kementerian Luar Negeri Rusia menetapkan persyaratannya untuk solusi diplomatik atas konflik tersebut.
Daftar tersebut termasuk penghentian bantuan militer Barat untuk Kiev, serta Ukraina yang kembali ke status netralnya setelah "demiliterisasi" dan "denazifikasi".
Zelensky menolak negosiasi apa pun dengan Moskow dengan mengatakan "tidak ada yang perlu dibicarakan" dan "tidak ada" siapa pun untuk diajak bicara.
Tabloid Jerman Bild melaporkan hal itu pada Senin (27/2/2023), mengutip sumber pemerintah anonim di Washington dan Berlin.
“Dengan pasokan senjata baru, Amerika Serikat (AS) dan sekutunya ingin memberikan insentif kepada Kiev untuk mencoba merebut kembali wilayah yang direbut pasukan Rusia,” klaim laporan Bild.
Bild menambahkan, “Barat ingin melihat hasil dalam hal ini pada musim gugur.”
“Jika serangan balasan gagal, tekanan pada Kiev untuk bernegosiasi dengan Kremlin akan meningkat,” lapor surat kabar itu.
Sebelumnya, Wall Street Journal melaporkan Inggris, Prancis, dan Jerman diduga menawarkan senjata ke Kiev dan komitmen keamanan dalam rencana yang bertujuan mendorong Kiev bernegosiasi dengan Moskow.
Outlet media AS mengklaim pekan lalu bahwa London, Berlin dan Paris seharusnya siap menawarkan jaminan keamanan hanya untuk keanggotaan NATO.
Namun, menurut Bild, kondisinya tidak begitu murah hati. “Orang Eropa dan AS tidak dapat dan tidak ingin memberi Ukraina jaminan keamanan keras seperti keanggotaan NATO saat ini,” ungkap anggota parlemen Jerman Norbert Roettgen, yang sebelumnya mengepalai Komite Urusan Luar Negeri Bundestag, kepada tabloid tersebut.
Kantor Kanselir Jerman juga mengatakan pada Minggu bahwa potensi jaminan keamanan NATO "tidak berperan sama sekali" dalam diskusi antara tiga anggota blok tersebut.
“Berlin tidak langsung membantah atau mengkonfirmasi adanya rencana negosiasi,” papar Bild.
Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz juga mendorong Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk terlibat dalam pembicaraan dengan Moskow pada awal Februari, menurut laporan media.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg sebelumnya mengakui Moskow memenangkan perang gesekan logistik.
Dia juga mengatakan tidak jelas berapa banyak blok itu dapat membelanjakan dukungan militer lebih lanjut untuk Kiev.
Pekan lalu, Kementerian Luar Negeri Rusia menetapkan persyaratannya untuk solusi diplomatik atas konflik tersebut.
Daftar tersebut termasuk penghentian bantuan militer Barat untuk Kiev, serta Ukraina yang kembali ke status netralnya setelah "demiliterisasi" dan "denazifikasi".
Zelensky menolak negosiasi apa pun dengan Moskow dengan mengatakan "tidak ada yang perlu dibicarakan" dan "tidak ada" siapa pun untuk diajak bicara.
(sya)